Epilog

229 15 1
                                    

Kisah ini sudah berakhir.

️✈️✈️✈️

Saras melihat Rayhan yang tersenyum manis padanya. Lelaki itu, menggunakan pakaian pilot seperti biasanya. Saras pun membalas senyuman Rayhan dengan tulus.

"Ras? Pipi kamu memerah! Kamu kenapa?" tanya Rayhan yang semakin mendekat ke arahnya.

Saras kelimpungan, ia berusaha sebisa mungkin untuk bersikap biasa-biasa saja di depan Rayhan. Lelaki itu membuatnya salah tingkah, selalu!

Tangan lembut Rayhan mengulur, ia mengusap pipi Saras dengan sayang. Saras yang awalnya terkejut, kini matanya malah menutup, menikmati sentuhan demi sentuhan yang Rayhan ciptakan.

"Ras? Apa kamu menyukainya?" tanya Rayhan, Saras menjadi canggung kembali. Ia segera menepis tangan Rayhan agar menjauh.

"Tidak! Aku tidak menyukainya! Dasar tukang modus!" ketus Saras sebelum membalikkan badannya. Pipinya sangat panas sekarang.

Rayhan terkekeh. "Dasar tukang bohong!" sahut Rayhan pada Saras.

"Kenapa? Aku bukan tukang bohong, kok! Jangan asal bicara kenapa, sih, Ray!? Aku tidak suka!" gerutu Saras. Lalu, membalikkan tubuhnya lagi, memunggungi Rayhan kembali.

Rayhan menghela napasnya kasar. Tangannya terulur, lalu memeluk Saras dari belakang. Ia meletakkan dagunya di atas pundak Saras.

"Dan aku bukan tukang modus, aku benar-benar serius, kok, Ras!" ucap Rayhan yang kepalanya masih ada di pundak Saras.

Aliran darah di tubuh Saras mengalir sangat cepat. Degub jantungnya sudah tak bisa terkontrol jika Rayhan bersikap seperti ini padanya. Ia merasakan ada kupu-kupu yang terbang di perutnya. Sangat geli, apalagi deru napas Rayhan yang mengarah langsung ke lehernya.

"Ray, jangan seperti ini! Aku takut!" ucap Saras. Lalu, Rayhan melepaskan rengkuhannya pada Saras.

"Kenapa?" tanya Rayhan heran.

"Aku hanya takut hal itu terulang lagi." ucap Saras sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Tak akan terulang lagi, Ras! Aku yakin! Sudah tidak ada siapa pun yang akan memisahkan kita, Ras." ucap Rayhan secara lantang dan penuh keyakinan.

"Tapi, tapi aku masih ragu." ucap Saras lagi.

Rayhan meraih kedua tangan Saras, lalu menggenggamnya.

"Kalau begitu, buang rasa ragumu itu. Di sini, kita akan bahagia. Aku sendiri yang akan membahagiakanmu, Ras!" seru Rayhan.

"Aku rindu ayah." lirih Saras.

Rayhan memandang Saras dengan tatapan iba, lalu ia menarik Saras ke dalam pelukannya.

"Aku juga rindu bunda. Rindu kak Raisa, tapi mereka sudah bahagia di dunia, Ras. Kita hanya perlu menunggu sampai mereka dan kita bisa berkumpul lagi." jelas Rayhan sambil menenangkan Saras.

"Sekarang, kamu sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan, Ras. Ibumu, dia berkumpul bersama kita di sini, Ras. Ayahku juga." ucap Rayhan girang.

"Tapi aku masih rindu ayah, Ray. Aku belum mau berpisah dengan mereka." keluh Saras.

"Ras, kamu hanya perlu menunggu. Kamu mau kan menunggu?" tanya Rayhan sambil mengelap air mata Saras yang mengalir di pipi gadis itu.

Saras pasrah, ia tak bisa memaksakan untuk bertemu ayahnya. Ia pun mengangguk.

"Jadi, selama kita menunggu. Aku akan berusaha membahagiakanmu, Ras. Apa kamu bersedia, Ras?"

"Seperti pertama bertemu!" seru Saras dengan lantangnya.

"Baik tuan putri!" Rayhan membungkukkan tubuh atasnya, layaknya sikap pangeran pada tuan putrinya.

"Sejatinya, kisah ini memang sudah berakhir. Namun, perasaanku kepadamu akan selalu ada, tiada akhir, Ras, untuk selalu mencintaimu. Karna, Rasa hanya milik Rayhan dan Saras." guman Rayhan dalam hati.

Saras dan Rayhan menikmati permainan mereka di atas awan. Tawa bahagia Saras yang selalu membuat Rayhan ingin selalu melindunginya. Melindungi gadisnya, Angreni Saraswati.

✈️✈️✈️

The End

Thank you!
Love,
darklatte❤

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang