32. Selamat Ulang Tahun

611 42 0
                                    

“Kamu batas pulang ke rumah jam berapa Bil?” Tanya Hafi dengan suara yang sedikit ia keraskan karena bisingnya kendaraan di jalan raya.

“Pokoknya maghrib Nabila udah harus di rumah. Emangnya kenapa?” jawab Nabila.

“Yaudah berarti kita masih punya waktu dua jam an ya sebelum kamu harus balik ke rumah.” Ucap Hafi.

“Hah? Emangnya kita mau kemana dulu Fi?” Tanya Nabila.

“Terserah kamu, ke kafe dekat rumah kamu aja biar nanti pulangnya gak kejauhan.” Jawab Hafi.

“Tapi kan kita udah makan Fi tadi.”

“Gak usah pesen yang berat berat lagi, emangnya kamu gak mau ngobrol-ngobrol dulu sama saya? Gak kangen?”

“Yaudah terserah Hafi aja.” Hanya itu yang dapat Nabila jawab karena sebenarnya Nabila juga masih ingin bersama Hafi.

-----

”Kamu mau pesen apa Bil?” Tanya Hafi sembari melihat lihat menu di kafe kecil yang memang jaraknya dekat dengan rumah Nabila.

Nabila sengaja memilih kafe ini karena setahunya, hanya di kafe ini yang menu nya adalah makanan makanan ringan tidak yang berat berat.

“Pisang bakar coklat keju nya ya Mba satu.” Jawab Nabila.

“Minumnya Mba?” Tanya pelayan itu

“Es the manis aja.” Jawab cewek itu.

“Kalau Mas nya pesen apa?” pelayan itu beralih bertanya kepada Hafi.

“Samain aja Mba.” Jawab Hafi.

“Oke baik jadi pesanannya pisang bakar coklat keju nya dua sama es teh manisnya dua ya.” Ucap pelayan itu yang diangguki oleh Nabila dan Hafi.

“Baik ditunggu ya.” Ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan meja Hafi dan Nabila.

“Kamu gimana sekolahnya Bil?” Tanya Hafi yang membuka obrolan di antara mereka.

“Baik kok, ya kan kemarin Nabila juga baru selesai PKL jadi sekarang sibuknya ngejar pelajaran yang ketinggalan selama PKL.” Jawab Nabila.

“Hafi sendiri di Jakarta sampai kapan?”

“Selamanya mungkin.” Jawab santai Hafi.

“Hah? Selamanya? Emangnya Hafi gak sekolah?” Tanya Nabila yang kaget mendengar jawaban dari Hafi.

“Saya milih untuk gak sekolah lagi, jadi saya bakal cari kerja aja di Jakarta.” Jawab Hafi yang lagi lagi sangat mengejutkan bagi Nabila.

“Tapi bukannya sayang Fi kamu gak ngelanjutin sekolah?”

“Ya gitu deh Bil, saya juga sekolah bolos mulu.”

Tak ada lagi percakapan di antara keduanya hingga pesanan es teh manis mereka pun datang.

“Mba, pisang bakarnya masih lama?” Tanya Hafi kepada pelayan yang mengantarkan pesanan es teh manisnya.

“Sebentar lagi kok Mas, sepertinya juga sudah matang.” Jawab pelayan itu dengan ramah.

“Oke deh Mba.”

“Iya baik Mas. Saya permisi dulu.”

Setelah pelayan itu meninggalkan meja mereka, Hafi beranjak dari kursinya.

“Saya ke toilet dulu ya Bil.”

Nabila yang sedang menyedot es teh manisnya itu hanya memberi anggukan sebagai jawaban.

5 Menit kemudian Hafi pun kembali dan duduk di kursinya. Tak lama setelah itu, pesanan pisang bakar mereka pun datang. Tetapi ada yang aneh dari pisang bakar itu.

“Ini Mba, Mas pesanan pisang bakar coklat kejunya.” Ucap pelayan itu sambil memindahkan kedua piring tersebut dari nampannya ke meja Hafi dan Nabila.

“Kok pisangnya ada lilin lilinnya gini Mba?” Tanya Nabila yang heran melihat kedua piring pisang bakar pesanan nya dan Hafi yang terlihat beda karena di atas pisang bakar itu ditancapkan beberapa lilin tetapi tidak ada apinya.

“Saya hanya mengantarkan pesanan Mba, ini pisang bakar spesial dari pacarnya Mba. Saya permisi dulu.” Jawab pelayan itu lalu pergi meninggalkan Nabila yang masih bingung.

“Pacar?” ucap Nabila seolah mengulang perkataan pelayan tadi.

“Salah tuh Mbanya, harusnya calon pacar bukan pacar.” Ucap Hafi tiba tiba yang membuat Nabila semakin bingung menatapnya.

“Ya Allah lemot nya gak hilang hilang juga dari dulu.” Lanjut Hafi yang gregetan melihat Nabila masih saja belum sadar.

Lalu cowok itu mengeluarkan korek dari saku jaketnya dan menyalakan api di semua lilin yang tertancap di atas pisang bakar itu.

“Hafi? Ini kerjaan kamu?” Dan akhirnya pikiran Nabila pun terbuka juga.

“IYA NABILAKU.” Jawab Hafi sedikit dengan penekanan.

“Selamat ulang tahun Nabilalo yang ke 16 tahun, semoga kamu panjang umur,sehat selalu,makin dewasa, makin nurut sama orang tua,dan semuanya yang terbaik untuk kamu.”

“Tiup lilinnya dong.”

Nabila masih saja terhipnotis dengan perlakuan Hafi ini, ia kira cowok itu lupa bahkan tidak tau akan tanggal ulang tahunnya, tapi ternyata…

Setelah berdoa dalam hati, Nabila pun meniup lilin yang lumayan banyak di atas pisang bakar itu.

“Hafi tau ulang tahun Nabila?” Tanya Nabila yang sepertinya masih belum percaya.

“Iya Bil, apasih yang saya gak tau tentang kamu.” Jawab Hafi.

Percayalah itu hanya gombalan semata, karena banyak hal dari Nabila yang memang Hafi tidak tau.

“Makasih ya Hafi.” Ucap Nabila.

“Iya sama sama, yaudah yuk makan.”

Keduanya menyantap pisang bakar itu sembari ngobrol satu sama lain, dan baru kali mereka mengobrol panjang face to face.

-----

Tepat sebelum adzan maghrib berkumandang, Hafi mengantarkan Nabila pulang ke rumahnya.

“Hafi langsung pulang aja.” Ucap Nabila yang tidak setuju karena Hafi berkata ingin bertemu dengan Mama nya dulu.

“Bil, saya harus tanggung jawab karena saya yang nganterin kamu pulang.” Ujar Hafi lalu dia menggandeng tangan Nabila untuk memasuki teras rumah cewek itu.

Tok tok tok

“Assalamualikum Ma Mbah, Iya pulang.”

Tak lama setelah itu, sosok wanita yang tengah mengenakan hijab langsung berwarna abu abu itu pun membuka pintu rumah.

“Wa’alaikumussalam.” Ucap Mama Nabila.

Nabila dan Hafi pun bergantian bersalaman dengan Mama Nabila itu.

Seolah mengerti akan tatapan mata bingung dari Mama nya, Nabila pun memperkenalkan Hafi.

“Ini Hafi Ma, teman SMP nya Nabila. Dia yang nganterin Nabila pulang dari tempat reunian.” Jelas Nabila.

“Saya Hafi tante.” Ucap Hafi memperkenalkan diri dan tak lupa dengan senyum nya.

“Saya Mama nya Nabila, makasih ya Hafi kamu udah nganterin Nabila.” Ujar Mama Nabila dengan ramah kepada Hafi.

Tentu hal ini sangat melegakan bagi Hafi, karena ia pikir Mama Nabila ini akan galak dan tak suka kepadanya.

“Iya Tante sama sama.”

“Kamu mau mampir dulu?” tawar Mama Nabila.

“Enggak usah Tante, saya langsung pamit aja.” Tolak Hafi dengan nada yang sangat sopan.

“Yasudah lain kali mampir ya.”

“Iya Tante, kalau gitu saya pamit dulu ya Tan, Bil. Assalamualaikum.” Pamit Hafi.

“Wa’alaikumussalam.”

Dan setelahnya motor Hafi pun pergi meninggalkan kawasan rumah Nabila. Nabila dan Mama nya pun juga masuk ke dalam rumah.

-----

To be continued....

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang