Jonatan duduk sendirian diteras belakang rumah sambil menghisap sebatang rokok yang terselip di jari tangannya. Kepalanya ia sandarkan pada sandaran pintu sambil menatap langit malam yang penuh dengan bintang yang berkelap kelip. Liliyana berjalan menghampiri putra semata wayangnya itu sambil membawa secangkir kopi hitam panas diatas sebuah nampan.
"Ada yang sedang kau pikirkan Jo?"
Jonatan menoleh dan mendapati ibunya duduk disampingnya sambil menyodorkan secangkir kopi panas untuknya.
"Terimakasih.." Jonatan meniup kopi yang masih mengepulkan asap itu dan menyesapnya pelan.
"Ibu merindukan Anthony dan Johnny, kau tidak merindukan mereka?"
Jonatan tidak merespon, ia kembali menghisap rokok ditangannya dan menghembuskan asapnya kemudian.
"Kau harus menjemput istri dan anakmu secepat mungkin, tidak baik jika kau terus membiarkan mereka tinggal dirumah ayah mertuamu. Biar bagaimanapun mereka kan sudah menjadi tanggung jawabmu."
"Aku akan menjemput mereka besok, tadi sore ayah sudah menghubungiku. Ia bilang aku harus segera menjemput mereka."
"Benarkah? Ibu senang sekali mendengarnya.." Liliyana tersenyum mendengarnya.
"Dengar Jonatan, kau harus segera menyelesaikan masalahmu dengan Anthony. Lupakan kejadian kemarin dan anggap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Ibu sangat mengenal Anthony, ia tidak mungkin melakukan itu jika tidak benar-benar dalam kondisi terdesak. Anthony itu anak orang kaya, meskipun ia sudah terbiasa hidup seperti ini tapi sesekali ia pasti ingin merasakan kehidupannya yang dulu. Istrimu suka belanja dan tidak ada yang salah dengan itu, sama halnya seperti dirimu yang suka merokok. Anthony memang salah karena menghabiskan semua uangmu tapi ia melakukan itu karena sudah tidak bisa menahan keinginannya untuk berbelanja. Sekarang coba katakan pada ibu kapan terakhir kali kau mengajak anak dan istrimu jalan-jalan? Kau terlalu sibuk pada pekerjaanmu hingga kau jarang memperhatikan mereka. Anthony pasti jenuh karena setiap hari kegiatannya hanya mengurus rumah, anak dan suaminya saja. Setiap hari ia hanya berkutat dengan dapur dan ranjang, ia sudah berusaha untuk menjadi istri yang baik tapi suaminya bahkan tidak punya waktu hanya untuk sekedar memperhatikan dirinya. Kau hanya tau memberi uang untuk dapur tanpa tau jika istrimu juga punya kebutuhan lain yang harus dipenuhi. Itulah alasan kenapa Anthony nekat melakukan itu."
"Aku sibuk bekerja kan untuk kebutuhan mereka juga bu, tidak seharusnya Anthony menghabiskan semua uang yang sudah susah payah aku kumpulkan untuk anak-anak."
"Iya ibu mengerti, tapi apakah kau pikir tugas seorang suami itu hanya memberi nafkah untuk istrinya saja? Setidaknya kau ajak dia jalan-jalan keluar setiap akhir pekan, tidak perlu yang mahal-mahal. Kau ajak dia makan di pinggir jalan juga Anthony akan merasa senang. Bukan hanya kau yang merasa lelah dengan pekerjaanmu, tapi Anthony juga lelah karena mengurus semua kebutuhan rumah, belum lagi ia harus mengurus anakmu yang terkadang sering rewel dan menyusahkan ibunya. Untuk itulah sebagai pasangan suami istri kalian harus saling memperhatikan satu sama lain."
Jonatan terdiam, benarkah jika selama ini ia kurang memperhatikan Anthony?
"Pokoknya ibu tidak mau tau, setelah Anthony tinggal lagi disini. Ibu tidak mau melihat kalian terus berperang dingin. Kalian harus bisa meruntuhkan ego masing-masing demi anak-anak kalian."
Liliyana langsung berdiri dan berjalan masuk kedalam rumah, meninggalkan Jonatan yang terdiam sambil menatap langit malam.
❤❤❤
"Kau sudah datang? Ayo masuk, Anthony dan Johnny sudah menunggumu."
Keesokan harinya Jonatan benar-benar datang untuk menjemput anak dan istrinya. Ia baru bisa datang kerumah Tontowi malam harinya karena ia harus bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver.
RomanceSifat Anthony yang manja dan sering bertingkah seenaknya membuat sang ayah berpikir untuk menjodohkan sang putra pada pria yang dianggap mampu merubah sifat Anthony..