[47]

2.2K 281 65
                                    

"Yang menentukan hidupmu bahagia atau tidak, adalah dirimu sendiri. Camkan itu."

**

Eland Pov

Ah, melihat dirimu di setiap bola mataku berkaca. Sejak kapan kau mulai menghantuiku, hm? Aku tak bisa menahan segala perasaan aneh ini, sialan. Menapaki tapak demi tapak dimana kini melihatmu adalah candu bagiku. Mengapa bisa demikian? Bisakah aku menghindarimu? Bisakah aku menjauhimu?

Biarkanlah aku tetap membencimu, mengapa dengan lancang kini kau membuatku cinta dan benci dalam waktu bersamaan? Kau membawaku menyusuri bagaimana indahnya sahara pemikiranmu, betapa menakjubkannya dirimu. Oh sayang, lihat, bahkan dengan sangat sadar aku memanggilmu dengan enam huruf yang selama ini nampak menggelikan bagiku.

Kupikir aku dapat melupakanmu. Semudah itu aku berpikir dan sesulit itu aku lakukan. Nyatanya kau semakin menjadi, membuat bayang wajahmu selalu hadir bahkan ketika kedua mataku terpejam. Sangat menyusahkan. Aku merasa lelah ketika aku tahu aku tak dapat memaksa hatiku untuk menghapus dirimu dari dalamnya. Yang kutemukan justru kehangatan. Tiap kalimatmu, senyummu yang menenangkan. Aku ingin lagi. Lagi dan lagi.

Aku telah menemukanmu. Kau adalah orangnya, begitulah isi pikiranku. Kau mendengar hatiku tanpa peduli setiap ucapan pedis dan betapa keras kepalanya diriku. Aku, tidak akan membiarkanmu melupakanku. Kau menemukanku terjatuh disebuah lubang kelam, kau menarikku dengan kelembutanmu, kembali melihat dunia dengan pandangan berbeda. Luar biasa rasanya.

Kau, tidak bisa lagi membiarkanku kembali pada lubang kelam hitam itu, sayang. Kau, tak bisa meninggalkanku, membiarkanku kembali terjatuh. Tidak bisa. Aku telah menyiapkan berbagai resep agar aku merasa baik-baik saja, kecuali tanpamu. Maka, bertanggung jawablah karena telah membawaku berlayar, kembali mengarungi kerasnya samudera kehidupan.

Bersamamu.

Eland pov end.

**

Perlahan namun pasti, embun menyelimuti permukaan luar jendela kamar Safina. Rintik demi rintik berjatuhan bagai bongkahan gula yang tersebar acak, menari riang dibawah langit yang telah mengabu. Waktu menunjukkan pukul empat sore. Ah, hujan sore. Safina suka itu. Atmosfer yang terasa tenang dan nyaman. Dan benar saja, dalam hitungan detik pun, gerimis-gerimis tersebut berkamuflase menjadi hujan deras.

Dering hp Safina berbunyi. Tanda sebuah pesan whatsapp masuk. Safina tengah berbaring santai, meringkuk di balik selimut lembut hangatnya. Alhamdulillah, suhu panas pada tubuhnya telah mereda. Safina merasa lebih baik sekarang. Tapi umi tetap bersikeras untuk sehari lagi yaitu besok, agar izin sakit, beristirahat di rumah. Huh. Orangtua memang seperti itu bukan? Terkadang kita rasa mereka berlebihan, tapi sesungguhnya itu tanda kecemasan dan kasih sayang.

Safina mengecek pesan tersebut. Dan terkejut karena chat yang baru masuk itu adalah chat dari seseorang yang memutuskan untuk menghilangkan perasaannya pada Safina, tepat di saat sendu seperti sekarang ini. Hujan. Chat David singkat saja, tapi Safina menghargainya walau sejujurnya ia ingin mengabaikan saja.

David

Kudengar kamu lagi sakit. Cepat sembuh, ya :)

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang