Temu adalah sebuah harapan baru.
***
Rayhan Asyraff tengah memijakkan langkah demi langkah di sekolahnya, SMA Nusa Bakti. Setelah liburan kenaikan kelasnya, ini adalah hari pertamanya duduk di kelas XI. Rasanya baru kemarin ia mendaftar, namun sekarang sudah kelas XI saja.
Rayhan duduk di kelas XI IPA 5, bukan kelas favorit, namun sudah sangat cukup untuk dirinya. Semua yang bersekolah di sma ini adalah murid yang pandai.
"Han, nanti lo pas istirahat disuruh ke perpustakaan sama Bu Saskya." ucap seorang wanita, teman sekelas Rayhan selaku wakil ketua kelas.
"Oh, ya." jawab Rayhan dengan singkat. Bukan apa-apa, memang ini adalah sifat Rayhan sesungguhnya, tumbuh sebagai cowok yang kaku dan tegas, mirip dengan ayahnya.
Kepribadian sang ayah yang merupakan mantan mayor jendral, memiliki sifat yang tegas menurun pada dirinya. Sifat itu berbanding terbalik dengan ibunya, Laras, yang dominan sangat lembut dan ramah.
Ia juga memiliki seorang kakak perempuan yang cantik, lembut, dan baik hati, mirip seperti ibunya. Namun, ia memiliki kekurangan, terjadi gangguan pada jiwanya dikarenakan hal yang sangat menekannya di masa lalu.
...Pelajaran berlanjut seperti biasa, Rayhan masih dengan tatapan penuh konsentrasi dengan pelajaran kimia. Bukan masalah, Pak Sarwana, guru yang termasuk killer, namun memang kimia membutuhkan konsentrasi yang penuh dalam pembelajarannya.
"Han!" bisik Alika, teman depan tempat duduk Rayhan yang sedari masuk sekolah sudah menyukai sosok dingin Rayhan.
"Apa?" tanya Rayhan dengan santai dan masih dengan tatapan fokus ke depan.
"Gue pinjem penghapusnya dong." ucap Alika masih dengan berbisik.
"Oh." ucap singkat Rayhan sambil memberikan penghapusnya kepada Alika. Lalu, konsentrasi lagi dengan pelajarannya.
Sementara itu, Alika mendengus kesal, sudah satu tahun lebih sikap Rayhan masih sama. Mungkin bawaan dari lahir, mungkin.
✈️✈️✈️
Di sinilah Rayhan sekarang, sesuai permintaan Bu Saskya. Ia diminta untuk mencari buku referensi untuk pelajaran sejarah. Rayhan adalah orang yang tepat, karena ia sangat suka membaca. Tak lupa ia juga suka pergi ke tempat tenang daripada ramai.
Ia berjalan menuju rak yang ia kira terdapat buku yang ia cari. Di saat sampai di depan rak, seseorang juga menginginkan buku yang sama dengannya.
Pandangan Rayhan tertuju pada gadis yang ada di depannya, gadis yang lebih pendek darinya, tidak terlalu jauh, untuk ukuran seorang gadis sma sangat cocok.
"Silahkan." Rayhan mengalah untuk gadis itu.
"Tidak, kamu lebih butuh." ucap gadis itu sopan.
"Saya akan cari buku lainnya." Rayhan mengalah lagi.
"Baiklah, kita baca bersama saja." tawar gadis itu. Rayhan hanya mengangguk daripada ia tak mendapatkan apapun.
"Saras." ucap Saras sambil mengulurkan tangan kepada Rayhan.
"Rayhan." balas Rayhan dengan singkat pula.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Novela JuvenilBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...