Selamat berpulang.
**
Saras masuk ke kamar hotel dengan wajah yang sendu. Ia melangkah mendekati kakaknya yang sedang sibuk dengan tasnya.
"Ras, kakak harus ke Surabaya sekarang." Ucap Pram. Saras menatapnya dengan bingung.
"Kakak udah beliin kamu tiket kereta besuk jam sembilan. Kakak harus ke Surabaya karena Anita kecelakaan."
Saras masih diam, membiarkan kakaknya bersiap.
Pram mendekat ke arah Saras. "Maaf, ya, tapi kakak nggak bisa ninggalin Anita. Kamu nggak papa, kan kalau kakak tinggal di sini?" Tanya Pram. Saras mengangguk kecil. Pram mengecup puncak kepala Saras.
"Pesawat kakak akan berangkat jam sebelas malam. Kamu sendirian tidak papa, kan?"
Saras mengangguk lagi.
"Sekali lagi, maaf, ya?"
"Iya." Jawab Saras tak ikhlas.
Pram tersenyum. "Terimakasih."
✈✈
Saras tak bisa tidur. Ia duduk di balkon kamar hotelnya untuk melihat keramaian Jakarta yang sudah lama ditinggalkannya. Jujur, Saras ingin bertahan di sini lebih lama mengingat hubungannya dengan Adit yang berakhir tragis.
"Andai dulu aku tidak kenal Rayhan. Pasti Jakarta akan tetap jadi kota yang menyenangkan." Bisiknya.
Saras menghela pelan ketika mengingat dirinya dengan Rayhan dulu. Sangat bahagia. Kemudian, satu persatu hal menyakitkan harus terpaksa muncul. Bahkan saat dirinya berhasil bertemu Adit, semuanya pun harus kembali berakhir.
Air mata Saras mengalir begitu saja. Namun, kali ini tak ada seorang pun yang mendekapnya. Ia merasa terlalu menyedihkan sekarang.
"Kenapa harus begini?" Rintihnya pelan.
Harusnya Saras bisa melupakan Rayhan yang menjadi kenangan masa SMAnya. Pun melupakan Adit yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya.
Malam itu Saras menghabiskan waktunya untuk menyakiti hatinya dengan kenangan-kenangan yang melandanya.
✈✈
Kereta Jakarta-Surabaya melaju meninggalkan stasiun bersama kenanga yang dikurung Saras dalam ingatannya. Gadis berambut legam itu menatap buku sketsa yang ada di pangkuannya. Nyaris tiga tahun lalu, ia duduk di sana sambil berusaha membuat sketsa diri Rayhan. Yang akhirnya dihadiahkan pada Rayhan saat ia memutuskan untuk mengakhiri hubungan.
Saras sengaja mematikan ponselnya supaya tidak ada yang bisa mengganggunya selama perjalanan. Karena ia ingin mengulang semua kenangan masa remajanya yang sebentar lagi akan dilupakannya.
Perjalanan hari itu berakhir saat kereta menghentikan lajunya di Stasiun Gubeg. Saras pun melangkah keluar dengan wajah yang kurang bersemangat karena kelelahan. Matahari sudah tenggelam dan ia masih harus meneruskan perjalan menuju rumah.
Sampai di ruang tunggu, Saras mendapati sosok yang begitu dikenalnya. Ia pun mendekati sosok itu. "Kak Pram?" Tanya Saras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa
Teen FictionBagi Rayhan, Saras adalah hujan yang turun di gurun yang panas. Bagi Saras, Rayhan adalah kekhawatiran yang tak ada habisnya. Dua dunia yang berbeda terpaksa disatukan oleh sebuah RASA. Akankah semua mimpi dan harapan mereka bisa terwujud bersama? W...