9

184 12 2
                                    

Hanya kata maaf yang bisa kuutarakan atas kesalahanku.

✈️✈️✈️

Sampai hari ini, Rayhan masih menunggu kesadaran kakaknya. Bagaimanapun juga ini adalah kesalahannya. Ia akan memberikan sedikit waktu sebelum esok kembali ke sekolah lamanya. Mengurus data yang belum selesai.

Rayhan masih belum terlelap sedari semalam, matanya yang merah, serta wajahnya yang lelah. Ia membelai tangan kakaknya tanpa henti.

"Han, pulang dulu! Istirahat di rumah!" titah Laras.

"Nanti saja, Bunda. Rayhan belum mengantuk." tolak Rayhan halus.

"Pulanglah, Han! Atau Ayah akan mencabut pendaftaranmu!" ancam Handoko dari balik pintu kamar rawat itu.

"Baik, Yah." balasnya pasrah.

Sesuai dengan permintaan kedua orangtuanya. Rayhan pulang ke rumahnya. Bersama motor hitam kesayangannya. Sebelum ia menunggang, seseorang meneriaki namanya.

"Rayhan!" seru Alika yang kebetulan berada di sana.

Rayhan hanya tersenyum kecut.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Alika sok akrab.

"Bukan apa-apa. Maaf, saya permisi!" pamitnya pada Alika.

"Han, masuklah sekolah! Aku khawatir kamu tidak masuk berhari-hari!" teriak Alika kepada Rayhan yang sudah lebih dulu berlalu bersama motor hitamnya.

Sesampainya di rumah, ia langsung merebahkan badannya yang sakit akibat terlalu lama duduk di kursi. Ia mencoba melelapkan matanya, namun nihil. Pikirannya selalu berputar.

Ia bosan, lalu ia mencoba mengotak-atik ponselnya. Ia langsung membuka akun instagram miliknya.

"Mengapa belum ada balasan?" gumannya saat melihat DM nya bersama Saras.

"Apa dia marah? Tidak mungkin!" gumannya sendiri.

Ia memutuskan untuk bersih-bersih, lalu pergi ke sekolah lamanya. Memastikan jika Saras berada di sana. Mungkin ia akan sedikit berbincang dengan Saras.

✈️

Ia mengukuhkan hatinya, hari semakin siang. Apa iya ia akan ke sekolahnya yang dulu?

"Ok, Han! Lo harus yakin!" ucapnya untuk meyakinkan dirinya.

Rayhan langsung melaju dengan motornya menuju sekolahnya. Seketika motor Rayhan terhenti di depan gerbang sekolah. Ia sangat merindukan sekolah ini, bahkan orang-orang di dalamnya.

Ia sangat merindukan perpustakaan, tempatnya dan Saras bertemu. Alangkah bodohnya, ia mengambil keputusan itu dengan cepat.

Rayhan tersenyum kecil.

"Saras, Saras." gumannya dengan diakhiri senyuman.

Rayhan menepi, mencari tempat yang sedikit rindang untuknya menunggu Saras pulang. Wajah itu, ia sangat merindukannya.

Rayhan begitu memikirkan Saras, hingga ia terlelap akibat hembusan angin yang sangat sejuk. Membuat hawanya enak untuk dipakai tidur.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang