Chapter 26

2.2K 191 84
                                    

Pukul 13.30 siang, Jonatan duduk diruang tengah sambil menonton acara pertandingan sepak bola kesukaannya. Satu kakinya ia tekuk diatas kursi dan kaki yang satunya lagi ia biarkan menjuntai ke bawah lantai. Sambil bertelanjang dada dan hanya menggunakam celana kolor pendek diatas lutut, Jonatan asik menghisap rokoknya sambil terus fokus menonton televisi.

"Jonatan.."

Jonatan menoleh sekilas ketika Anthony muncul dan langsung duduk disampingnya. Ia hembuskan asap rokoknya pelan lalu kemudian ia kembali fokus menonton bola.

"Aku membawakan singkong rebus dan kopi hitam untukmu."

Jonatan melirik sepiring singkong rebus yang masih hangat dan segelas kopi hitam yang juga masih mengepulkan asap.

"Kau yang membuat singkong itu?"

"Bukan, ibu yang membuatnya."

Jonatan mengangguk pelan, ia mengambil sepotong singkong rebus itu dan memakannya.

"Dimana ibu?"

"Ibu baru saja pergi, dia bilang ada arisan ibu-ibu kampung sore ini."

"Oh.." Jonatan hanya bergumam singkat, ia masih terlalu fokus pada acara bola yang ditontonnya.

Anthony menunduk dan menghela nafasnya dalam. Ia memainkan kedua ibu jarinya sambil menggigit bibir bawahnya pelan.

"Jonatan.."

"Hmm.."

"Aku minta maaf soal tadi, aku tau makanannya tidak enak. Harusnya kau tidak memakannya. Aku tidak suka jika kau memaksakan diri seperti itu."

Jonatan refleks menoleh. "Kenapa minta maaf? Tidak apa-apa makanannya tidak enak, kau kan masih belajar."

"Aku lebih suka jika kau memarahiku seperti saat aku baru pertama kali datang kesini. Kau akan langsung marah jika aku berbuat kesalahan. Setidaknya itu jauh lebih baik daripada kau membenarkan setiap perbuatanku."

"Aku tidak membenarkan perbuatanmu. Ini bukan soal marah atau tidak, ini tentang bagaimana untuk menghargai perbuatan orang lain. Makanan mu memang tidak enak, tapi setidaknya kau mau berusaha untuk membuat makanan yang enak. Itu jauh lebih baik daripada kau tidak mau berusaha sama sekali. Aku tidak akan marah jika kau tidak bisa membuat makanan yang enak, tapi aku akan marah jika kau tidak mau berusaha membuat makanan yang enak. Begitu juga dengan pekerjaan yang lain, aku tidak akan marah jika kau tidak bisa mencuci ataupun membersihkan rumah. Tapi aku akan marah jika kau tidak mau berusaha mencuci atau membersihkan rumah dengan baik. Kau mengerti maksudku?"

Anthony terdiam mendegarnya, beberapa detik kemudian ia langsung mengangguk sambil tersenyum lembut. "Iya, aku mengerti."

Pria kecil itu lantas dengan berani memeluk tubuh suaminya dan menyandarkan kepalanya dengan nyaman di dada bidang sang suami. Jonatan pun nampaknya tidak merasa begitu terkejut dengan perbuatan Anthony, ia malah melingkarkan satu tangan kekarnya untuk memeluk tubuh Anthony. Ia kembali fokus pada pertandingan sepak bola yang ia tonton sambil terus menyesap rokok.

Anthony tidak mengerti apa yang Jonatan tonton, ia tidak suka bola dan sama sekali tidak tertarik pada permainan olahraga favorit para pria itu. Ia lantas mengambil ponsel berwarna putih disaku celananya untuk menghilangkan bosan dan mulai berselancar di internet. Ia iseng mencari sesuatu yang berhubungan dengan rumah tangga di situs dan ada satu artikel yang membuatnya cukup tertarik.

'Gambaran mengenai rumah tangga ideal.'

KLIK

Anthony membuka artikel itu dan membacanya dengan seksama.

"Jonatan, jika kita punya anak nanti, kau mau punya anak berapa? Disini ditulis jika kita hanya boleh punya dua anak jika ingin punya keluarga yang ideal."

[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang