Jonatan berlari sekencang yang ia bisa, ia menelusuri setiap koridor sebuah motel kecil di pinggir kota. Sekitar pukul 6 sore tadi, tepatnya ketika baru selesai kerja, ia mendapat telepon dari seseorang yang ia tidak kenal yang mengatakan jika Anthony diculik dan saat ini ia sedang di sekap di salah satu kamar di sebuah motel kecil disudut pinggiran kota Jakarta.
Tidak ada informasi apapun yang ia punya selain kamar nomor 69 tempat dimana Anthony disekap. Ia sungguh panik sekarang, ia takut terjadi sesuatu pada istri mungilnya itu.
BRAKKK
"ANTHONY."
Anthony yang sedang duduk di sebuah ranjang kecil sontak menoleh dan terkejut ketika pintu kamar di dobrak dengan sangat keras dan suaminya Jonatan muncul kemudian berteriak dengan sangat kencang.
"Jonatan?" Anthony dibuat mengernyitkan dahinya bingung melihat penampilan Jonatan yang amat sangat berantakan. Bajunya bahkan sampai lepek karena terlalu banyak terkena keringat. Nafasnya naik turun tidak teratur persis seperti seseorang yang habis di kejar puluhan anjing penjaga.
"Jonatan apa yang-"
GREPP
Tubuh Anthony sontak membeku ketika Jonatan langsung memeluknya erat. "Syukurlah kau tidak apa-apa, aku sangat khawatir tadi." bisiknya pelan tepat di telinga Anthony.
"J-Jonatan aku-"
BRAKK
Jonatan dan Anthony sontak menoleh bersamaan ketika pintu kamar tiba-tiba tertutup.
Jonatan langsung beranjak dan berusaha membuka pintu kamarnya.
BRAKK BRAAKK BRAKK
"YA! SIAPA KALIAN? BUKA PINTUNYA!"
BRAKK BRAKK BRAKK
"Tidak akan, kami tidak akan membuka pintu ini sampai kalian setuju membuatkan cucu untuk kami."
"Ibu?"
"Ya, ini Ibu Jonatan. Ibu dan ayah mu terpaksa melakukan ini agar kami bisa segera punya cucu."
"Cepat buka pintunya ibu, ini tidak lucu!"
"Tidak sebelum kalian memberikan kami cucu."
"IBU." Jonatan berteriak frustasi, tindakan ibu dan ayahnya ini sudah cukup keterlaluan.
"Ayah akan bukakan pintunya setelah kalian selesai membuatkan kami cucu, jadi nikmatilah malam ini dan tolong buatkan kami cucu yang cantik dan tampan."
"A-ayah buka pintunya hiks." ucap Anthony yang ikut bersuara.
"Tidak Ony sayang, ayah terpaksa melakukan ini demi kebaikan kalian. Sekarang bekerja keraslah untuk malam ini. Kami pergi."
"Tidak! Ayah, ibu. Jangan pergi, buka pintunya dulu." Jonatan berusaha membuka pintunya dari dalam.
Semua itu percuma saja, Anthony bahkan bisa mendengar suara langkah kaki ayah dan ibunya yang bergerak menjauh dari tempat ini. Ya Tuhan, ingin rasanya Anthony menangis sekarang.
BRAKK BRAKK BRAKK
"SIAL!" Jonatan mengumpat emosi.
Sekarang apa yang harus mereka lakukan?❤❤❤
Pukul 7 malam dan itu artinya mereka sudah terkurung selama kurang lebih satu jam, sedari tadi mereka hanya duduk bersebelahan di pinggir kasur tanpa ada yang bersuara, Jonatan masih kesal karena ibu dan ayah mertuanya mengunci ia dan Anthony di kamar motel kecil seperti ini, sedangkan Anthony sendiri sedari tadi hanya diam saja karena ia tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia melirik keseluruh penjuru ruangan. Kamar ini cukup kecil dan lumayan sempit tapi peralatannya terbilang cukup lengkap, ada Televisi berlayar datar yang terpasang di tengah ruangan dan ada juga kipas angin berukuran sedang yang menempel di dinding. Di dekat ranjang kasur juga ada sebuah kulkas berukuran sedang yang berisi penuh makanan. di pojok ruangan bahkan ada sebuah kamar mandi kecil yang hanya muat untuk satu orang, disana juga tidak ada bak mandi ataupun shower, hanya sebuah ember berukuran sedang, gayung kecil, kran air dan sebuah closet duduk. Ya, setidaknya itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver.
RomanceSifat Anthony yang manja dan sering bertingkah seenaknya membuat sang ayah berpikir untuk menjodohkan sang putra pada pria yang dianggap mampu merubah sifat Anthony..