Persembahan untukmu.
**
Saras berdiri di depan rumah Rayhan. Ada sedikit rasa ragu untuknya melangkah karena ia pun lupa tepat rumah Rayhan. Ia ingin sekali berkunjung dan menemui Bunda Rayhan. Ia rindu.
Ia selalu ragu untuk menekan bel rumah itu. Rasanya ia tak ingin menganggu pun karena ia takut terjebak pembicaraan dengan keluarga Rayhan.
"Cari siapa, dek?"
Pertanyaan itu sontak membuat Saras terkejut. Wajahnya menjadi pucat ketika melihat seorang wanita cantik berdiri di hadapannya. Tak asing, tapi Saras tak mampu mengingatnya.
"Kamu bukannya yang waktu itu? Pacarnya Rayhan?" Tebak Raisa.
Sekarang Saras tau. Wanita itu adalah kakak Rayhan yang kala itu ditemuinya di rumah sakit.
"Siapa namamu? Aku lupa,"
"Saras, kak."
"Ah, iya, Saras. Masuk, gih!" Ajak Raisa dengan lembut.
Saras mengikuti langkah Raisa masuk ke rumah mewah itu.
"Kamu apa kabar?" Tanya Raisa.
"Baik, kak," jawab Saras dengan canggung.
"Bohong." Saras tersentak dengan sangkalan Raisa. "Mana ada cewek yang ditinggalin cowoknya masih baik-baik aja,"
Saras hanya bisa tersenyum tipis.
"Kenapa baru main ke rumah, sih?" Tanya Raisa. "Kita belum pernah ngobrol sepertinya. Jadi, sekarang aku akan ceritain sisi lain tentang Rayhan. Kebetulan tu anak lagi nggak di sini juga."
Setelah ucapan itu, Raisa menceritakan segalanya tentang Rayhan. Mulai dari betapa takutnya Rayhan pada Handoko, hingga hal-hal gila di masa kecil yang dilakukan Raisa dan Rayhan. Setidaknya itu cukup untuk melengkapi kerinduaannya pada sosok yang jauh di sana.
"Kamu bisa main celo?!" Raisa terkejut ketika Saras menceritakan hobinya. "Kamu mau ambil jurusan seni?"
"Nggak, kak. Rencananya mau ambil arsitektur."
"Wah, wah! Jiwa seni banget!" Puji Raisa.
"Kamu nggak punya saudara?"
"Punya, kak. Kakak saya laki-laki."
"Yah, kirain perempuan. Kalau perempuan, kan, bisa diajak pergi bareng."
"Kak Raisa kenal, kok, sama kakakku."
"Seriusan?!" Raisa berseru terkejut.
Saras mengangguk. "Kakakku, Pramudya Galaputra."
"Pram?! Sumpah? Kakak kamu? Wow! Dunia super sempit,"
✈✈
Saras tersenyum memandangi kalung pemberian dari Rayhan.
"Besuk aku akan tampil solo untuk pertama kalinya. Entah ini yang terakhir juga atau bukan. Ray, aku pernah bilang kalau aku pengen kamu berdiri di barisan paling depan saat aku tampil, tapi itu nggak akan terjadi, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...