[25]

4.3K 498 49
                                    

"Kamu tau... Allah menciptakan sejuta cerita cinta di muka bumi ini tanpa jeda. Dan kita, adalah salah satu frasa indah, dibawah megahnya angkasa."

**

"David kemana, sih?"

Hiruk pikuk ramainya aktifitas malam para manusia kota, pun dengan gemerlap tawa dibalik topeng-topeng wajah. Nampak seorang gadis dengan sweater ketat merah mencolok. Di salah satu cafe bermandikan cahaya rembulan dengan nyanyian lagu 'Celengan Rindu-Fiersa Besari' dari setengah jam lalu.

Aneh. Ia sudah berusaha menghubungi lelaki dingin sarkas itu sedari sore tadi. Namun, apa sampai sekarang? Bahkan ketika kini ia rela menunggu di cafe pun hingga larut malam, David tak kunjung mengangkat telepon maupun membalas pesannya dari berbagai sosmed. Baik instagram, whatsapp, ataupun twitter.

"Nyebelin banget sih ni orang." Benar. Gadis yang sudah tak selera lagi untuk menyantap roti keju dihadapannya itu adalah, Celia. Ketika Celia mendatangi rumah David sehabis maghrib tadipun, Adine berkata bahwa David memang tak sedang dirumah. Ntah kemana. Toh, bagi keluarga Drew kebebasan David sebagai putra bungsu adalah salah satu hal wajar.

Celia menghela napas berat. Ia sangat butuh untuk bertemu David sekarang. Orangtuanya sudah membahas teramat serius mengenai pertunangan mereka. Yang sialnya, akan diresmikan besok malam. Celia merutuk kesekian kalinya. Andai saja pertunangan itu dapat ia tolak, tentu ia akan menolaknya. Oh, ayolah.

Celia menyukai Eland.

Dan perasaaan itu, tak berubah, sedikitpun.

Disaat Celia memutuskan berdiri akan beranjak pergi, setelah melihat sang arloji, didetik bersamaan, sebuah insiden yang tak pernah ia sangka terjadi tepat, di depan kedua bola matanya.

Duarrr! Bumm!

"Woi anjay, kecelakaan! Tolongin napa! Jan di sg aja taunya!" Ntah siapa yang berseru demikian. Pemuda dari dalam cafe yang sama dengan Celia. Sesaat, Celia terpaku. Tatkala pasokan napasnya seolah menipis. Bagaimana tidak? Menyaksikan live dimana seorang lelaki yang baru saja menabrak trotoar jalan hingga, motornya hancur tak berbentuk dan tubuhnya diselimuti darah, dengan helm retak yang menutupi wajahnya diantara pencahayaan minim.

"Cepet, cepet! Bawa ke rumah sakit!" Dalam hitungan detik, manusia memenuhi jalan raya. Gaduh bercampur bisingan tiada tara. Celia merasa tak tahan. Perutnya ntah mengapa tiba-tiba, terasa mual.

Bayang masa lalu kembali menjalari benaknya dengan suka cita. Bahagia diatas luka lama yang belum tersembuhkan total. Celia segera memutuskan berjalan cepat, pergi menaiki mobilnya. Tanpa mengetahui sedikitpun bahwa,

Insiden yang baru saja membuka kembali luka masa kecilnya itu, dan lelaki yang tengah terbujur diambang kematian kini, adalah dua hal saling bertentangan yang akan ia sesali.

Karena lelaki yang tengah menjadi tontonan publik menuju pertolongan pertama rumah sakit sekarang adalah,

Eland. Eland Wardana Putra.

**

Terkejut.

Satu hal pasti yang menyeruak di dada seorang Alfad sekarang. Tatkala netra mata hitamnya menjumpai fakta bahwa, ia berada di sebuah pilihan yang bahkan ia tak pernah membayangkannya seumur hidup.

Obsession of SafinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang