39. Penjelasan Menyakitkan

525 40 1
                                    

Jangan lupa tekan tombol bintang nya dulu sebelum membaca.

Jangan lupa follow aku ya.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

----

Ting

Ting

Ting

Suara notifikasi itu bagaikan bunyi kaset rusak yang sangat menganggu pendengaran seorang cewek yang saat ini masih bergelut di atas kasurnya.

Nabila perlahan meraba-raba kasurnya dan setelah merasa mendapati ponselnya, ia mengambil ponsel yang bunyinya sangat menganggu itu.

Putri : Woy bangun lu
Putri : Bangun gece anjir
Putri : Eh inget, lu mau nemenin ke pasar kaget pagi ini

Astaghfirullah lupa!!! Batin Nabila.

Setelah melihat pesan dari Putri itu, Nabila bergegas beranjak dari kasurnya. Ia sempat melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul 08.47 WIB.

Biasanya Nabila tidak akan bangun sesiang ini meski liburan, paling siang pun jam delapan.

Itu semua tentu tak terlepas dari masalah tunggu menunggu kemarin. Nabila akhirnya pulang ke rumah setelah hampir lima jam menunggu Hafi. Dan sampai rumah pun, Nabila masih terus berusaha untuk menghubungi cowok itu namun nihil.

Sampai Nabila lupa waktu hingga malam ia terus mencari kabar tentang Hafi, tetapi teman temannya tidak ada yang tau keberadaan cowok itu. Nabila tentu tidak bisa tidur karena khawatir atas keadaan pacarnya itu.

----

“Untung dompetnya masih ada satu” Ucap Putri.

Kini Nabila dan Putri sedang berada di sebuah pasar kaget yang memang hanya ada di pagi hari. Putri sangat menginginkan dompet yang dijual di pasar kaget ini, ia melihat dompet itu beberapa waktu lalu saat pergi bersama Nabila juga tetapi karena ia tak membawa uang, ia tidak dapat membelinya.

Dan kini, Putri akhirnya dapat meraih dompet yang diinginkannya itu. Bukan hanya modelnya yang bagus tetapi harga nya yang begitu murah membuat Putri sangat menginginkannya. Maklum cewek.

“Iya, gue udah deg deg an aja lu bakal ngamuk gara gara gue kesiangan terus lu gak kedapetan dompetnya.” Lega Nabila.

“Makanya jadi orang jangan kebo kalau tidur.” Ucap Putri.

“Gue tuh semaleman nyari kabar tentang Hafi, bahkan sampai sekarang pun dia masih belum menghubungi gue.” Jelas Nabila.

“Serius lo?” Tanya Putri yang kaget karena Hafi berbuat demikian kepada sahabatnya.

Nabila mengangguk.

“Awas aja ya tuh orang kalau berani macem macem, gua bakar hidup hidup.” Ancam Putri.

“Gila serem banget ya sahabat gue ini.” Canda Nabila.

“Udah yuk cabut, makan, laper nih gue belum sarapan.” Ucap Putri sambil memegangi perutnya.

“Iya sama gue juga tadi belum sempet sarapan, mau makan dimana nih?” Tanya Nabila.

“Restoran depan aja lah yang deketan.” Jawab Putri.

“Okay, yuk.”

Kedua perempuan itu pun melangkah meninggalkan kawasan pasar kaget yang sudah tak ramai itu dan menuju ke salah satu restoran ayam cepat saji,  yang berada tak jauh dari letak pasar kaget.

----

Restoran cepat saji.

“Gue aja yang ngantri, lo cari tempat duduk sana.” Ucap Putri saat mereka sudah berada di dalam restoran tersebut.

“Oke, gue paket nasi ayam nya satu ya, minumnya air putih.” Ucap Nabila.

“Iya, yaudah gue ngantri ya.” Ucap Putri lalu berjalan menuju tempat antrian yang tak begitu panjang.

Nabila juga beranjak untuk mencari tempat duduk untuk dirinya dan Putri.

Walaupun masih terbilang pagi, tetapi restoran ini sudah dipenuhi banyak orang. Nabila mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat kosong, tetapi bukan tempat kosong yang ia temukan, malah sesosok cowok dan cewek yang sedang makan bersama dan terlihat tertawa bahagia satu sama lain.

“Itu Hafi kan?” gumam Nabila.

Nabila menajamkan pandangannya sekali lagi, dan tetap saja yang ada di hadapannya tidak berubah. Dia tetap Hafi,pacarnya. Tetapi dengan siapa dia? Pikirnya.

Nabila memilih menghampiri cowok yang semalaman tidak bisa membuatnya tidur itu.

“Hafi?” Ucap Nabila yang membuat Hafi langsung menoleh ke kanan.

“Nabila?” Hafi terlihat sangat terkejut mendapati pacarnya di sini. Ia bahkan sampai refleks berdiri.

“Kamu ngapain di sini, Bil?” Tanya Hafi yang tetap mencoba untuk tenang padahal dalam hati nya ia sangat takut, apalagi Nabila melihatnya sedang bersama Siska.

“Bukannya terbalik ya? Harusnya Nabila yang tanya, kenapa Hafi di sini dan dia siapa Fi?” Tanya Nabila bertubi tubi.

“Bil, ngapain bukannya cari tem—“ ucapan Putri yang baru saja menghampiri Nabila itu terpotong saat melihat Hafi yang sedang bersama perempuan lain. Tentu saja Putri langsung menatap sinis Siska, dan di balas tak kalah sinis dari Siska.

“Dia siapa, Fi?” Tanya Siska.

“LO YANG SIAPA?? DIA JELAS PACARNYA HAFI!!” Tentu saja jawaban dengan nada ngegas itu berasal dari Putri. Sahabat Nabila itu terlihat sangat kesal terhadap cewek yang masih anteng duduk di kursinya itu.

“Put, jangan kenceng kenceng. Diliatin sama orang orang kan gaenak.” Ucap pelan Nabila.

Nabila kembali beralih pada Hafi “Kenapa kamu diem aja Fi?”

“Kamu gak bisa jelasin ke aku kenapa kamu di sini dan siapa cewek itu?” Tanya Nabila dengan nada yang terdengar kecewa.

“Kamu inget, kemarin kamu ninggalin aku dan sama sekali gak nge hubungin aku?” Nabila mulai mengeluarkan kekesalannya.

“Maaf Bil, hp saya mati kemarin.” Jawab Hafi.

“Mati? Terus sekarang hp kamu masih mati? Sampe sampe kamu makan berduaan sama cewek lain tapi gak ngabarin aku?” Perlahan mata Nabila mulai berair, ia tak sanggup menerima kenyataan jika Hafi bermain main di belakangnya.

“Bil, maafin saya, tapi saya bisa jelasin semuanya ke kamu.” Ucap Hafi sambil pelan pelan meraih lengan Nabila tetapi langsung ditepis oleh si pemiliknya.

Nabila tak sanggup lagi menahan air matanya. Ia menangis dan langsung berlari begitu saja keluar dari restoran tanpa menghiraukan panggilan Hafi dan Putri.

Putri membanting sedikit nampan yang sedari tadi di tangannya. Ia melihat Hafi dan Siska dengan tatapan muak, lalu berlari menyusul Nabila.

“Kamu mau ke mana Fi?” Tanya Siska saat melihat Hafi mulai mengenakan jaketnya.

“Saya harus kejar Nabila, dia pasti salah paham sama semua ini. Kamu bisa kan pulang sendiri, ini ongkosnya.” Setelah mengeluarkan beberapa lembar uang, Hafi pun segera keluar dari restoran ini untuk mengejar Nabila.

-----

Hafi sampai lebih dulu di rumah pacarnya itu. Terlihat jika hari ini Mama dan Mbah nya Nabila sedang tidak berdagang karena jika iya, pasti sudah ramai depan rumah.

“Bil Bil.” Panggil Hafi sambil mencegah perempuan itu untuk masuk ke dalam rumah.

“Apa lagi sih Fi?” sergah Nabila.

“Saya mau jelasin semuanya Bil, kamu salah paham.” Ujar Hafi.

Nabila menyeka air matanya dengan punggung tangannya. “Minggir, Nabila mau masuk.”

“Bil, please jangan kayak gini. Saya sadar saya salah, please Bil dengerin dulu penjelasan saya.” Ucap Hafi yang masih kekeh menghalangi pintu masuk rumah Nabila itu.

“Apalagi yang mau kamu jelasin? Kamu tau, aku nungguin kamu kemarin seharian di mall, tapi kamu sama sekali gak ada kabar. Kamu gak bales pesan aku, gak angkat telepon aku, sampai malam aku terus cari kabar tentang kamu ke teman teman kamu, tapi gak ada yang tau. Aku khawatir banget Fi sama kamu, aku takut kamu kenapa kenapa. Tapi apa yang aku dapetin? Aku malah liat kamu sama cewek lain, makan bareng, ketawa bahagia. Seolah olah kamu lupa sama aku, kamu lupa udah ninggalin aku kemarin. Apa segitu gak pentingnya aku di mata kamu?”

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang