Untuk yang terakhir ini mungkin tidak ada lagi panggilan "aku" ataupun "gue". Karena apa? Karena masa untuk Hafi dan Nabila sudah berakhir, mereka tak lagi bisa menyampaikan sudut pandangnya untuk kisah mereka berdua. Bahkan setelah ini tak ada lagi kata mereka di antaranya.
Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Itulah jalannya kehidupan. Tak ada satu pun orang yang dapat menghindari sebuah perpisahan jika dia berani untuk kenal akan pertemuan. Tak terkecuali bagi Nabila dan Hafi. Di sini bukan hanya tentang perpisahan antara keduanya, tetapi ada sebuah perpisahan yang lebih bermakna. Yaitu berpisah dengan kawan kawan seperjuangan.
Ya.. perpisahan itu memang pahit, tak ada perpisahan yang terasa manis jika perpisahan itu memaksa sebuah pihak untuk menjauh dari pihak yang membawa kebahagiaan untuknya. Mungkin klise terdengar bahwa ini hanyalah perpisahan sementara, karena setelah ini kita semua tetap menjadi teman. Tetapi, semua omongan itu hanya terucap, tidak sama saat dirasakan.
Berbeda... pasti berbeda. Dimana saat kita dapat bersama setiap hari nya dengan saat dimana kita hanya dapat bertemu jika direncanakan atau karena ketidaksengajaan.
Masa masa SMA adalah masa yang paling ditunggu, karena itulah masa masa terindah remaja kita. Sering sekali terdengar kalimat itu terucap, tetapi entah kenapa bagi perempuan yang belum genap berusia 15 tahun itu berbeda rasanya. Berat sekali untuk meninggalkan masa masa SMP bagi Nabila. Mungkin dari sekian banyaknya alasan, Hafi termasuk dalam salah satu alasan itu.
Di hari ini, jika Nabila bisa melihat masa depan mungkin dia tidak akan menyia-nyiakan hari ini. Karena tanpa dia ketahui, hari ini adalah terakhir.
----
"Kok lu lama banget sih Bil datengnya?"
Nabila yang baru saja datang ke gedung tempat diadakannya acara perpisahan sekolahnya itu tak lagi merasa kaget dengan serobotan ucapan yang diucapkan oleh sahabatnya selama tiga tahun itu.
"Tadi gue nunggu tukang rias nya lama banget Put, jadinya lama deh." Jawab Nabila dengan santainya.
Tak lagi mendengar jawaban Putri, Nabila terlihat sedang meneliti satu per satu yang ada di gedung ini. Gedung yang saat ini dipenuhi oleh calon siswa siswi SMA itu dan dominan dengan pakaian kebaya serta jas berwarna hitam.
"Duduknya ngasal aja lah Bil, males gue kalau duduknya sesuai absen." Ucap Putri saat dirinya sudah berada di tengah tengah kursi yang disediakan untuk kelas mereka.
"Emang duduknya sesuai absen? Kata siapa dah?" Tanya Nabila dengan nada yang benar benar ingin Putri menjawabnya TIDAK
Tentu tidak tanpa alasan Nabila tidak ingin duduknya sesuai absen, karena jika hal itu terjadi maka ia harus duduk berdekatan dengan Hafi.
"Iya katanya sih gitu, soalnya di kursinya itu udah ditempelin nama nama kita gitu." Jawab Putri yang membuat Nabila seketika ingin pindah kursi ke kelas lain saja.
"Tapi daritadi banyak yang ngacak kok, jadi ngacak aja udah." Lanjutnya
Huftt.. legaa...
"Gak mau duduk deket Hafi lu yak?" tebak Putri yang sepertinya anak itu tau segalanya tentang yang dirasakan sahabatnya.
"Gak juga. Lagian kalau duduknya sesuai absen, samping gue cowok semua gak ada ceweknya. Mana sebelahnya Nanda lagi, gak mau ah." Jawab Nabila yang sebenarnya mengandung unsur kebohongan itu tapi tak sepenuhnya berbohong.
"HAHAHAHA gak boleh gitu lu, ntar kalau udah pisah, kangen.." ledek Putri
Nabila mendelik mendengar ledekan Putri itu "Lu kali tuh.."
"Ah udah ah ngapain sih malah ngomongin Nanda, duduk aja yuk. Tuh udah ada Aurel,Nita,sama Dinda." Ucap Putri sembari menunjuk tiga orang perempuan yang duduk secara berdampingan dalam satu barisan ke samping.
"Woy kemane aje lu?" Tanya Dinda dengan nada khasnya yang nyablak itu.
"Tuh si Nabila nyariin Nanda dulu." Jawab Putri yang ditambah dengan kekehan kecil
"Bohong jangan dengerin, cemburu tuh bilang Put." Balas Nabila
"Dih apaansih Bil, gue panggilin Hafi nih." Balas Putri lagi dengan balasan yang langsung membuat Nabila tidak bisa membalasnya lagi.
"Apaan sih mainnya Hafi-Hafian aja. Udah gak usah nyebut nyebut dia lagi, udah ada yang punya." Balas Nabila dengan sedikit kesal karena selalu saja Hafi yang menjadi kelemahannya jika sedang berdebat dengan teman temannya.
"HAHAHAHA." Tawa kompak terdengar dari empat perempuan itu.
"Move on kenapa Bil, udah berapa bulan tuh. Masa gak move on move on." Ucap Aurel
"Iya soon ya." Jawab Nabila singkat.
"Eh si Mela kemana dah?" Tanya Putri
"Itu lagi sama temen temennya, lagi foto foto kayaknya." Jawab Nita
Putri merespon dengan beroh ria saja.
"Eh yuk foto foto dulu yuk, belum mulai ini kan acaranya." Ajak Putri yang memang ratu nya jika ingin diajak foto.
"Yuk." Setuju semuanya.
Akhirnya Nabila dkk itu pun beranjak dari kursi mereka untuk berfoto foto di area gedung.
----
Waktu berjalan begitu cepat, acara yang sepertinya baru saja dimulai, sudah mau selesai. Acara ini berjalan dengan lancer dan penuh kebahagiaan, walaupun di antara kebahagiaan itu terselip sebuah kesedihan kesedihan.
"Bil lu beneran gak mau foto sama Hafi?"
Pertanyaan itu sudah terucap lebih dari tiga kali. Dan jawaban yang ditanyakan pun tetap tak berubah.
"Enggak ah Put."
"Ih kenapa Bil, entar nyesel loh." Hasut Putri
"Gak mau Put, malu gue," tolak Nabila untuk yang kesekian kalinya.
"Ih ngapain malu sih, foto sebagai teman sekelas doing sih gapapa, ceweknya juga gak bakalan marah," kekeh Putri yang memang ingin sekali melihat sahabatnya itu punya setitik kenangan dengan cowok yang dia suka, walaupun cowok itu jahat tapi Putri tau apa yang dirasakan Nabila hingga saat ini. Dia tahu bahwa sahabatnya itu bukanlah tipe orang yang gampang untuk ngelupain seseorang yang dia suka. Karena Nabila adalah tipikal cewek yang susah untuk menyukai orang lain dalam arti benar benar suka dan susah juga untuk melupakannya.
"Gak mau Put, lagian banyak temen temennya gitu, malu banget ah." Ucap Nabila
"Yaudah lah terserah lu, tapi jangan nyesel aja lu."
"Iya iya."
"Puas puasin lihat Hafi nya, siapa tau entar gak ketemu lagi." Ucapan Putri yang berhasil membuat Nabila lagi lagi merasa kesal dengan ucapan ceplos sahabatnya itu.
"Parah banget ngomongnya, masa gak ketemu lagi." Balas Nabila yang sepertinya tidak rela ini menjadi yang terakhir.
"Ya kan siapa tau, lagian biar lu juga cepet move on nya." Balas Putri
Melihat Hafi...
Itulah yang sedang dilakukan Nabila saat ini. Hafi terlihat berbeda hari ini, karena dia memakai setelan jas dan celana berwarna hitam. Melihatnya saja sudah membuat bibir Nabila terangkat membentuk sebuah senyuman.
Tanpa ia ketahui, hari itu, saat itu, benar – benar menjadi yang terakhir. Terakhir untuk semuanya.
------
Welcome to Author POV...
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...