[33]

3.7K 427 68
                                    

"Pada akhirnya, ini bukan tentang siapa yang mengenal lebih awal dan mengerti dirimu lebih lama. Tapi siapa yang ditakdirkan semesta untuk menemanimu hingga akhir."

**

Matahari mulai menampilkan kegagahannya diantara langit pagi dan awan-awan yang berarak bak kapas putih. Aktivitas sekolah kembali berjalan sebagaimana biasanya. Gelak tawa dan pemandangan wajah-wajah yang dihiasi senyuman terlihat di berbagai kawasan sekolah.

"Berasa gak ketemu seabad tau gak." Dira menoyor pinggang Safina yang baru saja datang memasuki kelas. Safina tergelak kecil sambil ikut duduk disisi Dira yang berpredikat teman sebangkunya itu. "Aku rasa nih hari kita gak bakal belajar deh." Safina yang tengah berbenah peralatan tulisnya saat itu pula terhenti gerakannya. "Oh ya? Kenapa?"

Dira menggidikkan kedua bahu sambil memasang headset bersiap mendengar lagu. "Ntahlah. 'Kan guru-guru pada mau rapat buat kemah akbar kita Safina cantik, tik, tiiiiik." Dira sengaja membelitkan lidah pada kata terakhir, membuat Safina bermuka speechlees seketika. "Oh iya! Yes!" Safina tidak munafik bahwa dia sendiripun kegirangan jika aktivitas belajar di sekolah divakumkan.

Kesenangan bagi seluruh pelajar di Indonesia yang Safina yakini adalah, ketika bertemu teman-teman di sekolah dan menghabiskan waktu di jam kosong. Safina jadi merasa lebih bersemangat. "Oh iya. Nama-nama tim kita udah diserahin ke Kak Arif?" tanya Safina pada Dira yang sudah mulai asik dengan handphone-nya. "Hah?" Safina melepas sebelah headset Dira dan mengulangi kalimatnya. "Oh... udah, udah. Tenang aja."

Safina mengangguk lega dan setelah itu mengeluarkan handphone-nya. Sekedar bermaksud melihat-lihat story instagram. Tapi satu notifikasi dari whatsapp membuat tubuh Safina kaku seketika. Sudah berapa hari ini, sosok itu seakan sengaja menenggelamkan diri dari bumi.

Lima menit yang lalu.

Lima menit lalu chat ini dikirim.

"Na." Safina terhenyak. Mendapati Dira yang memanggilnya dan segera memasukkan kembali hp ke dalam saku baju. "Kenapa Dir?" Jari-jemari Dira nampak meng-scroll layar hp. Lalu, terhenti pada suatu titik. Safina mencondongkan wajahnya. Bermaksud agar dapat melihat lebih jelas. Dan, kali ini, bola mata Safina benar-benar membulat sempurna.

"Gila. Kok bisa sih Na? Kita satu sekolah juga tau kalo kamu lagi deket sama David 'kan?" Safina tak mampu berkata-kata. Sekali lagi, ia tatap sebuah foto yang di upload semalam oleh akun bernama Celia tersebut. "Liat tuh, caption nya aja pake lope-lope. Gandengan tangan begitu pula. Kamu sama David statusnya apa sih?" celoteh Dira jengkel sendiri.

"Nih, akun ig David malah gak ada foto sama sekali. Dasar cowo brengsek." Safina menepuk lengan kanan Dira cepat saat itu juga. "Ssyt... mulut." Dira nyengir tapi tetap saja mimik wajahnya bertambah jengkel. "Aku kira lho David sukanya sama kamu." Safina diam saja. Insiden saat di hutan lagi-lagi tengah menari ria di dalam otak kecilnya. Apa sebenarnya maksud lelaki bermata hazel itu?

Dan seakan teringat sesuatu, Safina kembali mengambil hp-nya dan membaca notif chat di whatsapp tersebut tanpa meng-read. Dari David. Dan Safina meyakinkan dirinya sendiri. Semua ini, harus segera diselesaikan. Safina mengangguk yakin. Lalu, akhirnya, membalas chat tersebut dengan satu kata.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang