[62]

1.4K 158 57
                                    

*Akhirnya bisa update :(

**

"Bola matamu bak aroma hutan, ntah mengapa, aku... selalu tersesat di dalamnya."

**

"Kemarin alpa ngapain kamu Na, hm?" Ini interogasi Dira yang ntah keberapa, membuat Safina yang sedari tadi pura-pura menyibukkan diri dengan bacaan biologi di depannya itu mau tak mau akhirnya menghela napas. Seorang Dira tak akan menyerah dalam membujuk Safina. Tak ada main rahasia, itu moto Dira.

"Eland... ajak aku bolos, he he." aku Safina dengan nada terkekeh pelan. Sepersekian detik kemudian melayanglah sebuah jitakan. Tepat mendarat pada pucuk jilbab Safina. "Dira! Sak--" Dira malah kini memelototkan mata sambil setengah berkacak pinggang, membuat omongan Safina ntah mengapa terpotong. "Bisa-bisanya kamu kebawa arus si Eland kutu kupret itu!"

Safina meringis.

"Ntahlah, Dir... Eland, aku gatau kenapa bisa masuk gitu aja dalam dunia dia." Pandangan Safina menerawang, menatap luasnya langit biru, pemandangan luar yang tepat berada di sisi kirinya. Jendela kelas. Kini Dira tak lagi berkacak pinggang, ikut menghela napas. Menatap Safina rumit. Ia pastikan Safina sudah memiliki rasa pada sosok kutub es itu.

Hanya saja, mungkin Safina tidak menyadarinya.

"Intinya aku gak mau kamu bolos lagi lho, Na. Bayangin! Itu alpa pertama kamu, sebuah keajaiban, cih." Omelan Dira membuat pandangan Safina akan luasnya dunia pada luar jendela kembali teralihkan ke deretan kosa kata asing yang terpampang jelas di permukaan mejanya, buku biologi.

Safina nampak menahan tawa.

"Tapi kata Eland... alpa sekali gak buat aku mati, he he."

Ok, bolehkah Dira kini melemparkan Safina ke luar jendela kelas? Kekehan Safina dalam hitungan detik pun meledak menjadi tawa tatkala menyaksikan betapa asam sekaligus tajamnya tatapan Dira. "SAFINA KAMU INI BERDOSA BANGET!" Safina semakin tergelak, bahkan kedua pipinya tanpa sadar menunjukkan rona merah.

Fix, Safina jatuh cinta pada seorang Eland.

**

Ada yang aneh.

Setelah insiden pembolosan secara mendadak itu, Eland, menghilang.

Sosoknya seakan lenyap bagai ditelan bumi.

Atau mirip, hantu.

Tak ada lagi notif pesan darinya.

Atau pertemuan tak sengaja yang biasanya berakhir dengan tatapan cuek datar khas seorang Eland Wardana Putra. Bahkan ada saat dimana Safina sengaja mendatangi warung kopi dimana ia sempat bertemu Eland dua kali disana, tapi hasilnya sama saja, nihil.

Eland benar-benar bagai teka-teki yang seakan tak kunjung usai.

Bagi seorang Safina.

"Na?" Safina tersentak.

Sadar akan lamunannya mengenai lelaki es yang sudah menghilang dalam kurun waktu tiga hari itu. "Kenapa, Mi?" Safina bertanya pada umi yang ntah sejak kapan ada di sisinya saat ia menonton televisi. Ralat, melihat televisi. Karena pada nyatanya, pikiran Safina melayang jauh kesana. "Malam ini acara pernikahan kakakmu lho, kamu inget kan?"

Sesaat, bola mata Safina membesar. Kaget.

"Eh, ya Allah kok Safina bisa lupa sih, Mi!? Huaa, Kak Alfad kan udah ngelamar Asila itu ya... terus, Mi? Kita kesana malam ini?" Safina memastikan dengan nada panik tercetak jelas. Bisa-bisanya ia melupakan acara pernikahan kakaknya sendiri. Ah, takdir itu hebat ya. Gisa melepas Alfad, tapi ia menemukan jati dirinya sendiri.

Safina dengar kini Gisa sudah berhijab dan karirnya sebagai pelukis ternama semakin melejit. Lalu, Alfad kakaknya, akhirnya memutuskan untuk melamar Asila, teman kecilnya, cinta lama bersemi kembali, huh? Ah, dasar Alfad meresahkan. Tapi Safina bersyukur, setidaknya itu bersemi kembali dalam ikatan suci pernikahan bukan? Haha.

Ah, lagi-lagi pandangan Safina menerawang pada sosok es menyebalkan itu.

Kemana dia?

Kali ini Eland benar-benar jahat.

Karena alpa tiga hari,

tanpa membawa Safina.





End

Kira-kira Eland menghilang kemana?

A. Diculik iron man

B. Disembunyikan dalam jaringan sistem mafia gelap*eh

C. Isi sendiri

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang