[56]

2.1K 298 123
                                    

"Kamu, satu-satunya hal yang paling aku semogakan."

**

"Hoamm...." Safina terbangun ditengah kegelapan villa kayu milik Eland. Ia lirik jam pada permukaan dinding yang sedikit berdebu. Waktu menunjukkan pukul tiga pagi. Ah, Safina menghela napas pelan. Bayangnya jatuh pada beberapa jam lalu... usai Eland mengakui sebuah rasa yang selama ini ia berusaha ia redam atau lawan mati-matian.

"Ayo, kita pulang. Ntar masuk angin." Itu ucap Eland dengan sorot mata rumit tak berani melihat mata Safina. Dan keduanya, berjalan dalam hening. Dengan degup jantung yang berdetak hingga terasa sakit. Safina sempat bertanya-tanya, apa ia memiliki rasa yang sama dengan Eland? Apa ia hanya tak menyadarinya? Oh Allah, Safina harus bagaimana?

"Twinkle, twinkle, little start...."

Safina terkejut saat Eland yang sedari tadi membisu dalam diamnya, tiba-tiba bersenandung lagu popular di kalangan anak kecil itu. Sesaat, Eland melirik Safina dan tersenyum tipis. Tetap bernyanyi. Keduanya, melintasi hutan, dibawah langit malam serta purnama, didekap semesta dalam dingin dan hangatnya rasa dalam dada.

"How I wonder what you are...."

Safina menatap Eland, Eland, benar-benar seakan bercahaya. Ada apa ini? Apa ini hanya perasaan Safina saja?

"Up above the world so high...."

Eland sedikit mendongak ke atas, mengunci awan-awan hitam bagai karpet kerajaan yang berarak melintasi taburan bintang.

"Like a diamond in the sky...."

Detik itu juga, Eland menoleh ke arah Safina dan sedikit memiringkan wajahnya, tersenyum miring namun terasa hangat. "Gak hafal, ya?" Safina refleks mengangguk dan menyengir. "Sekali lagi, lirik yang ini pasti hafal." Eland mengkode dengan hembusan angin yang menerbangkan anak-anak rambut hitam legamnya. Safina pun menyadari betapa tampannya, seorang Eland.

"Sekarang!" pinta Eland dengan senyuman melebar.

Safina mengangguk cepat. Dengan ukiran senyum yang nampak sempurna di kedua bola mata elang tajam, milik Eland.

"Twinkle, twinkle, little star...."

Keduanya melirikkan lafal yang sama, dengan semburat memerah di pipi masung-masing, tanpa diketahui. Bernyanyi bahagia, seakan tak ada lagi hari esok.

"How I wonder what you are...."

Dan kali ini, Safina tak perlu dan tak mau lagi memejamkan mata,

melewati kegelapan.

Ctak!

Safina terhenyak. Seakan tersadar dari bayang kenangan yang terukir bahagia, beberapa jam lalu itu. Safina bangun dari posisi baringnya, merenggangkan otot-otot tangan. Ia ucek matanya beberapa kali, hingga memutuskan untuk bangkit dari kasur elit kayu tersebut. Safina penasaran, suara apa tadi?

Safina memutar handle pintu. Tidak terkunci, bagus. Apa yang dilakukan Eland sekarang, ya? Apa dia masih terlelap? Safina memutar pandangan begitu keluar dari kamarnya. Ia dapati sebuah ruang tamu dengan sebuah lorong di sudut kanan. Safina tebak lorong itulah yang mengarah ke arah kamar Eland. Karena pernah secara tak sengaja Safina dapati Eland keluar dari situ, diam-diam. Tentu saja Safina selama ini juga mengecek ruang dalam villa minimalis milik Eland.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang