"Ya jadi gitu deh ceritanya."
Aku baru saja menceritakan hal yang aku alami semalam. Ya,tentang dimana aku chatting dengan Hafi.
"Gue juga kalo jadi lu kaget sih Bil." ujar Putri setelah mendengar cerita ku.
"Ya kaget kan? Apalagi gue Put, awalnya gue bener bener gak nyangka itu beneran dia." ucap ku
"Terus sampe sekarang chat dia yang ngucapin malam itu belum lu read?" tanya Putri yang kujawab dengan gelengan kepala.
"Baca aja Bil, nanti dikiranya lu sombong lagi." ujar Putri lagi yang kali ini membuat ku tersadar.
"Iya juga ya. Yah gimana dong?" Entah kenapa aku sepanik ini hanya karena belum membaca pesan dari Hafi semalam.
"Yaudah nanti pas pulang sekolah lo langsung baca chat nya." jelas Putri
Ya,pulang sekolah aku akan langsung membaca pesannya. Kenapa pulang sekolah? Karena peraturan di sekolah ku ini yang tidak memperbolehkan murid muridnya membawa ponsel sehingga aku hanya dapat bermain ponsel saat pulang sekolah.
"Yaudah yuk kantin Bil." ajak Putri
"Ayuk." balasku
Aku dan Putri pun beranjak dari kelas menuju ke kantin.
-----
Ramai.
Satu kata yang dapat menggambarkan keadaan kantin saat ini. Ditambah kantin sekolah ku ini bersebelahan dengan lapangan belakang yang jika istirahat digunakan para siswa laki-laki untuk bermain. Ada yang bermain basket dan juga sepak bola. Mereka berbagi lapangan yang berukuran cukup luas itu.
"Put gue beli es teh dulu ya." ucap ku kepada Putri
"Iya, gue juga mau ya Bil satu. Yaudah gue duluan ke sana ya beli mie goreng nya." ucap Putri
Aku dan Putri pun berpisah. Setelah cukup lama mengantri akhirnya aku pun mendapatkan dua gelas es teh manis untuk ku dan Putri.
Aku melihat lihat untuk mencari keberadaan Putri.
"BILAAA..."
Teriakan itu membuat ku menoleh dan terlihat Putri sedang duduk dengan dua mangkuk berisi mie bersamanya.
Aku pun menghampirinya dan langsung menyantap mie goreng ku. Sebenarnya aku dan Putri jarang sekali makan seperti ini di kantin. Karena kita berdua selalu membawa bekal dari rumah. Tapi hari ini kita berdua tidak ada yang membawa bekal padahal tidak janjian sebelumnya.
Saat menyantap makanan ku aku mengobrol ringan dengan Putri dan beberapa kali saling sapa dengan teman teman ku lainnya yang lewat. Tapi ada satu hal yang sangat menarik perhatian ku.
Di pojok kantin terlihat Hafi bersama teman temannya sedang menyantap mie rebus sembari bercanda satu sama lain. Mereka terlihat sangat seru dan asik. Teman temannya Hafi sangatlah banyak, bukan hanya dari kelas sendiri tapi dari kelas kelas lainnya. Dan jika ditanya bagaimana kriteria dari teman temannya Hafi. Maka jawabannya tidak jauh berbeda dengan Hafi. Mereka bisa dikatakan sebagai badboys karena penampilan dan kelakuan mereka.
Tapi itu bukan berarti mereka tidak memiliki kebaikan bukan? Malah aku memandang mereka sebagai perkumpulan yang seru dan asik. Dibanding dengan perkumpulan yang hanya memandang kasta dan diisi dengan perlombaan banyak banyakan harta padahal yang digunakan semua pun itu hanya pemberian orang tua.
Aku terus mengamati Hafi dan teman temannya itu. Hingga tanpa sadar...
'Deg'
Jantung ku seolah langsung berdegup kencang saat tiba tiba mata ku bertemu dengannya. Langsung saja aku alihkan pandangan ku ke makanan dihadapan ku.
Putri yang melihat aku seperti orang salah tingkah itu pun bingung.
"Kenapa lu Bil?" tanya Putri"Ha? Gapapa kok." jawab ku sedikit gugup.
Seolah tidak percaya dengan ucapanku, Putri menoleh ke arah pandangan ku tadi. Ya dia melihat ke arah dimana Hafi dan teman temannya sudah terlihat ingin beranjak dari tempat mereka.
"Oh pantesan aja salting gitu." ucap Putri
"Gara gara Hafi kan? Jadi dari tadi lu liatin si Hafi?" tebak Putri yang membuat ku semakin malu.
"Gak ngeliatin dia doangan kok. Gue ngeliatin semuanya, ya mereka seru aja gitu keliatannya." jawabku
"Beneran?" tanya Putri lagi
"Iya Put. Lagian jangan diperpanjang deh masalah gue sama Hafi. Kesannya tuh kayak gue sama dia ada apa apanya tau." ujar ku
"Ada apa apanya juga gapapa kali. Tapi Bila kayaknya lo ada rasa deh sama Hafi." Entah ini sudah kesekian kalinya Putri menebak tentang ku dengan Hafi.
"Rasa apaan?" tanya ku pura pura tidak tahu, padahal aku mengerti rasa yang dimaksud oleh Putri itu.
"Ya suka mungkin. Atau lu udah lebih dari itu?" Jawab Putri
Dugaan ku benar jika rasa yang dimaksud Putri adalah rasa suka. Tapi aku tidak berpikir rasa lebih dari suka yang dikatakan oleh Putri itu.
Aku saja belum yakin jika aku suka dengan Hafi. Atau ini hanya karena aku yang sudah lama tidak merasakan hal seperti ini?
"Suka?" tanya ku seolah aku bertanya pada diri ku sendiri
"Iya. Gue yakin kalo lo itu suka sama Hafi. Tapi lo nya masih gengsi buat ngakuin itu semua." jelas Putri
"Lo sendiri kenapa yakin banget kalo gue suka sama Hafi?" Tanya ku kepada Putri.
"Ya yakin lah. Gini deh lo aja deg deg an kan kalo dia lagi di deket lu. Terus semalem pas lu dichat sama dia lu pasti seneng kan? Terus tadi pas lu abis ngeliatin Hafi, lo jadi kayak salah tingkah gitu. Apalagi namanya itu semua kalo bukan suka Nabilaaaa..."
Aku menyimak semua yang diucapkan oleh Putri. Dan itu semua memang benar yang aku alami. Aku pun bergelut dengan pikiran ku. Dan ditengah tengah aku sedang berpikir tiba tiba bel masuk pun berbunyi.
"Kelamaan mikir kan lu sampe bel masuk bunyi. Udah mikirnya dilanjut nanti sekarang kita balik ke kelas." ajak Putri yang langsung diikuti oleh ku.
Selama perjalanan menuju kelas aku tetap dalam pikiran ku. Entah kenapa perkataan Putri tadi semakin membuat aku yakin jika aku memang memiliki perasaan lebih kepada Hafi. Perasaan yang tidak hanya aku tujukan kepada Hafi sebagai visualisasi dalam aku membaca novel. Tapi perasaan yang memang hati ku tujukan untuk sosok Hafi itu sendiri.
Jadi mulai sekarang aku tidak akan menyangkal jika aku memang menyukai Hafi. Aku suka Hafi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...