Aku tak pernah yakin dengan rasaku sendiri.
✈️✈️✈️
Rayhan sudah berjanji dengan ayahnya untuk mendaftar ke SMK penerbangan hari ini. Walaupun Raisa sudah melarangnya, Rayhan tetap kukuh dengan pendiriannya.
"Han, nggak mau menemui kakakmu dulu?" tanya Laras, bundanya.
"Tidak, Bun, sedari kemarin kak Raisa marah sama Rayhan. Katanya, ingin sendiri." jawabnya, lalu melanjutkan makannya lagi.
"Ya sudah."
"Yah, hati-hati. Rayhan juga ya." pesan Laras kepada Rayhan dan Handoko, suaminya.
Handoko terlebih dahulu masuk ke dalam mobil. Lalu, disusul Rayhan yang mengikuti dari belakang.
"Han, kakak marah sama kamu!" seru seorang wanita yang baru saja keluar dari rumah itu. Raisa, kakak Rayhan. Membuat Rayhan tak enak hati, namun bagaimana lagi. Ia tak ada pilihan, ini cita-citanya dari dulu.
"Em, Yah. Kita tunda dulu saja. Rayhan takut kak Raisa berbuat macam-macam." ucap Rayhan membatalkan janjinya hari ini. Ia tak ingin kehilangan kakaknya itu.
Rayhan mengejar Raisa yang sudah berlalu mendahuluinya. Ia tahu sebesar apa kekhawatiran kakaknya itu.
"Sial!" umpatnya saat melihat pintu kamar Raisa yang terkunci dari dalam. Bisa terdengar suara isak tangin dari Raisa.
Handoko masih tetap tenang, duduk di ruang tamu, membaca koran yang tadi sempat tertunda karena akan mengantar Rayhan mendaftar sekolah.
"Sayang, buka pintunya, nak!" teriak Laras dari balik pintu kamar Raisa. Ia khawatir anaknya itu berbuat macam-macam seperti dulu.
"Biarkan Raisa sendiri! Daripada kalian teriak-teriak tak jelas!" teriak Handoko, akhirnya ia angkat bicara. Mereka pun menurut, entah apa yang dilakukan oleh Raisa di dalam.
Laras mendekati Handoko, menangis di dada suaminya. Jujur, ia sangat khawatir. Ia tak ingin kejadian yang lalu terulang lagi.
Disinilah Rayhan, berada di bilik kamarnya. Merenungkan apa yang harus dia perbuat. Ia memilih tak masuk sekolah untuk memikirkan keputusannya.
Bahkan, ia lupa dengan kekasihnya sendiri. Tak pernah ia mendapat pesan dari kekasihnya itu. Membuatnya canggung untuk memulai terlebih dahulu.
"Arrghh! Apa yang harus gue lakuin?!" Rayhan mengacak rambutnya, sesekali ia menjambaknya karena geram.
"Terus hubungan gue sama Saras gimana?!" gerutunya lagi.
"Dan kakak gue aja nggak ngebiarin gue ngejar cita-cita gue! Kenapa semua terjadi sama gue?! Salah gue apa?!" emosinya menaik, ia berkali-kali memukul kepalanya frustasi.
Sampai akhirnya ia menenggelamkan wajahnya ke bantal. Menuju alam mimpinya yang tenang. Dengan cara ini lah, ia bisa sedikit menenangkan emosinya.
....
Jam dinding sudah menunjukkan jam satu siang. Ia langsung beranjak dari ranjangnya. Mengambil wudhu lalu menjalankan sholat dzuhur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...