Hoaamm….
Nabila merentangkan kedua tangannya ke atas sembari pelan pelan membuka matanya yang terasa berat untuk dibuka itu.
“KAK BANGUN…” teriak Mama Nabila dari luar kamar.
“IYA MAA..” sahut Nabila yang ikut teriak juga.
Setelahnya perempuan itu pun mengibaskan selimut yang sudah tak tertata rapi di atas tubuhnya, lalu ia merapikan kasur kesayangannya itu.
Waktu menunjukkan pukul 04.30 WIB, dan saatnya untuk Nabila mandi. Dengan keadaan yang masih berusaha untuk mengumpulkan nyawa itu, Nabila mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi untuk menjalankan ritual rutinnya setiap pagi hari.
04.55 WIB
Sesudah keluar dari kamar mandi, Nabila pun menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim yaitu sholat Subuh. Baru setelahnya ia bersiap untuk berangkat sekolah tetapi tak lupa dengan sarapan terlebih dahulu.
-----
Butuh waktu 30 menit untuk sampai di sekolah yang letaknya tepat berada di pinggir jalan raya itu.Sekolah yang tergolong favorit karena hanya anak-anak yang memiliki nem tinggi yang dapat masuk ke dalam sekolah tersebut. Bahkan peringkat sekolah Nabila itu berada di nomor tiga sebagai SMK terbaik di DKI Jakarta.
“WOY BILLL..”
Teriakan itu membuat Nabila menoleh setelah baru saja turun dari ojek online yang mengantarnya.
“Pagi-pagi udah berisik aja lu Sal.” Ucap Nabila dengan pelan sembari memberikan uang kepada abang ojol nya.
“Makasih ya Neng.” Ucap abang ojol itu.
“Iya Bang, makasih Bang.” Ucap Nabila lalu menghampiri Salsa yang sudah berada di depan gerbang tetapi tidak jadi masuk karena melihat Nabila yang baru saja datang.
“Lama banget lu Bil, pdkt dulu lu ya sama ojolnya. Jadi.. udah move on nih dari si Hafi Hafi itu.” goda Salsa.
Nabila terdiam sejenak, mendengar nama Hafi membuat pikirannya terlempar kepada yang terjadi tadi malam. Bahkan pesan terakhir dari Hafi pun belum Nabila baca.
“Woy malah bengong!!”
“Jangan jangan Bil……bener ya??!!” kini Salsa mencoba menebak nebak pikiran sahabatnya itu sambil meneliti wajah Nabila.
Nabila menghentikan langkahnya, lalu menghadap ke arah sahabat absurdnya itu.Dia menatap Salsa sejenak yang membuat Salsa semakin bingung lalu baru Nabila menampar sangaaaat pelan pipi Salsa, bahkan itu tidak bisa disebut sebagai tamparan.
“Kalau masih ngigo mending tidur lagi aja deh sono lu. Pagi pagi ngomongnya udah ngaco banget, lu aja sana pdkt sama abang ojol.” Ujar Nabila lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kelasnya yang berada di lantai tiga.
Mendengar Nabila kesal seperti itu lantas membuat Salsa terkekeh lalu berlari kecil untuk menyamakan langkahnya dengan Nabila yang sudah meninggalkannya di depan.
--------
KRINGG
Bunyi bel itu menandakan bahwa waktunya untuk istirahat kedua.
“Jadi jangan lupa untuk ngerjain pr nya, pertemuan berikutnya Ibu periksa. Assalamualaikum.” Ujar sosok guru yang mengenakan hijab berwarna merah maroon itu lalu keluar dari kelas XI Akuntansi 2.
“Wa’alaikumussalam Bu.” Jawab serentak murid murid yang ada di dalam kelas tersebut.
“Yuk sholat.” Ajak Nabila kepada teman-temannya.
“Yuk..” jawab Novi.
Lalu Nabila, Novi, Ziya, Ira, Riska, Salsa, April, dan Aulia pun mengambil mukena mereka masing-masing yang memang sengaja disimpan di lemari kelas.
Sedangkan untuk Jani, dia adalah seorang non muslim. So… dia gak mungkin ikut ke masjid.
Karena kelas Nabila dkk berada di lantai tiga sedangkan masjid sekolah berada di lantai satu, jadi selama perjalanan itu ada saja yang mereka obrolkan hingga tidak terasa sampai di lantai satu.
“Bil Bil… Raffi tuhh Raffi.” Ucap Riska yang membuat Nabila langsung menoleh ke arah kanannya dan menemukan sosok cowok yang merupakan adik kelasnya tetapi yang membuat Nabila selalu tersenyum saat melihat Raffi adalah karena adik kelasnya itu memiliki wajah yang mirip dengan Hafi.
“Zina Bil zina.” Ucap Ziya saat mereka sudah sampai di depan masjid lalu membuka alas kaki masing-masing.
“Hehehe maap ya Allah, abis dia mirip sama Hafi sih.” Ucap Nabila yang sudah tak lagi memperhatikan cowok yang “katanya” mirip dengan Hafi itu.Tetapi itu hanya untuk wajah saja, karena untuk perilaku. Mereka adalah kedua insan yang bertolak belakang, karena Raffi merupakan sosok yang kalem dan cuek. Tidak seperti Hafi yang selalu ramai dimana pun.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Asyhadu alla illaaha illallaah
Asyhadu anna Muhammadar rasulullah
Hayya’alashshalaah
Hayya’alalfalaah
Qad qaamatish-shalaah, Qad qaamatish-shalaah
Allahu Akbar Allahu Akbar
Laa ilaaha illallah
Iqomah berkumandang membuat para jamaah sholat dzuhur di masjid tersebut bersiap-siap untuk menunaikan ibadah sholat.
-----
12.20 WIB
Masih ada waktu 25 menit sampai bel masuk akan berbunyi. Setelah sholat dan mampir ke kantin, Nabila dkk kembali ke dalam kelas lalu melanjutkan kegiatannya masing-masing di dalam kelas.Ada yang menikmati bekal makanannya, ada yang menikmati jajanan yang baru dibelinya, dan ada yang memilih untuk bermain ponselnya karena hanya ada tiga waktu untuk sempat bermain hp saat di sekolah yaitu saat baru datang,itu pun kalau memang belum bel masuk, lalu saat istirahat kedua Karena istirahat pertama hanya 15 menit dan itu digunakan untuk makan bekal dan yang terakhir saat pulang sekolah annti pukul 15.00 WIB.
Di antara tiga kegiatan tadi, Nabila termasuk yang memilih kegiatan terakhir yaitu bermain ponsel. Sejak pagi tadi setelah mengabari mama nya saat ia sudah sampai di sekolah, Nabila baru memegang hp lagi.
Ia pun membuka aplikasi LINE setelah beberapa notifikasi masuk saat data seluler ponselnya sudah menyala.
Hafi… ucap Nabila dalam hati.
Hafi : Ngopi ngapa, gak aus sekolah mulu.
Itulah pesan yang terlihat dikirim pada pukul 11.15 WIB.Nabila : Kalau haus mah minum Fi
Itulah jawaban dari Nabila, lalu ia tak berharap langsung dijawab oleh Hafi dengan cepat. Tetapi siapa sangka, pesan itu sudah ditandai dengan kata Read yang artinya Hafi sudah membaca pesan tersebut. Dan benar beberapa detik kemudian masuklah pesan dari cowok itu.
Hafi : Wkwkwk
Hafi : Bil minta nomor wa dongNabila mengeryitkan dahinya. Bingung.
Nabila : Buat apa? Kan udah ada LINE
Hafi : Gue lebih sering pake wa
Hafi : Soalnya wa cuma buat orang orang deket doanganOrang orang deket?
Nabila menimang-nimang apakah ia akan memberikan nomor wa nya atau tidak ke Hafi. Tetapi jika dipikir-pikir tidak ada alasannya untuk tidak memberikan nomornya kepada Hafi, lagipula siapa tau setelah ini ia dapat lebih mengetahui tentang Hafi saat ini.
Nabila : Iya boleh
Nabila : 0857456119026Hafi : Oke, save back ya
Nabila : Iya
Dan atas keputusannya untuk memberikan nomor wa nya itu, Nabila harus menanggung kejadian-kejadian tak terduga di masa yang akan datang. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...