"Jo?"
Liliyana pulang kerumah sekitar pukul 11 malam, ia sengaja pulang larut begini dengan harapan akan terjadi sesuatu antara putranya Jonatan dan sang menantu Anthony yang berakhir dengan menghasilkan anak. Tapi sepertinya Liliyana harus menelan keingingannya itu dalam-dalam ketika ia melihat putranya Jonatan justru tengah berbaring di sofa ruang tamu.
"Jo apa yang kau lakukan disini?"
"Tidur, tentu saja."
"Bukan itu maksud ibu, kenapa kau malah tidur disini? Seharusnya kau tidur di dalam bersama Anthony."
"Aku.. Canggung sekali rasanya jika harus tidur di dalam, sepertinya aku akan tidur di kamar Kevin saja."
"Tidak baik jika tidur terpisah, kalian kan sudah menikah."
"Iya aku tau, tapi tetap saja rasanya canggung."
Liliyana hanya bisa menghela nafas, jika begini terus akan semakin sulit rasanya agar ia bisa segera menimang cucu.
"Tadi ada 2 orang teman Anthony yang datang kemari."
"Siapa?"
"Melati dan Greysia, mereka teman kuliahnya Ony. Ony tidak sengaja bertemu mereka ketika ia membantu ibu berjualan sayur di pasar nanti."
"Anthony ikut berjualan sayur?"
Liliyana mengangguk. "Iya."
"Dan kau tau apa yang dikatakan teman-teman Anthony tadi?"
"Apa?"
"Anthony sebenarnya sudah punya kekasih."
Jonatan sontak menoleh dan menatap ibunya dengan pandangan terkejut.
"Benarkah?"
"Ya, dari yang ibu dengar kekasih Anthony itu sudah pergi meninggalkan Anthony sejak lama tanpa memberi kabar apapun. Dan kau tau apalagi yang lebih mengejutkan?"
"Apa?"
"Anthony masih mencintai kekasihnya itu."
Jonatan sontak terdiam.
"Sampai sekarang ia masih menunggu dan mengharapkan kekasihnya itu pulang dan kembali padanya." Liliyana berbicara menggebu-gebu berusaha membuat Jonatan terbakar api cemburu, tapi nyatanya nihil. Pria jantan itu justru hanya terdiam tanpa memberikan ekspresi apapun.
"Jonatan kenapa kau diam saja? Kau tidak merasa cemburu?"
"Kenapa aku harus cemburu?"
"Jonatan, istrimu sedang mengharapkan laki-laki lain. Bagaimana bisa kau tidak merasa cemburu sama sekali?" Rasanya Liliyana mulai gerah dan ingin menggigit telinga putra tampannya itu.
Jonatan menghela nafas. "Kita menikah bukan karena saling mencintai, tapi karena semata-mata aku ingin membantu Tuan Tontowi untuk merubah sifat Anthony menjadi lebih baik. Ibu juga pasti tau kan Anthony sangat terpaksa dengan pernikahan ini? Dia juga tidak mencintaiku sama halnya aku yang tidak mencintainya. Jadi aku pikir aku sama sekali tidak punya hak apapun untuk merasa cemburu."
"Tapi tetap saja di mata hukum dan agama kalian sudah sah sebagai suami istri, mengharapkan orang lain ketika kalian sudah resmi menikah adalah sebuah kesalahan besar. Kau mengharapkan Shania dan Anthony mengharapkan kekasihnya. Apa kau pikir pernikahan itu hanya lelucon? Seharusnya dari awal kau tidak setuju untuk menikah dengan Anthony jika kau masih mengharapkan wanita lain."
Perkataan Liliyana sukses membuat Jonatan bungkam, ia tidak tau harus menjawab apa.
"Sudahlah, ibu lelah. Ibu butuh istirahat. Dengar ya Jonatan, kau harus membuat Anthony berpaling padamu dan melupakan kekasihnya. Pokoknya ibu tidak mau tau. Hanya Anthony yang boleh menjadi pasanganmu, tidak ada yang lain." Ucap sang ibu sebelum akhirnya bangkit berdiri dan masuk ke dalam kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver.
RomanceSifat Anthony yang manja dan sering bertingkah seenaknya membuat sang ayah berpikir untuk menjodohkan sang putra pada pria yang dianggap mampu merubah sifat Anthony..