[49]

2K 254 52
                                    

"Aku menggenggammu terlalu erat. Hingga aku tersadar, semakin erat aku menggenggam, semakin sesuatu itu mudah terlepas."

**

"Vid, gue mau lo cerita sama gue apa alasan lo mau lanjutin pertunangan konyol ini tiba-tiba?" cecar Celia kesal begitu memasuki kamar seorang David begitu saja. David yang tengah bermain piano seketika menghentikan permainannya. Ia menatap Celia sambil menghela napas pendek. "Gue tau Vid. Lo suka cewe lain. Gue lupa siapa namanya, intinya dia berjilbab!" Satu oktaf nada Celia meninggi.

Celia menghempaskan tubuhnya, berbaring terlentang di atas kasur David. Seolah semua sudah terasa biasa, seakan keduanya kembali di saat-saat bersahabat dulu. Iya, dulu. Dulu saat mereka masih kecil, kekanakkan, semua terasa serba mudah tanpa perlu menjadi orang dewasa. Menyebalkan. "Lo tau gak sih kenapa kakak gue sampai sekarang masih hidup?" Sebuah pertanyaan terlontar dari David yang kini memfokuskan diri pada Celia.

Celia seketika bangun dari posisi rebahannya. Ia terduduk sigap seolah menanti-nantikan apa yang selama ini David rahasiakan. "Gak. Gue gak tau, kenapa lo jadi nanya hal itu?" Celia mendengus. Di lain sisi tak mengerti apa maksud David. "Lo mau tau?" Walau begitu Celia segera mengangguk cepat. Ia harus tahu alasan dibalik mengapa David tetap ingin melanjutkan hubungan 'terpaksa' ini dengannya.

David nampak terkekeh beberapa saat. "Lo tau 'kan gue broken home. Dan lagi, perusahaan nyokap gue bangkrut, tepat di saat kakak gue lagi krisis-krisisnya. So, bokap nyokap lo datang bagai pahlawan. Bersedia bayarin seluruh pengobatan kakak gue dengan syarat, gue nikah sama lo. Sekarang, lo udah tau? Lo puas?" David tertawa konyol sembari kembali menghadapakan dirinya pada piano. Memunggungi Celia yang kini tercengang setelah mendengar semuanya.

"Gue gak tau kenapa ortu lo pingen banget lo sama gue. Lo kali ya yang emang minta sama mereka?"

"Heh, enak aja! Gak!"

"Terus? Kenapa ortu lo sampai segitunya demi lo sama gue?"

"Mana gue tau! Ini semua gila!"

Celia berseru frustasi sembari kembali menghempaskan dirinya di atas permukaan kasur. "Gue juga heran kenapa ortu gue ngebet banget sama lo. Apa jangan-jangan lo pernah ngelakuin sesuatu yang buat ortu gue sampai wow gitu?" Celia bergumam. Asik bergemul dengan beragam pemikirannya sekarang. "Gak tau ya. Intinya sekarang gue sama nyokap utang nyawa sama keluarga lo. Gue udah terikat sama lo. So, gue bisa apa?"

David sudah memainkan jari-jemarinya di atas tuts-tuts piano sedari dua menit lalu. "Terus? Cewek yang lo suka gimana?" Kali ini nada Celia nampak lebih stabil dan berhati-hati. Seakan ia takut melukai hati David. David terkekeh menyadari maksud Celia. "Gue emang sayang dia. Sayang banget. Bahkan gue menjadi seorang 'gila' yang 'sakit' gara-gara dia saking sayangnya. Tapi, gue bisa apa ketika Tuhan nyuruh gue buat milih cewek itu atau kakak gue yang disiksa bertahun-tahun dan nyawanya diujung tanduk?"

Celia terdiam.

Ia dapat merasakan David bergetar pada akhir kalimatnya.

