[44]

3.6K 302 79
                                    

"Terima kasih... telah mengenalku."

**

David tertawa.

"Hujan. Dan inilah perpisahan kita yang dirancang sama Tuhan, hujan." Safina mau tak mau tersenyum sedu mendengarnya. Rintikan gerimis perlahan membara menjadi hujan deras. Keduanya segera berlari memasuki pelataran koridor sekolah, terlindungi oleh atap. "Sebelum aku pergi, aku mau kasihtau satu hal." Safina yang tengah sibuk membersihkan jilbabnya dari gemericik hujan lekas terhenti.

Dan ketika ia menatap ke arah David, bola mata hazel itu, Safina tahu masih ada rasa di dalamnya. "Terima kasih telah hadir di dalam hidupku. Terima kasih, Na." Suara David bergetar. Kedua bola matanya seketika memerah, seolah menahan tangis. David lekas membuang wajah. Safina tersenyum dan berucap lirih, "berterima kasihlah kepada Allah, Vid. Ia sangat mencintai kamu, tiada yang mencintai kamu sedalam Ia."

David terkekeh ringan. "Percayalah, Na. Sangat sulit bagiku untuk melepaskan kamu. Aku, disuatu saat nanti, ingat ini baik-baik. Aku pernah mencintai kamu, sedalam ini." Dan meneteslah air mata yang menggenang di pelupuk itu. Safina tak tahu mengapa dinginnya hujan tak mampu menghentikan panas pada kedua bola matanya. Safina ingin menangis karena ada lelaki yang sebegitu dalam mencintainya, namun cara David salah.

Dan semesta semakin menjauhkan Safina darinya.

"Aku, akan mengingatnya, Vid. Tapi tolong ingat ini juga, semesta tak pernah salah ketika mempertemukan atau memisahkan, karena pasti ada rencana yang lebih baik dibaliknya. Percayalah." Demi apapun, ingin rasanya detik ini juga David memeluk Safina. Dinginnya tarian hujan semakin mendekap jiwa-jiwa hangat tersebut, menyanyikan gemericik perpisahan.

"Kamu tahu mengapa akhirnya aku melepaskan kamu? Setelah sejauh ini? Kamu tahu, Na?" Ntah mengapa kini ada nada emosi tercurah pada pertanyaan David. Safina menggeleng tak mengerti. "Kamu mau tau jawabannya?" David tiba-tiba tersenyum sendu. Hening. Hanya terdengar suara hujan yang masih setia memeluk bumi.

"Apa, Vid?"

"Kamu bakal tau jawabannya, tapi nanti. Jaga diri kamu baik-baik. Temukan lelaki yang dapat menjadi malaikat pelindung kamu hingga akhir hayat, Na." Dan David pun berlalu, membalikkan badan hingga punggungnya hilang tertelan di balik dinding sekolah. Safina terpaku. Apa maksud David? Mengapa meninggalkan tanda tanya seperti ini? Safina menghela napas, ia gusar ntah kenapa.

Safina pun memutuskan kembali ke kelas dengan sejuta pertanyaan dalam benaknya. Dan setiap satu langkah Safina, maka akan ada satu langkah kaki lain yang menyusul jauh dari Safina. Sengaja agar tak terlihat. Langkah kaki itu dingin, diiringi gemericik hujan. Mengamati gadis yang ntah sejak kapan menjadi kehangatan tersendiri, yang ntah sejak kapan menjadi sesuatu baginya.

Eland.

**

Safina merasa ia perlu bertanya mengenai apa maksud ucapan David, namun mungkin Safina harus menahan keingintahuannya untuk sesaat. "Jadi David mutusin buat ngelepas kamu, Na?" tanya Dira dengan kedua bola membulat. "Apa jangan-jangan dia udah jatuh cinta sama siapa tuh? Sela? Eh, Celia?" sambung Dira menyerocos geram. Safina tertawa pelan.

Waktu pulang telah tiba. Lelah, rasanya. Safina ingin segera pulang beristirahat, ia merasa suhu demamnya semakin menaik. "Ntahlah, Dir. Kalaupun iya, itu haknya." Safina tersenyum dan Dira geleng-geleng kepala tak percaya. "Masih ada cewek kek kamu ya, Na? Kalo aku jadi kamu, aku maki-maki udah si david kampret itu." Safina tergelak mendengarnya.

Mereka pun berpisah di parkiran sekolah. Hujan telah reda dari beberapa menit lalu. Safina mendekap dirinya sendiri beberapa kali. Namun tanpa sangka, gerimis kembali tercurah dari langit semesta tatkala Safina baru saja menyalakan mesin motor. Safina meringis, sungguh ia ingin segera pulang.

Namun sepersekian detik kemudian tak lagi Safina rasakan tetes demi tetes hujan yang membasahi tubuhnya barusan. Safina terkejut. Sebuah payung. Seseorang kini tengah memayunginya dari belakang. Safina menoleh dan seketika kedua bola mata perinya membulat sempurna.

"Eland!?"

"Sudah tau sakit, tetap hujan-hujanan. Kepala batu."















TBC

Fast nih updatenya, he he.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang