[50]

2.5K 272 111
                                    

Sepertinya aku terlalu lama membiarkan kalian lupa bahwa OOS,

berbumbu romance dark.

:)

Silahkan nyalakan play musik youtube di atas, sembari membaca kata demi katanya, ya.

Happy reading, and listening....

**

"Kamu, adalah candu."

**

Hari H perkemahan tiba. Udara yang menelusup terasa begitu dingin. Seluruh angkatan kelas sebelas berkumpul dengan para sanggahnya masing-masing. Bersiap-siap akan memasuki area perhutanan setelah diantar oleh keluarga. Hari gelap. Matahari belum sepenuhnya beranjak. Pukul enam pagi. Mata-mata kantuk masih menjadi pemandangan umum.

Safina mengedarkan pandangan ke sekitar. Ramai. Penuh. Terdengar obrolan dan canda tawa dimana-mana. Umi baru saja pulang selepas mengantar putri kesayangannya itu. "Na!" Safina terhenyak. Ia lupa kehadiran Dira yang sedari tadi ikut duduk diatas rerumputan hijau bersamanya. "Ah, ngagetin aja, Dir." Dira mendelik malas. "Ngelamunin apa, sih? Ini kita jalannya kapan coba? Aku ngantuk tau. Mau cepat-cepat masuk tenda terus bobok." cibir Dira menahan dongkol.

Satu sanggah berisi enam orang. Safina bersama Dira, Hena, Vivi, Tia, dan Oci. Tia serta Oci sendiri dari kelas lain yang tergabung dalam sanggah perkemahan Safina. Tapi sepertinya keempat temannya itu berada di posisi yang berbeda, maklum, begitu ramai sekarang. Toh nanti saat sampai di hutan, mereka akan berkumpul dalam tenda masing-masing.

Matahari kian mengangkasa diam-diam. Pengumuman yang disuarakan dengan toa pun akhirnya terdengar, meredam hiruk-pikuk semula yang terasa bagai dengungan lebah. Perjalanan memasuki hutan akan dimulai. Seluruh murid diharapkan berhati-hati. Akan ada satu gunung yang begitu curam dan menanjak. Di saat perjalanan nanti. Lalu, memasuki hutan pun dimulai dengan doa dari salah satu kakak panitia pramuka.

Namun ntah mengapa Safina merasa perasaannya tak enak. Safina menggeleng-menggelengkan kepala cepat. Berusaha mengusir semua ketakutan yang terasa ganjil tiba-tiba. Sepanjang perjalanan Dira mengajak Safina untuk bergosip mengenai Zayn Malik idolanya sejak jaman SMP, dan yah cukup tahu telinga Safina sudah sangat kebal mendengar pujian-pujian Dira yang begitu dramatis berulang kali. Ataupun mengajak bergibah mengenai para manusia di kelas mereka. Dira memang mampu membuat perjalanan Safina terasa kocak dan cepat.

"Arght!! Capek banget gue." Dira ngos-ngosan sambil meneguk air dari sebuah botol minum di tangannya. Safina terkekeh. "Nah, itu tandanya kamu disuruh diem Dir." Dira manyun seketika. Tak terasa sudah hampir setengah jam mereka menelusuri pohon demi pohon, dedaunan maupun rimbun hijau menjadi pemandangan sejuk di kala terik mentari kian membara.

Namun, tak bisa Safina pungkiri.

Sejujurnya ia tak menikmati perjalanan ini. Sangat, tak menikmati.

Karena Safina dapat merasakan, sedari perjalanan dimulai, dari awal hutan menjadi gerbang permulaan, sesuatu yang panas dan tajam seakan menyelimuti punggungnya. Tidak. Bukan. Bukan dari saat hutan menyambut, melainkan dari detik dimana Safina terduduk di atas rerumputan hijau menunggu aba-aba dari para kakak panitia. Safina tak tahu ini benar apa tidak, tapi Safina merasa,

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang