10

172 14 5
                                    

Jadi, semua ini untuk apa?

"Baru sampai?" Tanya Bagas saat Pram mengucapkan salam melewati pintu.

Pram mencium tangan Ayahnya dengan penuh hormat. "Iya, Yah. Tadi macet di jalan." Jawabnya. "Saras di mana?"

"Di kamar. Mungkin dia marah sama Ayah."

"Memangnya kenapa, Yah?"

"Tadi, ayah marahin dia karena punya pacar. Ya, sebagai orang tua ayah kan harus tegas sama anaknya. Apalagi, Saras itu anak perempuan satu-satunya."

"Saras sudah bilang padaku tentang pacarnya, aku juga sudah memintanya untuk mengajak kekasihnya ke rumah. Tapi, sampai sekarang belum."

"Harusnya kamu lebih tegas pada adikmu. Dia itu mutiara keluarga kita." Ucap Bagas dengan lembut, tapi penuh dengan penekanan.

"Iya, Yah." Jawab Pram. "Kalau begitu, Pram bersih-bersih dulu. Nanti, biar Pram yang bujuk Saras."

Pramudya melangkah meninggalkan ruang tamu setelah Bagas mengangguk menyetujuinya.

✈✈

"Ras?" Panggil Pram sambil mengetuk pintu kamar Saras. "Ras, keluar, gih. Kakak mau beli makan, kamu mau apa?" Tanya Pram dengan lembut. Sayangnya, tak ada jawaban dari Saras.

"Ras?" Panggil Pram dengan nada suara yang lebih keras. "Ras, kamu bisa cerita sama kakak kalau ada masalah," bujuk Pram.

"Saras belum mau keluar?" Tanya Bagas yang kini berdiri di belakang Pram.

"Belum, Yah."

Bagas mengambil alih pintu kamar Saras. "Ras, Ayah masuk, ya?" Tanpa basa-basi, Bagas membuka pintu kamar Saras. Sekilas, tak terlihat ada sosok Saras di kamarnya.

"Saras?" Panggil Pram dan Bagas silih berganti.

Pramudya melangkah menuju ruang yang biasa digunakan Saras untuk bermain cello. Di pojok ruangan, Pram mendapati Saras terduduk sambil mencengkram erat kedua telinganya.

Pram berlari mendekati Saras, lalu dipeluknya erat. "Tenang, Ras. Ada kakak." Bisik Pram. Saras masih menangis ketakutan.

"Ayah!" Teriak Pram. Tak berselang lama, Bagas masuk ke ruangan tersebut. Bagas ikut memeluk Saras dari sisi yang lain.

"Pram, kamu cari taksi segera. Biar Ayah bawa dia ke tempat tidur." Suara Bagas bergetar ketika meminta Pram untuk mengambil tindakan.

Bagas membopong paksa putrinya ke tempat tidur. Tubuh Saras begitu dingin, di lengannya terdapat luka sayatan yang tergores oleh bow. Bagas masih terus berusaha untuk menenangkan Saras.

"Yah, taksinya sudah datang." Ucap Pram.

Bagas kembali membopong Saras ke taksi yang sudah menunggu.

✈✈

"Bagaimana kondisi, Saras?" Tanya Pram pada Johan psikolog yang sudah lama menjadi langganan tiap Saras kambuh.

"Kita harus mengalihkan pikirannya. Itu supaya dia bisa sedikit menenangkan traumanya." Jelas Johan.

"Tolong beri kami saran,"

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang