[36]

3.4K 327 38
                                    

"Mari, saling memperbaiki diri."

**

"Percaya gak kalau jodoh itu cerminan diri?"

"Tapi, semesta punya cara main lebih asik."

"Apaan emang?"

"Ketika semesta menyatukan kita dengan yang pribadi yang bukanlah kita, ibarat saja pendosa dan ahli shalat."

"Hah? Supaya?"

"Percaya 'kan kalau pelangi gak bakal ada tanpa hujan? Bisa jadi maksud semesta mempertemukan si putih dan hitam agar dapat mengarahkan si hitam pada kebaikan. ini, pengibaratan lho, ya."

Safina tersenyum-senyum sendiri menyaksikan festival drama seni di sekolahnya pagi ini. Safina memilih berdiri di dekat salah satu tiang depan kelas bersama Dira yang sedari tadi mengomel karena banyaknya lalu lalang murid yang menghalangi pandangan ke arah panggung, saking ramainya suasana.

Tiba-tiba saja seseorang menyentuh bahu kiri Safina dari belakang. Safina terhenyak dan ketika menoleh ia pun terkejut. "Eland?" Eland mengkode Safina lewat gerakan mata untuk mengikutinya. Safina bimbang dan bingung seketika. Apa yang ingin disampaikan Eland? Sesaat Safina melirik Dira dan Dira ternyata sudah maju ke arah depan sana. Berusaha mencari tempat yang lebih nyaman.

Ok, Safina akan jahat kali ini karena meninggalkan Dira duluan. Sesaat Safina menahan tawa tapi semoga tak apa. Safina pun dalam diam mengikuti langkah kaki Eland dari belakang. Berjalan melalui koridor yang begitu ramai dengan beragam watak manusia berbalut seragam putih abu-abu di dalamnya. Eland ternyata membawa Safina ke arah taman depan. Eland menduduki salah satu bangku. Lalu mengkode Safina untuk duduk di sisi kanannya.

Safina sesaat nampak ragu namun akhirnya menurut. "Gue punya kabar buat lo. Entah ini kabar baik atau buruk menurut lo." tutur Eland datar seperti biasa. Namun Safina dapat melihat sorot yang tak biasa kali ini pada kedua bola mata Eland. "Silahkan sampaikan, Eland." jawab Safina tenang. Eland menoleh ke arah Safina dan berucap, "David telah bertunangan dengan Celia." Degup jantung Safina ntah mengapa berdetak lebih keras detik itu juga.

"Bertunangan?"

"Ya. Itu aja sih yang mau gue sampein. Gue pergi." Eland hendak beranjak dari posisi duduknya namun Safina menahan dengan ucapan, "boleh aku bertanya sesuatu?"

**

Pagi yang lesuh bagi seorang David. Ia tatap sebuah benda kecil berhias berlian yang melingkari jemari manis tangan kanannya. Cincin pertunangan. Tak pernah David sangka bahwa ia benar-benar bertunangan dengan Celia, sahabat masa kecilnya yang kini menjelma menjadi wanita ular licik. Kehidupan memang selucu itu.

David menengadahkan kepala ke atas, bersandar pada dinding belakang yang menopang tubuhnya, diikuti helaan napas berat. David tidak turun sekolah. Ia, ingin menyendiri saat ini. Hanya itu. Karena kedua bola mata hazel itu kini, menatap lekat sebuah foto berpigura yang tepat terletak di atas nakas dekat ranjang abu-abu miliknya sendiri.

Foto Safina.










TBC

Udah jarang up, eh sekali up pendek pula :(

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang