Chapter 57

1.5K 135 80
                                    

"Sekarang istriku sudah pulang kerumah, kami juga sudah saling menyadari kesalahan masing-masing dan saling memaafkan."

Pukul 12.04 siang, waktunya makan siang. Jonatan kini sedang makan disebuah kedai pinggir jalan bersama dengan Panji sahabatnya. Setelah Viktor pindah ke China, Panji yang memang menggantungkan hidupnya dari bekerja sebagai supir Viktor pun kini sudah beralih profesi menjadi seorang bisnis man. Bisnis kecil-kecilan memang, karena sebelum Viktor pergi ke China, ia sempat memberikan uang pesangon yang cukup besar untuk Panji. Dari uang pesangon itulah Panji membangun sebuah toko kelontong kecil-kecilan di dekat rumahnya. Hari ini ia sengaja datang mengunjungi sahabatnya untuk makan bersama karena memang mereka sudah lama tidak bertemu.

"Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya."

"Aku harap istriku tidak merajuk lagi dan pergi dari rumah seperti kemarin." ucap Jonatan sambil menyantap makanan yang ia pesan.

"Sebagai seseorang yang sudah menikah lebih dulu darimu, aku jelas punya pengalaman yang lebih banyak dalam mengurus dan menghadapi seorang istri. Kau ingin mendengarkan saran dariku agar bisa membahagiakan istrimu?"

Jonatan meneguk segelas air putih dihadapannya. "Apa itu?"

Panji tersenyum sekilas. "Pertama, kau harus sering memberikan pujian atas setiap pekerjaan yang istrimu kerjakan. Setiap hari istrimu sibuk membersihkan rumah, menyiapkan semua keperluanmu sampai mengurus anak-anakmu. Maka dari itulah, sebagai seorang suami kau harus bisa memberikan apresiasi atas apa yang sudah ia lakukan untukmu dan keluargamu. Kau bisa mempercayai kata-kataku Jonatan, pujian darimu itu bisa membuat istrimu merasa sangat dihargai."

Jonatan mendengarkan penuturan sahabatnya itu dengan seksama, memuji setiap pekerjaan yang Anthony lakukan? Jonatan jarang melakukan itu, ia biasanya hanya mengucapkan terimakasih atas apa yang sudah istrinya itu lakukan tanpa pernah mengucapkan lebih. Baiklah, mungkin saran dari sahabatnya ini bisa ia coba.

"Kedua, sesekali cobalah bantu istrimu mengerjakan pekerjaan rumah. Hal-hal kecil seperti itu bisa jadi sangat berarti untuk istrimu. Apalagi istrimu sekarang sedang hamil kan? Ia pasti kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah."

Membantu pekerjaan rumah? Jonatan hanya sesekali membantu istrinya dirumah. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya bahkan di akhir pekan sekalipun.

"Ketiga, bimbinglah istrimu dalam hal mendekatkan diri kepada Tuhan. Suami adalah seorang pemimpin dalam rumah tangga dan seorang istri butuh bimbingan dari suaminya terutama dalam urusan beribadah, ajaklah istrimu ke gereja bersama karena pada dasarnya seorang istri akan sangat menyukai jika suaminya bisa menuntunnya menjadi manusia yang lebih baik. Selain itu kau juga akan mendapat pahala dari Tuhan jika kau bisa membawa anak dan istrimu ke jalan yang lebih baik. Di alam baka kelak kau akan dimintai pertanggung jawaban tentang perbuatan anak dan istrimu selama di dunia ini Jonatan."

Jonatan terdiam, kapan terakhir kali ia pergi ke gereja? Ia benar-benar terlalu sibuk dengan urusan dunia hingga melupakan Tuhan yang telah memberikannya begitu banyak berkat untuknya.

"Keempat, luangkanlah sedikit waktumu untuk istrimu. Sekalipun kau sibuk bekerja, kau harus tetap memberikan sedikit perhatian kepada istrimu. Kau bisa menelepon istrimu di sela-sela waktu istirahat kerja, kau tanyakan apakah dia sudah makan atau belum, atau mengajaknya berbicara hal-hal romantis. Sebisa mungkin kau tunjukan padanya jika kau selalu mengingat istrimu meskipun kau sibuk bekerja. Jangan biarkan ia merasa jika kau lebih mementingkan pekerjaan daripada dirinya."

Apa yang diucapkan Panji itu memang sangat benar. Anthony marah padanya karena ia merasa di duakan oleh obeng, televisi rusak dan berbagai macam alat elektronik rusak lainnya. Jonatan tersenyum geli ketika mengingat itu.

[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang