11

170 11 3
                                    

Sudah kubuktikan semuanya.

✈️✈️✈️

Setelah pertemuan secara diamnya kemarin, hari ini Rayhan akan mencoba untuk meyakinkan perasaannya pada Saras. Dan mungkin, hari ini adalah hari di mana ia harus menjelaskan keadaannya pada Saras.

"Ras, tunggu aku untuk bisa membuktikan ucapanku padamu!" suaranya lantang, mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Namun, ia tak bisa bertemu sekarang. Hari masih sangat pagi, mungkin Saras juga belum kembali ke rumahnya.

Rayhan keluar dari kamarnya, melangkah menuruni tangga menggunakan kaos tipis, handuk kecil di lehernya, dan celana khusus olahraga.

"Den, mau kemana?" tanya bi Asih kepada tuan mudanya itu.

"Mau jogging, Bi. Rayhan harus siap fisik juga sebelum masuk sekolah khusus penerbangan." jelasnya dengan diakhiri senyuman tipis.

"Den, maaf kalau saya lancang. Apakah Non Raisa baik-baik saja?" tanya bi Asih ragu, takut Rayhan malah marah padanya.

"Bibi tenang saja, saya percaya kak Raisa akan baik-baik saja. Seiring berjalannya waktu, kak Raisa akan lupa." jelas Rayhan lagi, sebelum ia meninggalkan rumahnya.

Ia memilih jogging dengan jarak yang jauh dari rumahnya. Ia akan pergi ke taman kota, selagi ia masih berada di kota tercintanya ini. Sesekali ia mencari udara segar di luar.

Ia memutari taman dengan langkah kecilnya. Peluh sudah membasahi pelipisnya, tenggorokannya pun sudah kering sekarang.

"Lebih baik istirahat dulu." gumannya. Lalu, ia pergi ke salah satu kursi taman di sana.

Mengibas-kibaskan tangannya, berharap ada angin yang tercipta. Ia mengelap peluhnya. Rasanya sangat lelah.

"Minum dulu!" seseorang memberinya air minum. Rayhan menatap wajah itu.

"Minum, Han! Jangan liatin gue!"

"Terima kasih." ucap Rayhan pada wanita itu.

"Kapan lo masuk sekolah, Han? Lo udah lama nggak masuk, loh?" tanya Alika, teman sekelas Rayhan.

"Tidak tahu," Rayhan terkekeh. "Kamu sendiri, tidak masuk kenapa?" tanya Rayhan balik.

"Gue lagi males sekolah, gue masuknya pas lo masuk aja!" Alika tersenyum.

"Jangan seperti itu, saya sendiri pun juga tidak tahu kapan akan masuk sekolah. Lebih baik kamu masuk sekolah, jangan menunggu saya!" perintahnya.

"Tapi lo tetep masuk sekolah, kan, setelah itu?" tanya Alika semakin penasaran.

Rayhan mengangkat kedua bahunya. "Saya tidak menjamin. Bisa ya, bisa tidak." jawab Rayhan dengan entengnya.

"Ha? Maksudnya?" Alika masih belum mengerti.

Rayhan menatap gadis bermata empat itu.

"Tak usah dipikir! Pikir urusanmu sendiri!" titah Rayhan. Setelah itu, ia kembali berlari. Kali ini ia akan pulang ke rumahnya.

RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang