Chapter 14

1.9K 210 61
                                    

"Sebenarnya aku merasa malu untuk datang kemari, tapi aku tidak tau harus menitipkan Dimas pada siapa lagi. Dia terus merengek ingin bertemu dengan ayahnya."

Sekitar pukul 10 malam Shania tiba-tiba saja datang kerumah sambil membawa Dimas, ia bilang malam ini ia harus bekerja lagi dan Dimas tidak ada yang menemani. Karena itulah ia datang kerumah Jonatan untuk menitipkan Dimas disini.

Liliyana yang duduk di depannya hanya mengangguk kecil merasa tidak keberatan jika Dimas menginap disini.

"Tidak masalah Shania, rumah ini akan selalu terbuka jika itu untuk Dimas."

Shania tersenyum. "Terimakasih, aku dan Dimas sudah terlalu sering menyusahkan kalian."

"Tidak perlu dipikirkan, Dimas sudah aku anggap seperti cucu ku sendiri. Jonatan juga sangat menyanyangi Dimas seperti anak kandungnya sendiri. Kami sama sekali tidak merasa di repotkan." Ucap Liliyana panjang lebar.

"Ngomong-ngomong, apakah kau masih harus bekerja di tempat itu? Kau bisa mencari pekerjaan di tempat lain Shania. Kasihan Dimas"

"Bibi tau aku tidak bisa berhenti, aku terikat banyak hutang pada orang itu dan keluarga ku di desa juga butuh makan."

Liliyana menatap prihatin pada wanita cantik di depannya itu, Shania adalah wanita yang baik. Ia melakukan pekerjaan seperti ini karena keadaan lah yang memaksanya, jika Shania bukan seorang wanita malam Liliyana mungkin akan setuju jika Jonatan menikah dengannya.

"Yasudah, apapun itu aku selalu mendo'akan yang terbaik untukmu. Jangan sungkan untuk datang padaku jika kau sedang membutuhkan sesuatu, anggap saja aku ini seperti ibumu juga."

"Ya, terimakasih bibi." Balas Shania sambil tersenyum lembut.

❤❤❤

"Dan pada akhirnya, mereka pun hidup bahagia selamanya. Tamat."

Jonatan selesai menceritakan sebuah dongeng kesukaan Dimas, adalah sebuah kebiasaan bagi Jonatan untuk menceritakan sebuah dongeng sebelum tidur setiap kali Dimas datang untuk menginap.

Sekarang Dimas sudah terlelap dengan botol minum susu yang masih ia hisap. Jonatan tersenyum kecil melihatnya, ia mengecup kening anaknya itu pelan. Sungguh Jonatan sangat menyayangi Dimas, ia sudah menganggap Dimas layaknya darah dagingnya sendiri.

"Jonatan?"

Anthony yang sedari tadi hanya diam memperhatikan interaksi antara ayah dan anak itu akhirnya mulai unjuk suara, mereka semua tidur dalam satu ranjang. Anthony berbaring di sisi sebelah kiri, Jonatan disebelah kanan dan Dimas tidur di tengah-tengah mereka. Jonatan dan Anthony saling menopangkan tangan masing-masing dengan posisi saling berhadapan.

"Kau terlihat sangat menyanyangi Dimas, padahal dia bukan anak kandungmu."

"Kasih sayang seseorang tidak harus di ukur hanya dengan apakah mereka sedarah atau tidak. Aku menyayangi Dimas karena perasaan itu memang muncul dengan sendirinya. Aku sudah merawatnya semenjak ia masih kecil, dia anak yang baik. Dan aku rasa ia pantas mendapat kasih sayang yang lebih."

Anthony tersenyum kecil mendengarnya, ia menatap anak kecil yang tertidur layaknya malaikat tak bersayap itu sambil mengelus kepalanya sayang.

"Anthony.."

"Ya?"

"Soal tadi.. Sepertinya kita tidak bisa melakukannya malam ini."

Anthony terdiam, lalu ia mengangguk kaku. "Aku pikir aku juga belum siap untuk melakukannya."

"Tapi bukankah kita harus melakukan itu? Aku sangat khawatir soal kondisi ayahmu."

Anthony mengangguk sendu. Ia selalu merasa sedih jika mengingat pertemuannya dengan ayahnya tadi.

[√] The Poor Man Who Made Me Fall in Love (Remake) • JOTING Ver. Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang