[16]

6.1K 624 98
                                    

"Aku mengenalmu, jauh sebelum kamu mengenalku."


**

"Nakal yang berfaedah itu, ketika kita berbuat keburukan untuk menutupi kebaikan." Hening. Sesaat, ada jeda. Keributan terganti dengan pemandangan raut-raut wajah heran dan, kagum. Lihatlah, astaga! Itu yang menjawab, David Adrean Drew! Lelaki populer yang banyak diminati kaum hawa karena kesan badboy-nya yang telah melekat. Lalu, "sekian. Terima kasih. Assalamu'alaikkum."

Detik itu juga, Alfad, bertepuk tangan sambil menjawab salam. Diikuti tiba-tiba oleh sebagian besar murid. Tapi tidak, dengan Safina. Safina masih menoleh ke arah David yang menatapnya dengan senyuman kecut. Buru-buru Safina kembali menoleh ke arah depan. Ia kembali beristighfar.

"Ini saya yakin, nih, pasti ada yang belum connect." Sebagian besar, Alfad dapati lautan raut wajah yang menyengir. Nah, benar berarti. Alfad kembali memamerkan senyumnya.

"Menarik," seloroh Alfad kemudian sambil melihat ke arah David. Tapi sebelumnya, diam-diam, Alfad melirik Safina. Hanya sedetik. Sebelum akhirnya kembali fokus pada topik utama.

"Ketika tangan kananmu berbuat kebaikan, jangan sampai tangan kiri tahu. Pernah gak sih kalian mikir, sebenarnya, apa yang terlihat tak seperti yang terlihat. Baik belum tentu baik. Dan buruk belum tentu pula buruk. Ada yang berbuat nakal, untuk menutupi kesedihan. Untuk menutupi kesepian," tutur Alfad lantang namun terkesan lembut.

"Pada intinya, nakal yang berfaedah adalah ketika kamu berani berbuat sesuatu yang liar demi kebaikan. Misal, menerobos lab kimia demi menangkap ular hutan yang ntah masuk darimana. Sehingga tidak membahayakan para murid lain yang berada di dalam lab." Suara tawa lagi-lagi terkoar di udara. Dan dalam tempo sekitar setengah jam, seorang Alfad pun undur diri, setelah menyuarakan penutup sederhana yang manis.

"Masa SMA, adalah masa menanam. Di masa inilah, kamu, bisa menyadari siapa kamu yang sebenarnya. So, masa putih abu-abu cuma sekali seumur hidup. Ini masa emas. Ini masa ketika kamu memutuskan, teraniaya sekarang karena belajar sungguh-sungguh atau, menyesal di kemudian hari karena menyia-nyiakan waktu dan kesempatan di saat ini."

"Di hari ini!"

"Di detik ini!"

Gema suara Alfad berturut-turut, bagai mercon yang meledak di langit SMA Garuda Jaya. Seorang Alfad, yang ntah kesekian kalinya, berhasil membakar semangat dalam dada para kaum muda.

Safina menatap langit yang birunya memudar. Akan turun hujan. Belum gerimis. Tapi mendung sudah berjalan kemari. Safina tersenyum tipis. Masih dengan memandang langit.

"Kak Alfad... Safina gak bakal nyia-nyiain masa remaja Safina! untuk terus memperbaiki diri dan belajar!" ikrar Safina teguh dalam hati. Tidak. Ini bukan lagi tentang rasa suka pada Alfad atau apapun. Tapi ini, tentang Safina dan mimpi-mimpi besarnya.

Lalu,

Safina menyadari satu hal.

David.

Secepat kilat ia menoleh ke arah posisi duduk David yang berada tepat di belakangnya tadi, namun,

David sudah menghilang.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang