Special Chapter 1/6
Jam telah menunjukan pukul 22.30 malam, Samarinda sedang diguyur hujan malam ini. Kediaman keluarga Christie tampak begitu sunyi dan sepi, hanya terlihat seorang pria tinggi berperawakan tegap yang tengah duduk di kursi ruang tamu dengan seorang wanita cantik yang tengah mencuci kakinya di dalam sebuah baskom berisi air hangat.
Pria itu tersenyum. "Terimakasih Fitri.."
Wanita cantik itu mendongak dan ikut tersenyum kemudian. "Sama-sama."
Ia basuh kedua kaki pria yang telah berstatus sebagai suaminya itu dan mengusapnya dengan handuk kecil. Setelahnya ia simpan baskom berisi air hangat itu ke dapur dan tak lama setelahnya ia kembali duduk tepat disamping suaminya.
Wanita cantik berusia 35 tahun itu membuka sebuah novel yang belakangan ini selalu ia baca secara berulang-ulang, semakin sering ia membaca novel itu maka semakin sering pula air matanya menetes karena haru.
"Kenapa kau menangis?" tanya sang suami dengan intonasi yang begitu lembut.
Wanita itu meyeka airmatanya pelan. "Aku selalu merasa tersentuh setiap kali membaca novel ini, ibumu berusaha menyampaikan perasaannya melalui sebuah karya tulis dengan sangat nyata, hanya dengan membaca paragraf awalnya saja aku sudah bisa mengetahui jika ibumu memang sangat mencintai ayah."
Pria tinggi itu tersenyum, kemudian ia genggam tangan istrinya dengan lembut. "Aku tahu, ibu sangat mencintai ayah dan ayah sangat mencintai ibu. Selamanya akan tetap seperti itu meskipun maut telah memisahkan mereka berdua."
Dia adalah Kenzo beserta sang istri Fitriani, putra bungsu dari pasangan Jonatan Christie dan Anthony Christie itu kini memutuskan untuk tinggal kembali bersama sang ibu di rumah besar yang telah ayahnya bangun untuk keluarga kecilnya.
Setelah Jonatan meninggal semenjak 4 tahun silam Kenzo beserta istri dan kedua anaknya memang sepakat pindah dan menetap di Kalimantan untuk menemani sang ibu agar tidak merasa kesepian.
Ketiga saudaranya tidak bisa ikut pindah ke Kalimantan karena urusan pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggal. Namun hal itu berbeda dengan Kenzo, ia rela meninggalkan pekerjaannya sebagai seorang pilot maskapai penerbangan ternama di Amerika dan lebih memilih mengurus bisnis yang telah ditinggalkan sang ayah agar bisa menemani Anthony yang tinggal sendirian di Kalimantan.
Kini putra bungsu yang dulu sangat polos dan menggemaskan itu telah bertransformasi menjadi seorang pria dewasa berusia 38 tahun. Postur tubuhnya yang tinggi dan tegap serta wajahnya yang sangat tampan membuatnya terlihat begitu mirip dengan mendiang ayahnya.
Tak jarang Anthony memeluk putra bungsunya itu sambil menangis tersedu-sedu karena teringat akan sosok suaminya. Kenzo benar-benar mirip dengan Jonatan, siapapun yang melihat Kenzo pasti akan mengira jika Jonatan telah hidup kembali.
"Aku ingin seperti ibumu yang begitu berbakti kepada suaminya. Aku ingin kehidupan rumah tangga kita seperti kedua orangtuamu, saling mencintai satu sama lain hingga hanya maut lah yang bisa memisahkan."
Kenzo tersenyum mendengar penuturan istrinya, ia alihkan atensinya kearah pintu kamar sang ibu yang selalu tertutup rapat jika malam telah tiba.
Ketika siang hari Anthony akan bertindak seolah tidak pernah terjadi apa-apa, ia beraktivitas seperti biasa dan bahkan sering bercanda dengan cucu-cucunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver.
RomanceSifat Anthony yang manja dan sering bertingkah seenaknya membuat sang ayah berpikir untuk menjodohkan sang putra pada pria yang dianggap mampu merubah sifat Anthony..