"Gue sadar seberapa dalam perasaan gue. Untuk beberapa saat gue bahkan posesif. Tapi gue gak sadar, seberapa egois gue ke kakak gue selama ini. Gue biarin dia sendiri ngerasain semua luka dan rasa sakit itu ntag berapa lama sudah. Dan bahkan sampai di akhir nyawanya, ketika nyawa Gisa dapat diselamatin tapi gue egois dengan gak mau sama lo demi cewek itu? Gak. Gak kali ini. Gue udah trauma kehilangan kembaran gue. Dan gak buat Gisa." jelas David panjang lebar sembari menghela napas panjang.

Lagi-lagi, Celia dibuat terdiam dan termangu. Ia seakan tak mampu lagi berkutik apa-apa. Celia pun sudah lama tahu mengenai kembaran David yang meninggal akibat menolong temannya yang dibully dan David, yang saudara kandungnya sendiri bahkan, tidak menolong. "Gue tau Cel kita gak saling mencintai. Tapi asal lo tau, gue lakuin semua ini demi Gisa. Gue mau dia tetap hidup. Dan jalanin hidup yang bahagia. Karena selama ini terlalu egois kalo gue bilang cuma gue yang terluka."

"Vid...."

"Gue udah ke makam kembaran gue kemarin, sepulang sekolah. Gue minta maaf sama dia. Minta maaf sebesar-besarnya karena gue gak bisa... gak bisa ngabulin keinginannya yang dia tulis di akhir diary. Gak bisa bersanding dengan gadis yang dia sayang." Celia dapat melihat kini bahu David yang bergetar samar. Dan nada serak basah di sepanjang ucapannya.

"Vid-"

"Tapi, "potong David cepat, "gue berjanji satu hal di atas makamnya. Gue bakal ganti keinginannya dengan hal yang satu ini. Gue, bakalan ngebahagiain Gisa. Dan gak bakal buat Gisa ngerasain luka lagi di sisa hidupnya. Gue gak bakal biarin Gisa ngerasain luka yang kembaran gue rasain bahkan sampai dia meninggal." Dan Celine pun tahu, detik ini juga, air mata David berhasil mengalir. Terdengar jelas dari intonasi nadanya. Masih dengan David yang setia memunggungi Celia.

Celia tak tahan lagi.

Ia sendiri pun tak tahu mengapa kedua bola matanya berkaca-kaca.

Segera Celia bangun dan beranjak berdiri. Ia peluk sosok David dari belakang. Celia tak tahu mengapa dadanya terasa sesak. David kini tak lagi terasa asing. Celia dapat merasakan kembali sosok David yang hadir sebagai sahabatnya dahulu. Celia memeluk David dan tak ada penolakan. David hanya diam. Pun dengan permainan pianonya. Kini, hening.

Hanya ada deru napas yang menyiratkan luka dan air mata.

"Gisa bakal baik-baik aja. Gue yakin. Tapi lo sendiri... gimana Vid? Gimana cinta lo ke gadis yang lo sukai itu?" Ntah mengapa kini Celia begitu mengkhawatirkan perasan David. Dimana Celia yang berwatak jahat dan licik? Dirinya seakan luruh mendengar seluruh isi hati seorang David beberapa saat lalu. David diam. Kedua matanya terpejam lelah. Ditengah Celia yang masih memeluk David dari belakang dengan Celia yang berdiri dan David terduduk, disitu, tanpa sengaja,

Celia melihat ke arah bawah. Tepat ke arah tong sampah khusus kamar David.

Dan melihat sebuah pemandangan yang terasa mengerikan.

Sebuah tisu, berlumuran darah.

Sekaligus figura foto seorang gadis manis berhijab.

Kedua bola Celia membulat sempurna. Detik itu juga, suara serak David terdengar.

"Lo harus tau, gak semua cinta bisa bersatu."




TBC

Sempat telat update sehari apa dua hari, ya? Maap semua dikarenakan Vin ada kesibukan mendadak :(


Question special :

Apa hal terindah yang pernah seseorang ucapkan padamu?

:)

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang