Chapter 29

1.9K 197 25
                                    

"Aaaahhh.. Sedikitthh lagihh Anthonyy.. Akuuuhh.. Arrrghhh.."

CROTT

Malam ini Jonatan kembali menyemburkan lahar panas miliknya kedalam tubuh Anthony. Setelah selesai makan malam, Jonatan meminta Anthony untuk bersetubuh kembali. Anthony sebenarnya sedang tidak mood untuk melakukan itu, tapi ia juga tidak berani menolak permintaan suaminya. Ia tahu seorang istri tidak boleh menolak jika suaminya sedang ingin melakukannya.

Jonatan menatap wajah Anthony yang terbaring lemah dibawah kungkungannya. Sedari tadi Anthony hanya diam dan tidak memberikan respon apapun. Ia bahkan dengan sengaja menolehkan kepalanya kesamping seolah enggan menatap langsung mata suaminya.

Jonatan menyentuh lembut dagu istrinya agar pria manis itu menoleh dan langsung menatap dirinya.

"Terjadi sesuatu? Apa kau merasa keberatan kita melakukannya lagi malam ini?"

Anthony menggeleng lemah. "Tidak, hanya saja suasana hatiku sedang tidak bagus."

"Kenapa?"

Anthony terdiam sejenak. "Maafkan aku Jo, tadi aku tidak sengaja membaca sms untukmu. Kau mendapat sms dari seorang wanita berambut pendek."

Jonatan mengernyit. Wanita berambut pendek siapa?

Ia lantas langsung melepaskan penyatuan tubuh mereka dan mengambil ponsel miliknya di atas laci di samping tempat tidur.

'Kak, jika kau ada waktu luang aku ingin bertemu denganmu. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu. Salam hangat dari wanita berambut pendek yang kau selamatkan kemarin. ❤❤❤'

Jonatan lantas melirik istrinya itu yang sudah mengubah posisi tidurnya menjadi terbaring membelakangi dirinya. "Kau cemburu?"

Anthony menggeleng pelan. "Tidak, aku tidak cemburu."

Jonatan menghela nafasnya pelan. "Kemarin aku sempat menolong seorang wanita yang hampir dirampok di jalanan. Namanya Jorji Mariska kalo tidak salah."

Anthony sontak menoleh, ia menatap suaminya dengan pandangan terkejut.
"Jorji siapa?"

"Jorji Mariska."

Anthony refleks langsung terduduk. "Jangan bilang yang kau maksud itu Jorji Mariska putri dari perdana menteri itu?"

"Aku tidak tau, aku tidak bertanya soal pekerjaan ayahnya."

"Dia tidak terlalu tinggi, bertubuh ramping, berwajah dingin dan berambut pendek kan?"

Jonatan mengangguk. Anthony pun lantas menghela nafasnya kasar. Tidak salah lagi, ini pasti Jorji yang itu.

"Kenapa ia bisa sampai punya nomor teleponmu?"

"Ia memintanya jika sewaktu-waktu keluarganya membutuhkan seseorang untuk memasang baliho. Rejeki kan tidak boleh ditolak Anthony."

Anthony mendengus kesal karenanya.

"Kau terlihat kesal sekali, apa kau mengenalnya?"

"Aku satu kampus dengannya. Dia adalah musuh bebuyutan ku. Di kampus kami sering sekali bertengkar setiap kali kami bertemu. Kami bersaing dalam segala hal. Popularitas, akademik, fashion dan soal bakat."

"Kenapa harus begitu?"

"Dalam dunia perkuliahan kan memang sudah menjadi hal yang wajar jika kita bersaing satu sama lain. Kita melakukan itu untuk menunjukan status dan pengaruh kita di kampus."

Jonatan menggeleng sambil tersenyum kecil. "Apapun alasannya kau tidak perlu cemburu pada wanita itu. Aku pikir dia hanya butuh orang jika sewaktu-waktu keluarganya ingin memasang baliho untuk keperluan bisnis. Tidak ada maksud lain, lagipula aku juga tidak akan melirik pria atau wanita manapun karena aku sudah punya istri."

[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang