[48]

2.1K 272 77
                                    

Note penting :
Setiap pov Eland, maka itu adalah diary dari sosok Eland. Semoga kalian masih ingat di awal part bahwa Eland adalah novelis yang memutuskan untuk berhenti menulis semenjak dunianya berubah.

So,

happy reading!

**

"Gue gak suka ya buat ngaku kalo gue suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue gak suka ya buat ngaku kalo gue suka."

**

Eland Pov

Tahukah kau ketika semerbak bunga berjatuhan, angin menuntunnya menari-nari dibawah langit biru? Seindah itu bayang ketika kau memutuskan hatimu tuk terjatuh, tanpa berpikir bagaimana konsekuensi ketika sang angin akhirnya menjatuhkanmu. Membiarkanmu tergeletak pada permukaan tanah. Hingga, layu. Dan tak lagi berarti. Mati.

Namun, aku tak ingin seperti itu. Aku ingin ketika angin menjatuhkanku, aku dapat memilih dimana aku terjatuh. Laut. Aku ingin luasnya samudera membawaku menuju sebuah pusaran, dimana mengenalmu tak ada penyesalan bagiku. Terombang-ambing di permukaan laut, sayang, bisakah aku mengakui satu hal agar  hatiku tak lagi tersiksa?

Aku, mencintaimu.

Aku tersenyum ketika jari-jemariku mengakui jeritan hati yang tertahan selama ini. Bola mata perimu, aku dapat melihat betapa aku mendamba kehangatan di dalamnya. Tolong, jangan patahkan hatiku. Lagi. Tolong, ketika akhirnya tembok pertahananku runtuh, kuharap kau tak mengkhianati betapa aku percaya menitipkan kuncinya kepadamu.

Tapi maaf, aku tak pandai dalam jatuh cinta. Hingga mungkin sikap datar dan dinginnya topengku akan membuatmu merasa bahwa aku hanya sedang bersandiwara. Ah, menyebalkan. Tapi yang lebih menyebalkannya, mengenalmu, aku merasa menjadi lebih baik. Kau tahu, aku kembali mengerti, bagaimana rasanya tersenyum karena seseorang yang  disayangi.

Terima kasih ya, Safina.

Eland pov end.

**

"Pasti rasanya sangat melegakan." Safina tak dapat menahan seinci pun senyumannya ketika mendengar cerita sosok Eland. Eland dapat merasakan debaran dadanya melaju tanpa pinta, Eland berdecih kecil, lalu memutuskan kontak mata diantara keduanya. Kembali menatap hujan yang nampaknya lelah sehingga kini hanya menyisakan gerimis-gerimis kecil.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang