42

118 7 3
                                    

Ini pencarian atau sebuah ketidaksengajaan?

**

"Kakak serius mau nikah sama Mbak Anita?" Tanya Saras dengan nada serius.

"InsyaaAllah."

Saras berdecak kecewa.

"Kenapa emangnya?"

"Nggak." Saras masih enggan jujur.

"Anita punya adik cowok, lho. Namanya Adit. Sama kaya pacar kamu." Ucap Pram. "Kamu kapan kenalin pacar kamu?"

Saras mengeram kecil. "Aku udah putus."

"Kok cepet?"

"Udahlah, kak." Saras berseru tak suka karena Pram menggodanya. "Kenapa kakak nggak kerja aja? Di rumah gini kelihatan nyampah tau!"

Pram tertawa. "Terus kenapa kamu nggak kuliah aja?"

"Ya udah! Saras kuliah dulu." Saras langsung bangkit, lalu melangkah menuju kamar untuk bersiap ke kampus.

✈✈

Saras sangat ingin menghindari Adit. Namun, saat kelas sudah selesai, Adit pun telah menunggu di depan gedung Fakultasnya. Itu membuatnya mau tak mau harus menemui Adit.

"Kamu marah sama aku?" Tanya Adit.

Saras menggeleng.

"Terus kamu kenapa?"

Saras diam sejenak. "Aku mau putus."

Adit tersentak. "Putus bagaimana, Ras? Kamu kenapa tiba-tiba kaya gini?"

"Perasaan kita salah, Mas. Kita harus menghentikan ini." Tegas Saras.

"Salah bagaimana maksudmu?"

"Aku tidak bisa, Mas."

"Tidak bisa bagaimana? Tolong jelaskan!"

"Tidak bisa. Selama ini, aku tidak mencintai Mas Adit. Mas Adit itu cuman pelampiasan. Aku masih cinta sama Rayhan. Aku nggak mau nyakitin Mas Adit lagi. Mendingan kita putus." Jelas Saras.
"Aku mau pulang," tanpa menunggu respon lelaki di hadapannya, Saras langsung berjalan menuju motor untuk pulang.

Di sebuah kafe dekat festival budaya, Saras duduk sambil memainkan sedotan di minumannya. Ia berusaha sebaik mungkin agar tidak terlihat bersedih atas keputusannya. Ia menatap case ponselnya, merupakan potret dirinya dalam bentuk goresan pensil Adit.

Andai saja, Pram tidak memutuskan untuk menikahi kakak dari Adit, tentu hubungannya tak akan serumit ini. Tapi, mungkin ini pun salahnya karena tak segera mengenalkan Adit pada keluarganya.

"Saras."

Saras mendongak mendapati sosok Adit tengah berdiri di hadapannya. Lelaki itu duduk di kursi.

"Mau apalagi menemuiku, Mas? Mau mencaci aku karena menjadikanmu pelampiasan?"

Adit meraih tangan Saras. "Aku tau, kamu ingin putus bukan karena itu, Ras."

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang