[58]

2K 239 93
                                    

Double up!

Anggap hadiah 'angpau' lebaranku. Haha.

**

"Hidup ini menyakitkan. Hingga aku bertemu kamu, dan aku tersadar. Kamu adalah, luka yang menyenangkan."

**

Flashback....

"Untuk apa aku hidup?"

Itu lirihan kesekian kalinya yang ia bisikkan bagai hilang kewarasan.

Seorang bocah lelaki SMP meringkuk di balik kasur besarnya. Suara itu... suara desahan. "Arghttt! Hentikan suara sialan itu! Kau menjijikkan! Kau bukan ibuku!" Jeritnya bagai orang depresi. Lagi. Ia meninju dinding di depannya sendiri. Hingga darah menetes tanpa pinta. Suara itu... masih terdengar jelas. Seakan nikmat membara penuh syahwat, benar-benar neraka yang nyata.

"Lebih baik aku tidak punya ibu!" Eland. Benar, lelaki kecil yang terus menyayati tangannya sendiri dengan cutter, adalah sosok Eland Wardana Putra. Darah seketika merembes menggenangi permukaan lantai, menciprat kemana-mana. Pintu kamarnya terbuka secara paksa, tiba-tiba.

Terdengar bantingan pintu, keras.

"Eland!" Seorang wanita mendekatinya dengan gurat amarah sekaligus khawatir yang tercetak begitu jelas. "Menjauh! Dasar pengkhianat! Lebih baik aku menyusul ayah ke surga daripada hidup dengan wanita kotor sepertimu!"

Plakk!

Eland terdiam. Ibunya, baru saja menamparnya. Eland menatap wanita itu dengan tatapan kosong. Sedetik kemudian, ia tertawa keras. "Hahahaha! Bagus! Tampar aku! Pukul lagi aku! Seperti yang kau lakukan biasanya! Kesalahan Tuhan adalah membiarkan aku hidup! Harusnya aku ikut bersama ayah! Harusnya aku juga mati dalam kecelakaan itu daripada bertahan hidup denganmu! Haha, menyedihkan...." Setetes demi setetes air mata Eland, terjatuh ke atas lantai.

Bercampur satu dengan genangan darahnya.

Rosa- ibu dari Eland- menatap putra tunggalnya itu dengan hati teramat perih. Bukan sekali dua kali Eland kecil bertindak mengerikan seperti ini, padahal... sudah tiga bulan berlalu semenjak kejadian itu. Tapi seberubah apapun Rosa, di kedua bola mata Eland, dia tetaplah wanita pelacur sekaligus seorang ibu dan istri yang berkhianat.

"Eland, sayang... ibu--"

"Gak! Gak! Gak! Jangan panggil aku seperti itu! Kau bukan ibuku! Kau bukan ibuku! Ibuku wanita yang baik! Ia tak akan mengkhianati ayah!" Eland berteriak keras sembari menutup kedua telinganya rapat-rapat. Genangan darahnya membasahi sekujur pakaiannya. Eland benar-benar rasa sakit sempurna yang harus Rosa dapatkan atas kesalahan masa lalunya.

"Pergi! Desahanmu menjijikkan! Aku membencimu! Aku membencimu seumur hidupku dan jangan pernah harap aku akan memaafkanmu!" Eland masih menutup rapat-rapat kedua telinganya sembari memejankan mata dengan tangisan dalam diam. Tak ingin sedikitpun ia melihat atau mendengar wajah Rosa. Eland, sudah berkali-kali dalam keadaan kacau luar biasa seperti ini.

Rosa menangis. Ia pukul dadanya berulang kali. Ia tatap putranya dan ia tahu segalanya telah berubah.

Inilah hasil dari perselingkuhannya.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang