Kekuatan cinta pertama.
**
Setelah restu yang dikatakan Saras pada Anita, Pram dan Anita mulai menyiapkan pernikahan mereka, mulai dari konsep pernikahan hingga jumlah tamu yang akan diundang.
Siang itu, Saras baru saja menyelesaikan mata kuliahnya. Ia langsung bergegas menuju rumah Anita untuk mampir melihat persiapan pernikahan sebelum menuju rumah dinas ayahnya.
Dalam perjalanan menuju rumah Anita, Saras terus mengeluh karena cuaca panas dan jalanan yang cukup padat. Suara klakson pun membuat dirinya makin lelah dan muak dengan pengemudi lain.
Sampai di rumah Anita, ia bisa sedikit bernapas lega karena ada sebuah pohon mangga rindang yang digunakannya untuk berteduh serta memarkirkan motor.
"Assalamu'alaikum," ucap Saras sambil mengetuk pintu yang terbuka. Anita keluar untuk menyambut Saras.
"Ras, udah sampai? Pram mana?"
"Nggak bareng, mbak. Aku dari kampus tadi."
Anita mengangguk. "Duduk dulu, kenalin ini teman aku. Satu perusahaan tapi, dia di cabang Jakarta," Anita menuntun Saras untuk berkenalan dengan tamunya.
"Kak Raisa?"
"Saras?" Raisa terkejut melihat Saras yang sudah lama tidak ditemuinya. "Ya ampun, ini beneran Saras? Gila! Kamu kurus banget sekarang?"
Saras hanya meringis.
"Biasa. Anak kuliahan kalau lagi skripsi suka gitu." Jawab Anita. "Aku ambilin minum dulu, ya?" Pamit Anita sebelum meninggalkan ruang tamu.
"Ih, kamu apa kabar? Kok nggak pernah main ke Jakarta, sih?" Tanya Raisa.
"Baik, kak. Kebetulan Saras belum lama dari Jakarta, tapi nggak ketemu Kak Raisa."
"Kamu nggak main ke rumah, sih."
"Main kok, kak. Cuman Kak Raisa-nya aja yang nggak ada."
"Serius? Pasti ngobrol sama Bunda?"
Saras mengangguk.
"Tau gitu aku pulang duluan."
"Nggak papa, kak. Kan sekarang udah ketemu."
"Kamu selalu gitu, sih."
Saras dan Raisa tertawa kecil.
"Eh, kakakmu apa kabar? Udah mau nikah aja."
"Kak Pram baik kok, kak. Iya, awalnya, sih, aku nggak mau kak Pram nikah. Tapi, ya udahlah. Kak Raisa udah nikah?"
"Sensitif aku jadinya kalau bahas gituan." Gurau Raisa. "Aku belum mau nikah," jawabnya dengan suara yang tiba-tiba serius.
"Kenapa, kak?"
Raisa menghela napas pelan. "Kamu tau tentang kekuatan cinta pertama? Mungkin itu yang buat aku masih bertahan seperti ini."
Saras masih menyimak ucapan Raisa. "Entah kamu udah tau soal ini atau belum, aku mau cerita. Arza, calon suami aku meninggal karena kecelakaan pesawat. Itu juga penyebab aku nggak ngeizinin Rayhan buat jadi pilot.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...