[18]

5.5K 560 55
                                    

"Berubahlah. Dan Allah akan tetap sama. Mencintaimu. Tak peduli waktu. Tak peduli bahwa kau tak peduli."

**

"Makasih ya Land. Aku bener-bener nggak maksud-"

"Udahlah. Lo emang ceroboh."

Eland memotong perkataan Safina dengan nada datar. Safina tersenyum tipis, kembali menikmati pemandangan di luar jendela. Eland diam-diam, menikmati senyum itu. Tapi ia lekas mendengus geli. "Oh ya. Lo udah tau info kemah angkatan kelas sebelas seminggu lagi?" Safina menoleh pada sumber suara dan mengernyit heran, "seminggu lagi?" Eland mengangguk singkat.

"Cepat banget, ya...." gumam Safina pada dirinya sendiri.

"Yaiyalah. Jangan bilang lo belum ada persiapan sama sekali?" Rupanya Eland mendengar gumaman Safina dengan jelas. Safina menyengir.

"Iya. Belum sama sekali. Sibuk panitia acara, sih." Eland melirik Safina sambil menggelengkan kepala kecil.

"Asli sih. Ceroboh banget."

"Kamu emang udah?" tanya Safina balik. Ntah sejak kapan, dinding beku diantara keduanya luntur. Eland tersenyum miring, "udah." Dan sialnya, Eland akui, ia senang kosa kata Safina yang tertuju padanya.

Kamu.

Eland lagi-lagi mendengus geli.

"Udah bordir kaus pertim?"

"Udah."

"Logo bendera?"

"Jelas."

"Yel-yel?"

"Kepoan lo, ya, rupanya."

Safina terkekeh. Ia sendiri tidak tahu mengapa Eland terasa seperti teman baiknya. Saat itu juga, mobil Eland telah tiba di depan halaman rumah Safina. Safina tersenyum dan berterimakasih sebelum turun dari mobil Eland. Eland tak menjawab. Tapi begitu Safina mengucap salam, barulah Eland membalas.

Walau hanya gumaman kecil.

**

"Mana nyokap lo?"

Suara Kiky kembali terdengar.

"Biasalah. Jadwal dia ngajar les piano sekarang," sahut David malas.

"Gisa?"

"Gisa, Gisa! Kek akrab aja lo." Kali ini David membuka pejaman matanya dan melempar Kiky dengan keripik kentang di atas meja. Memang tersedia banyak sekali cemilan di rumah David hari ini. Lebih tepatnya, David yang menyuruh Kiky berbelanja semua snack murah meriah itu.

"Eh, kampret! Jangan ganggu gue napa!" Kiky berusaha fokus pada game-nya. "Iya dah, iya. Kak Gisa lo mana?" Kiky menambahkan embel-embel 'kak'. David mendengus cepat dan kembali pada posisinya semula. Memejamkan mata. Namun kali ini, ada pula terdengar helaan napas panjang.

"Ngelukis di kamarnya."

**

Malam pukul delapan.

Terdengar suasana ramai dari lantai satu, di kediaman keluarga Drew. David yang tengah larut dalam bacaan buku fisikanya, melempar buku tersebut asal di atas kasur dengan kesal.

"Berisik."

David memutuskan untuk keluar kamar dan mengecek apa yang sedang terjadi. Memang beginilah rutinitas David. Dari pukul setengah delapan hingga sembilan malam, adalah waktu belajarnya. Itupun jika, ia sedang tidak mood pergi keluar ke bar atau bersenang-senang.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang