15

139 13 6
                                    

Kelemahanmu adalah sebuah mimpi besar bagiku.

️✈️✈️✈️

"Saras, maaf saya harus pulang sekarang. Bunda sudah meminta saya untuk pulang." pamitnya kepada Saras.

"Han,-" lirihnya. Menahan Rayhan untuk pergi.

"Kamu yang tenang, Ras. Sudah saya bilang, saya selalu ada untuk kamu. Saya akan berusaha menjaga diri saya. Ini mimpi saya, saya akan bertanggungjawab akan pilihan saya." jelas Rayhan. Ia mengakhiri dengan senyumnya.

"Tapi, aku takut. Aku nggak mau kamu pergi." Saras masih ketakutan.

Rayhan tersenyum. Lalu, ia menggenggam erat kedua tangan Saras.

"Ras, saya akan berusaha. Berusaha untuk selalu berada di sampingmu. Saya sangat mencintaimu, Ras." tegasnya. Pram yang mendengarnya di balik pintu hanya tersenyum bahagia.

"Sekali lagi, tolong yakinkan aku, ya?" pinta Saras.

Rayhan tersenyum, lalu mengangguk. Ia mencium punggung tangan Saras lembut. Lalu, mengusap rambutnya.

"Saya pamit! Kamu lekas sembuh. Besok saya jemput kamu."

Saras mengangguk. Rayhan langsung pamit kepada semua orang di sana. Rayhan harus kembali ke rumah segera.

✈️

Rayhan melihat raut wajah Saras yang sedikit murung. Mungkin karenanya kemarin. Bahkan, rasa bersalahnya pada Saras masih mengganjal di pikirannya.

"Saras, nanti kamu ikut saya ya?" pinta Rayhan sambil menengok ke arah belakang.

"Kemana?" tanya Saras penasaran.

"Ke suatu tempat, di mana saya harus menggapainya."
Rayhan menyunggingkan senyumnya.

"Boleh. Tapi sudah izin Ayah?" tanya Saras memastikan semuanya aman.

Rayhan mengangguk. "Sudah, saya sudah izin Om Bagas."

"Baguslah."

Rayhan melajukan motornya, membelah jalanan ibukota yang belum sempat padat.

Sesampainya di sekolah, Saras turun dari motor Rayhan. Matanya tertuju oleh lelaki yang juga memarkirkan motornya di samping motor kekasihnya itu.

"Saras?" panggil Bayu setelah melihat Saras melepas helm nya. Rayhan langsung menatap tajam sang pemilik suara itu.

"Kok lo lagi?"

"Kan saya sudah bilang jika saya ini pacarnya. Apa kamu masih belum mengerti?" jelas Rayhan sedikit emosi.

"Ya gue nggak habis pikir aja, lo yang kaku kaya gini bisa pacaran sama Saras." remeh Bayu. Amarah Rayhan mengkobar.

Saras melihat raut marah Rayhan. Lalu ia memegang lengan kekar Rayhan, sambil menatap pacarnya itu dengan tatapan takut.

Rayhan menghela napasnya. Satu sentuhan dari Saras mencairkan amarahnya. "Jika memang takdirnya seperti ini, mengapa kamu menyalahkannya?" jawab Rayhan.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang