Aku terlalu takut untuk kalut di dalam masa lalu.
️✈️✈️✈️
Rayhan masih tertidur pulas di ruang ICU Farida. Sudah dua hari ini, kekasihnya itu belum sadarkan diri. Bahkan dirinya merasa ketar ketir dengan keadaan Farida.
Ia bahkan takut untuk menghubungi Arka, dengan alasan tak mau mengganggu pikiran Arka karena kakak kekasihnya itu mendapat jam penerbangan sangat padat.
Sayup-sayup mata Rayhan untuk membuka. Rasa dingin di tubuhnya sudah menerka sejak semalam.
"Eughh!" suara leguhan dari Farida.
Setelah mendengar itu, Rayhan langsung panik. Dirinya segera memencet tombol dengan harap dokter segera masuk ke ruangan.
"Farida? Kamu udah sadar? Hey!" ucap Rayhan sambil menggenggam erat tangan kekasihnya itu.
"Ray? Aku mau pulang! Aku nggak suka di rumah sakit! Aku mau pulang!" rengek Farida dengan sedikit isakan.
Rayhan mengapit kedua pipi Farida dengan tangannya untuk menenangkannya.
Beruntung dokter segera masuk dan menenangkan Farida dengan obat biusnya. Untuk sekarang Farida belum boleh pulang, namun sudah boleh pindah ke bangsal.
"Kamu tidak perlu khawatir! Dia akan baik-baik saja. Kami akan segera memindahkannya ke bangsal untuk pemulihannya. Apa Anda keluarga pasien?" tanya dokter itu setelah menjelaskan semua ke Rayhan.
"Bukan, dok. Tapi dia pacar saya, dokter bisa mempercayakan saya, saya walinya." jelas Rayhan.
"Kalau begitu, ikut saya ke ruangan. Saya akan memberikan resep obat yang harus ditebus." jawab dokter tersebut.
Rayhan mengangguk, lalu melangkah mengikuti dokter senior tadi ke ruangannya.
Setelah urusannya selesai, ia segera pergi ke apotek sebentar untuk menebus obat. Tak berselang lama, ia kembali ke rumah sakit.
Namun pandangannya seakan terfokus pada lelaki dengan setelan jas dokter yang lewat di depannya.
"Kak Pram!" seru Rayhan memanggil nama dokter lelaki itu.
Dokter lelaki itu menghentikan langkahnya. Lalu membalikkan badan. Memasang ekspresi seperti bertanya kepada Rayhan. Rayhan segera mendekat.
"Saya Rayhan, kak." ucap Rayhan memperkenalkan diri.
"Rayhan?" guman Pram sembari mengingat siapa lelaki di depannya.
"Mantan Saras." balasnya dengan sedikit menundukkan kepala.
Pram manggut-manggut.
"Ada perlu sama saya? Kalau tidak saya ingin segera pergi, ada urusan." jawab Pram dengan nada sedikit ketus.
"Saya cuma mau tanya keadaan Saras saja." ucap Rayhan malu-malu.
"Saras? Oh, dia baik-baik saja. Kalau begitu saya pergi dulu, masih ada pasien."
"Kak sebentar!"
Langkah Pram terhenti lagi. Sesekali ia memutar bola matanya jengah.
"Saya ingin titip salam untuk Saras. Dan permintaan maaf saya kepada Saras, kak Pram maupun Om Bagas." ucap Rayhan sedikit menunduk.
"Ya, saya maafkan. Nanti saya sampaikan ke Saras. Saya permisi!" pamitnya.
Setelah kepergian Pram, ada sedikit rasa bersalah pada diri Rayhan. Dan ia sangat malu jika Bagas mengecapnya sebagai lelaki yang tak bisa menepati janji. Ia sangat menyesal melepaskan Saras begitu saja.
"Maafkan aku ya, Ras. Aku terlalu pengecut sampai tak berani menghadap ke kamu. Aku hanya bisa mengatakan kata lewat orang lain, karena aku tak berani kalut dengan masa laluku lagi, Ras." gumannya
✈️
"Rayhan?" panggil Farida ketika mendengar suara pintu yang baru saja tertutup.
"Iya?" Rayhan sedikit menyunggingkan senyumannya.
"Kamu dari mana?"
"Aku abis nebus obat, kamu minum ya tapi setelah makan." titah Rayhan yang mengambil posisi duduk di dekat ranjang Farida.
"Aku nggak mau makan. Nggak enak." jawab Farida lemas.
"Nanti kamu tambah sakit, aku nggak mau kena marah kakak kamu." ucap Rayhan dengan nada lembut.
"Nggak mau! Aku nggak mau makan! Aku ngantuk!" tolak Farida dengan nada sedikit menyeru.
"Terus kamu mau apa!? Sekali aja kamu nurut dong, Far!" seru Rayhan. Dirinya kalut akan emosinya sampai tak bisa mengendalikan.
"A-aku ng-nggak ma-mau makan. A-aku ti-tidur aja." ucap Farida dengan terbata. Dirinya menitihkan air mata dan menatap Rayhan takut.
Hatinya remuk ketika Rayhan membentaknya tadi. Bahkan, dadanya sedikit sesak. Lalu ia menidurkan dirinya dan menangis. Isakannya sangat keras, sampai Rayhan bisa mendengarnya.
Rayhan menghela napasnya kasar. Ia mengusap wajahnya kasar.
"Ray, dia masih anak-anak! Sadar, Ray, kendalikan emosimu!" gerutunya dalam hati.
Rayhan menyentuh bahu kekasihnya. Namun, malah ditepis oleh Farida.
"Far, aku nggak berniat ben,-"
"Aku minta maaf, kalo selama ini suka manja dan ngerepotin kamu. Aku nggak peka kalo kamu merasa direpotkan sama permintaan aku. Besok-besok kalo aku mau sesuatu dan kamu nggak sanggup, tolak aja ya. Aku paham." ucap Farida dengan isakan.
Hati Rayhan teriris, seharusnya ia tak emosi hanya karena bertemu Pram yang ketus padanya tadi. Tidak seharusnya ia membawa masalah pribadinya sampai ke Farida. Dia benar-benar merasa bodoh sekarang.
Rayhan segera meraih tubuh Farida untuk didudukan menghadap dirinya. Walaupun Farida memberontak, tetap saja kekuatan Rayhan lebih besar.
"Jangan nangis lagi! Aku minta maaf." ucap Rayhan sangat lembut. Lalu menghapus air mata Farida.
"A-aku takut kamu kayak tadi la-lagi."
"Aku minta maaf, aku nggak akan kayak gitu lagi. Maaf buat kamu takut. Aku lagi ada masalah." sahut Rayhan dengan jujur.
"Aku maafin. Tapi seharusnya kamu nggak memasukkan masalah kamu ke hubungan kita, Ray. Aku takut kamu bentak lagi."
"Aku minta maaf. Aku salah. Kamu tidak pernah sesekali pun merepotkan aku, sayang." ucap Rayhan sebelum menarik Farida ke dekapannya.
"I-iya." Farida sedikit tertegun. Rayhan memanggilnya dengan sebutan 'sayang'. Pipinya sedikit merona sekarang.
"Makasih." ucap Farida dengan senyuman yang terbit di sana. Ia mengeratkan pelukan Rayhan. Ia terlalu senang mendengar sebutan itu, karena bisa dihitung Rayhan memanggilnya seperti itu selama berpacaran 2 tahun ini. Mungkin ini adalah pertama kalinya.
✈️✈️✈️

KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...