40

107 7 1
                                    

Meninggalkan jalan menuju kenangan.

**

"Iya, kak. Nggak sampai malam, kok."
"Iya. Makasih, kak."

Saras menutup sambungan teleponnya.

"Sudah?"

Saras mengangguk, lalu duduk di jok belakang motor lelaki yang kini menjadi kekasihnya.

Sejak dua tahun lalu, Saras resmi berdomisili di Surabaya. Pram yang sudah diwisuda, lalu kini bekerja di Rumah Sakit Angkatan Laut Surabaya. Ayahnya pun telah pindah tugas di Surabaya. Rumahnya di Jakarta disewakan, lalu keluarga kecil ini membeli sebuah rumah sederhana di Surabaya.

Beginilah kehidupan Saras sekarang. Semakin jauh dengan ibukota. Semakin jauh pula dengan kenangan yang teramat menyakitkan.

✈✈

Festival budaya Surabaya. Di sanalah tujuan sepasang kekasih ini.

"Seru, ya." Ucap Saras memuji stan budaya yang begitu menarik.

"Kalau malam bakalan lebih seru."

Saras menatap Adit. "Jangan harap, ya! Nggak akan dibolehin keluar malam sama Kak Pram."

"Lagian, udah berapa lama kamu tinggal di Surabaya, masih nggak boleh aja keluar malam. Padahal Surabaya kalau malam bagus, lho." Keluh Adit.

"Sebenarnya, sih, boleh-boleh aja. Tapi, kan karena Mas Adit sekarang pacar aku jadi nggak boleh keluar malam sama aku."

"Kalau ngajak Arifin boleh nggak?"

"Nggak mau. Ntar aku perempuan sendiri, nggak suka."

"Ya terus sukanya gimana?" Tanya Adit dengan sedikit menggoda.

"Ya gini,"

Adit tertawa kecil. "Kamu sudah lama di Surabaya masih kelihatan aja kaya orang Jakarta."

Saras tertawa. "Ya, karena aku kan emang orang Jakarta mau gimana lagi."

"Kita makan, yuk!" Ajak Adit. Saras mengangguk.

"Kita mau kemana hari ini?" Tanya Saras.

"Maunya kemana?"

"Pulang."

"Kok gitu?" Tanya Adit terkejut.

"Kan kalau makan di rumah gratis. Enak dong." Jawab Saras enteng.

"Ya udah. Aku anterin pulang, ya?"

Saras mengangguk. Keduanya lalu tertawa bersama.

Selama hampir setahun menjalin hubungan dengan Adit, Saras selalu merasakan kehangatan bersama lelaki itu. Adit yang sekarang sangat berbeda dengan Adit yang dulu dikenalnya. Adit selalu menghadirkan senyumnya setiap kali bersama.

Adit sudah menyelesaikan skripsi dan sidangnya. Sekarang, ia hanya tinggal menunggu waktunya wisuda. Sedangkan, Saras kini tengah bersiap untuk menjalani KKN.

Di salah satu kafe sederhana di dekat festival budaya.

"Cerita lagi dong soal KKN kemarin," pinta Adit saat sedang menunggu pesanan datang.

"Nggak mau. Bosen."

"Kok gitu?"

"Itu mulu. Bosen." Jawab Saras ringan.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang