19

130 10 3
                                    

Jarak tak akan melemahkan perasaanku.


️✈️✈️✈️

Hari pertama Rayhan masuk ke sekolah barunya cukup mengesankan. Apalagi dia satu kelas dengan Radit, lelaki yang dikenalnya waktu pendaftaran minggu lalu.

"Han, akhirnya lo masuk juga. Lama banget pindahnya?" Radit mengajaknya mengobrol.

"Saya masih ada urusan di sana. Jadi tidak bisa masuk kesini dengan cepat." jelasnya kepada Radit.

"Oh, gitu. Btw, nanti malem kita jalan-jalan kota Semarang mau nggak? Daripada lo nggak ngapa-ngapain di rumah." ajaknya.

"Boleh, nanti saya main ke kost mu."

Radit mengacungkan kedua ibu jarinya kepada Rayhan.

✈️

Reyhan sudah sampai di kost milik Radit. Keadaan Rayhan memang jauh lebih beruntung daripada Radit. Rayhan ke Semarang disewakan apartemen, sedangkan Radit ia harus nge-kost.

"Ayo, Dit! Kita mau kemana?" Rayhan sangat antusias. Ia ingin sekali berjalan-jalan. Mengenal kota yang akan membuatnya menjadi seorang pilot hebat.

"Kita ke Simpang Lima. Biar gue yang bawa motor lo." tawar Radit.

"Bisa?" tanya Rayhan meragukan. Karena ia sama sekali tak pernah melihat Radit naik kendaraan. Dia hanya naik bis ketika berangkat ke sekolah.

"Bisa. Lo tenang aja, duduk manis di belakang." jawab Radit sambil tersenyum.

Rayhan duduk di jok belakang. Radit yang mengendarai motornya. Motor yang dibelikan ayahnya saat ia berada di Semarang.

"Kamu bisa juga bawanya." Rayhan tertawa renyah.

"Ya bisalah. Btw, lo ngomongnya jangan pake 'saya-kamu' enakan juga 'lo-gue'." Radit malah tertawa.

"Ok, gue usahain kalo nggak lupa."

Sesampainya di sana, Radit mengajak Rayhan jalan-jalan. Karena banyak penjual makanan, Radit mengajak Rayhan untuk berwisata kuliner. Layaknya dia saat pertama kesini.

"Han, lo mau apa?" tanya Radit kepada Rayhan ketika mereka menghampiri salah satu penjual makanan.

"Gue nggak tau makanan apa aja di sini. Menurut lo yang paling enak apaan? Gue ngikut lo aja deh." Rayhan pasrah, pasalnya ia tak tau makanan apa yang sekiranya enak.

"Buk, lumpia sekawan, nggih?" ucap Radit kepada penjual tersebut. Rayhan hanya bisa menganga, ia tak mengerti apa yang diucapkan oleh Radit kepada penjual makanan itu.

Penjual itu memberikan lumpia pesanan Radit. Lalu memberikan 2 ke Rayhan. Rayhan menerimanya.

"Lo tadi ngomong apa?" tanya Rayhan kepada Radit.

"Lo nggak bakal tau, cuma intinya gue tadi beli lumpia 4." jelas Radit sambil tertawa.

"Oh, yaudah."

"Han, lo duduk sini dulu ya! Gue mau beli es khas Semarang. Lo harus coba, soalnya enak banget." tawar Radit.

"Yaudah sana! Gue tunggu di sini."

Radit pergi meninggalkan Rayhan. Ia akan membeli es congklik, dessert ala Semarang, yang membuatnya jatuh cinta saat sampai di kota ini.

Sesuatu mengingatkan Rayhan, ponselnya. Selama penerbangan sampai sekarang, ia menonaktifkannya.

"Han, lo kenapa? Kok kaya orang bingung?" tanya Radit dengan dua es congklik di tangannya.

"Lo bawa power bank?" tanya Rayhan panik.

"Bawa. Kenapa?"

"Gue pinjem. Hp gue mati, ini darurat, Dit!"

Radit segera memberikan power bank miliknya. Lalu, ia melanjutkan makannya. Persetan dengan kepanikan Rayhan.

Dengan cepat, Rayhan men-charger ponselnya. Banyak pesan yang masuk ternyata. Damn. Notifikasi dari Saras.

"Sial!" umpat Rayhan. Ia meruntuki dirinya terus menerus. Pesan dari Saras membuatnya sedikit kecewa. Apa iya, ia akan melepaskan begitu saja? Tidak mungkin. Ia akan tetap memperjuangkannya.

"Udah makan dulu! Ngumpatnya nanti lagi!" Radit menjejalkan lumpia ke mulut Rayhan. Rayhan merasa kepedasan karena di ujung lumpia banyak dilumuri saus.

"Hah, hah! Pedes, Dit!" Rayhan mengibaskan tangannya di depan mulutnya.

"Makanya, jangan mikir cewek mulu. Di Semarang banyak cewek cantik nggak kalah sama cewek Jakarta." goda Radit.

"Sayangnya beda, Dit. Cuma dia yang bisa bikin gue gila. Yaudah, gue cabut duluan. Mau ke toilet." pamitnya.

"Yoi, gue tunggu di sini ya, bro!" seru Radit sebelum melanjutkan makannya.

Ke toilet hanya alibi Rayhan. Sebenarnya ia ingin membalas pesan itu, tanpa diganggu oleh Radit.

To : Saras

Saya nggak pernah tau atas ucapan kamu itu. Jika memang permintaanmu itu, baiklah. Tapi di sini, hati saya masih milikmu. Saya tak akan memberikannya kepada siapa pun. Karena cinta saya ke kamu tak terbatas hanya Jakarta, tapi cinta saya tak memiliki batasan. Karena jarak tak membuat perasaan saya ke kamu lemah, Ras. Kisah kita akan berjalan, seperti alur yang diinginkan Tuhan. Saya mencintaimu, Ras, selalu.

Setelah membalas pesan itu, Rayhan segera kembali ke tempat tadi. Takut Radit mencarinya.

"Rayhan?" panggil seseorang, membuat Rayhan menghentikan langkahnya.

"A-Alika. Ngapain kamu di sini?" Rayhan terkejut akan kedatangan Alika di hadapannya. Bahkan, ini bukanlah sebuah mimpi.

"Gue susul lo, Han. Gue nggak mau jauh dari lo. Gue mohon, Han. Pertimbangkan pernyataan gue waktu itu." pinta Alika sambil mencengkram erat tangan Rayhan.

"Maaf, tapi hati saya sudah jadi milik orang lain, Ka." tegasnya.

"Rayhan, Rayhan. Mata lo buta ya? Lo dikasih apa sih sama si Saras itu? Lo itu kaya bukan Rayhan yang gue kenal saat lo kenal sama Saras. Lo bucin, Han!" seru Alika.

"Jangan buat emosi saya naik! Saya tidak diberi apapun oleh dia, dia hanya memberikan kepercayaan kepada saya. Dan kamu, tidak punya hak apapun untuk menghakiminya. Saya mohon dengan sangat jangan pernah menjelek-jelekan nama dia di depan saya."

"Itu fakta, Han!" teriak Alika, ia semakin marah dengan sikap Rayhan.

"Saya tidak perduli. Yang saya tahu dia adalah satu-satunya wanita yang dapat membuat saya jatuh cinta. Dan sampai kapanpun hati saya hanya untuknya. Sekalipun ada jarak antara kami, perasaan saya untuknya tak akan lemah!" tegas Rayhan. Lalu ia meninggalkan Alika dengan rasa kesalnya.

✈️✈️✈️

Kekehnya abang satu ini? Apa iya, bang bisa sampai akhir hayat? :v

Jangan lupa baca, vote, and comment.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang