31

102 8 2
                                    

Bahagia baru yang memikat hati.

✈️✈️✈️

Rayhan baru saja bangun dari tidurnya. Arka memintanya untuk tetap di rumahnya sebelum keadaannya telah membaik. Rayhan sudah bercerita semuanya ke Arka tanpa sepengetahuan Rida.

"Han, gue nitip adek gue bentar! Gue ada flight, nanti malem baru pulang. Oh ya, anterin dia sekolah ya, gue takutnya dia malah bolos lagi." pesan Arka.

"Ya, bang! Pasti Rayhan bantu." Rayhan memberikan senyumannya.

Seperginya Arka, Rayhan mengamati ponselnya yang sudah dua hari tak bisa dinyalakan. Ia frustasi. Apa iya, hanya untuk menghubungi Saras saja ia harus menjalani banyak cobaan.

Disela decakannya, seorang gadis dengan seragam lengkap menghampirinya.

"Kak, ayo berangkat!" ajak Rida semangat. Rayhan menyeritkan dahinya bingung. Yang seperti ini dikatan malas sekolah oleh Arka. Yang benar saja, batinnya.

"Ya sudah, ayo!" Rayhan langsung masuk ke mobilnya, diikuti Rida yang duduk di sampingnya. Sesekali Farida mencuri pandang.

"Lo kenapa cengengesan gitu? Gue keren, ya?" goda Rayhan. Untuk pertama kalinya ia menggunakan lo-gue dengan orang baru.

"Nggak kok, kak!"

"Sekolah lo di SMAN 30 Garut, kan?" tanya Rayhan meyakinkan. Farida mengangguk.

"Kak, jangan ke sekolah. Kita main yuk!" ajak Rida dengan merengek ke Rayhan. Layaknya anak kecil yang meminta permen ke ayahnya.

"Ha? Main? Lo harus sekolah!" ucap Rayhan. Benar yang dikatakan Arka. Sampul tak sebagus isinya.

"Ihhh! Sekali aja! Aku pengen ke Leuwi Tonjong. Ayolah, kak!" Rida memohon ke Rayhan sambil menempelkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Nggak!" ketus Rayhan. Selang beberapa waktu, tak ada sahutan dari Rida. Setelah menengok ke samping, Rida sudah menangis. Menatap lurus ke depan. Raut wajah Rayhan panik. Berpikir apakah perkataannya menyakiti hati gadis itu. Tanpa pikir panjang, ia meminggirkan mobilnya.

"Lo kenapa? Sakit? Apa kata gue bikin lo sakit hati? Lo kenapa sih?" tanya Rayhan khawatir.

Tangan Rayhan bergerak memegang tangan Rida. Mencoba untuk menyadarkan Rida akan pertanyaannya.

Bukan balasan yang ia dapat, melainkan pelukan dari Farida. Entah apa yang membuat bocil di depannya ini malam memeluknya.

"Lo kenapa sih?" ulang Rayhan.

"Kak, aku nggak mau ke sekolah itu, aku benci. Aku kecewa, kalo aku berada di sana, aku bakal kebayang sama mereka." jelasnya dengan sedikit isakan.

"Lo dibully?" tanya Rayhan. Saat itu, Farida melepas pelukannya. Lalu, menggeleng keras.

"Lah, terus?"

"Papa, Mama, dan Kak Arza." jawaban itu membuat Rayhan tersentak.

"Terus kita mau kemana? Tempat lo yang tadi ya, nggak jauh juga dari sini." ajak Rayhan. Farida mengangguk.

✈️

Sesampainya di sana, Farida langsung mencopot sepatunya. Ia langsung berlari ke aliran air itu. Duduk di atas batu besar sambil bermain air. Lalu, Rayhan menyusul dan duduk di sampingnya.

Tawa Farida pecah, ia sangat bahagia. Bahkan, sudah lama sekali ia tak pergi ke sini. Kini, matanya disejukkan lagi oleh keindahan alam yang sangat membuatnya bahagia.

"Far!" panggil Rayhan.

"Hmm."

"Gue kan udah ngajak lo ke sini, sesuai permintaan lo, kan? Jadi, boleh gue tahu apa sih yang buat lo bolos tiap hari?" pertanyaan Rayhan membuat Rida bungkam. Lalu menitihkan setetes air mata.

"Sebenernya alasannya simpel. Dulu papa sama mama janji sama gue buat ngedaftarin gue ke sekolah gue itu. Cuma mereka ingkar janji, mereka pergi sehari sebelum pendaftaran." jelas Rida.

"Terus, kak Arza?" tanya Rayhan lagi.

"Kak Arza? Alasan yang sama. Setelah mama sama papa meninggal, kak Arza yang bantuin segalanya buat aku. Sampai aku mau sekolah di sekolah itu lagi. Karena kak Arka kan jarang di Indonesia. Jadi ya, gue semuanya kak Arza yang paling tau. Dia juga ninggalin gue pas gue 16 tahun, di bilang mau ngasih kado. Tapi Tuhan berkata lain, dia malah pergi karena kecelakaan pesawat waktu itu." Rida tetaplah Rida. Ia tak bisa lagi menahan tangisannya.

Rayhan tau apa yang dibutuhkan gadis itu. Ia menarik tubuh Rida dan memeluknya. Mencoba menenangkan Rida.

"Far, kamu tau nggak sih, nggak cuma kamu yang kehilangan sosok bang Arza. Tapi kakaknya kakak juga. Bang Arza pernah janji bakal ngelamar kakaknya kakak, buat dijadiin istrinya, tepat di hari ulang tahunmu. Tapi, Tuhan berkehendak lain. Sampai sekarang pun masih teringat, tapi dia coba tegar. Farida boleh tuh, contoh kakaknya kakak." jelasnya. Ia mencoba menenangkan Farida.

Farida melepas pelukan itu, lalu mengangguk.

"Farida coba deh!" ucapnya dengan sumringah.
"Kak, berenang yuk!" ajak Farida.

"Hah? Emang kamu bawa baju ganti?"

"Bawa kok, udah terencana." Farida malah nyengir nggak jelas.

"Cih, dasar!"
"Yaudah duluan aja, nanti nyusul." pinta Rayhan.

Setelah mencopoti pakaiannya dengan tersisa boxer. Rayhan akhirnya ikut terjun ke dalam air. Sensasi sejuknya menembus ke dalam raganya. Kapan lagi ia bisa menikmatinya.

✈️

Selesai dari Leuwi Tonjong, mereka menyegerakan untuk makan malam sebelum pulang. Warung pinggir jalan menjadi pilihan Farida.

"Mau makan apa?" tanya Rayhan kepada Farida yang duduk di depannya.

"Mau mi ayam sama es teh." jawabnya lantang.

"Pak, mi ayam 2, es teh 1, sama teh angetnya 1." ucap Rayhan pada penjual itu.

Selang beberapa menit pesanan mereka tiba. Farida segera melahap makanan itu. Mungkin perutnya sangat kosong. Rayhan hanya bisa geleng-geleng heran.

"Kok esnya nggak diminum?" tanya Rayhan yang melihat Farida memperhatikan es yang dipesannya tadi. Bahkan, sesekali Farida mengusap kedua bahunya bergantian.

"Dingin ya? Minum punya gue aja!" suruh Rayhan. Mau tak mau Rida meminumnya. Sedangkan Rayhan meminum es milik Farida.

Setelah selesai membayar, Rayhan dan Rida bergegas untuk pulang. Karena merasa iba, Rayhan mencopot jaket miliknya, lalu memakaikannya ke tubuh Farida.

"Makasih, kak!" lirih Farida. Dirinya merasa malu. Dengan segera, mereka masuk ke dalam mobil. Suasananya hening, sebelum Farida memulai percakapan.

"Kak?" panggil Farida.

"Hmm." Rayhan masih fokus dengan jalanan.

"Boleh aku tanya sesuatu? Soal alasan kakak bisa sampai di Garut?" tanya Farida sedikit takut.

"Boleh."
"Waktu itu kakak abis pulang dari Semarang. Di Semarang, kakak sekolah, jangan mikir macem-macem."

Farida mengangguk. "Iya, lanjut!"

"Jadi setelah kakak pulang, kakak harus sekolah lagi di Jakarta. Sekolah penerbangan, kakak juga pertama mau sekolah disana. Cuma suatu hari kakak dapet kabar kalo seorang yang kakak tunggu pindah ke Surabaya. Malamnya kakak minta ke ayah kakak buat cabut pendaftaran. Buat pindah ke Surabaya." jelasnya, namun masih fokus ke jalanan.

"Terus bukannya diizinin kakak malah dihajar abis-abisan sama ayah kakak. Mungkin kakak juga salah sih. Terus kamu dateng nolong ka,-" ucapnya terpotong ketika melihat Farida sudah tertidur.

"Dasar bocah!" gerutu Rayhan. Hanya tawa yang menghiasi wajahnya sekarang.

✈️✈️✈️

Bagaimana, Rayhan-Farida or Rayhan-Saras?

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang