55. Seperti Mimpi

598 32 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

-----

“Iya Bil, saya tau kamu udah tau semuanya dari Milla. Dan semua yang Milla ucapin itu benar Bil, saya gak ada niat untuk balikan sama dia, saya lagi emosi pas itu, saya beneran sayang sama kamu, Bil,”

“Kamu pun bilang sama Milla kalau kamu bakal biarin saya yang mau berjuang lagi untuk kamu. Tapi apa Bil, kamu sama sekali gak ngasih kesempatan itu, kamu gak pernah balas chat saya, bahkan di read aja enggak. Kamu juga selalu ngehindarin saya, gimana saya mau berjuan kalau kamu aja memberikan kesempatan itu?”

“Gak gak, saya gak mau, Bil, perasaan ini baru aja muncul dan kamu suruh hilangin?”

“Saya tetap gak mau Bil dan stop merendah kayak gitu. Saya akan nunggu kamu,”

“Jangan paksa saya untuk hal itu Bil, kamu gak berhak melarang saya untuk berjuang dan menunggu kamu. Itu semua hak saya Bil,”

“Dan saya akan tunjukkin semuanya ke kamu,”

Nabila terus memikirkan perkataan demi perkataan yang Hafi ucapkan saat itu. Sudah seminggu berlalu sejak kejadian di acara reunian itu, tetapi tidak membuat Nabila dapat melupakannya.

“Lo mau sampai kapan kayak gini terus Bil?” tanya Salsa.

Saat ini Nabila sedang berkumpul dengan teman-teman SMK nya.

“Iya Bil, gue aja capek liatnya, lo daritadi bengong mulu,” tambah Ira.

Nabila tersadar dari lamunannya. Ia melihat ke arah para sahabatnya itu yang memandang nya dengan berbagai pandangan. Prihatin, bingung, dan bahkan gak tau harus bagaimana lagi menghadapi temannya itu.

“Gue gapapa kok,” ucap Nabila.

Please don’t be a naïf person Bil. You can’t lie with us, don’t try to do it,” ucap Salsa yang sudah tidak mengerti lagi dengan sikap Nabila ini.

“Gue cuma masih kepikiran aja sama ucapan Hafi waktu itu,” ucap Nabila lalu menyandarkan tubuhnya di sofa empuk milik keluarga Ira. Ya kini mereka sedang berkumpul di rumah Ira.

“Gue gak ngerti ya Bil, kenapa lo sama Hafi bisa serumit ini,” ucap Ira.

“Ya gimana ya Bil, lo sama dia udah sama sama sayang, udah sama sama saling memaafkan, terus kenapa harus ada masalah lagi kayak gini? Kalian terlalu membuat semuanya jadi ribet,” lanjutnya.

“Ini bukan tentang perasaan atau saling maaf-maafan Ra, gue cuma gak mau dia tersiksa sama perasaan itu,” ucap Nabila.

“Tapi ini semua udah jalan dari Allah Bil, saat ini Allah sedang membalas semua kesabaran lo selama ini yang menunggu Hafi membalas perasaan lo dengan tulus. Dan sekarang, saat semuanya udah terjadi, lo seakan akan sangat gak menginginkannya, lo kenapa sih?” balas Ira.

“Gue masih butuh waktu untuk terima dia lagi Ra, dan kalaupun gue terima dia lagi, gue yakin dia gak bisa untuk ldr , gue tau dia Ra, dia bukan cowok yang tahan untuk nunggu seseorang apalagi tanpa kepastian kayak gini,” balas Nabila.

“Tapi setidaknya di sisa sisa waktu kalian ini, lo bisa terima keadaan dan biarin aja dia berjuang lagi buat lo, minimal sampe lo pergi Bil. Lo mau kayak gini terus sampe lo pergi nanti?” tanya Ira.

“Terus gue harus gimana?” Nabila sudah terlihat bingung dan gak tau dengan jalan hubungannya bersama Hafi.

“Lo cuma harus membuat semuanya berjalan begitu saja, jangan halang-halangin dia untuk berjuang lagi, lo gak harus terus-terusan ngehindar dari dia. Kalau kayak gini, dia pasti ngerasa kalau perasaannya sama sekali gak dihargai oleh lo Bil, dan gue tau kalau itu bukan lo banget,” jawab Ira.

“Gue setuju sama Ira, Bil. Hafi udah ngakuin semuanya, dia udah mencoba untuk berubah, nunjukkin ke lo kalau dia beneran mau berjuang lagi. Dia mau berusaha untuk memperbaiki semuanya, dan lo jangan menghalangi itu. Kalau kayak gini malah gue jadi ragu kalau lo masih beneran sayang sama dia,” ucap Ziya.

“Gue beneran masih sayang banget sama dia Ya,” balas Nabila.

“Yaudah kalau lo emang masih sayang sama dia, lo biarin aja dia berjuang buat lo. Lo tuh cewek aneh Bil, sumpah, di saat ribuan cewek di luaran pengen diperjuangin sama cowok yang dia sayang, sedangkan lo… lo udah diperjuangin sama cowok yang lo sayang tapi lo malah bersikap kayak gini,” balas Ziya.

“Bil, gini ya, Hafi itu punya hak sendiri untuk memperjuangkan cewek yang dia sayang. Dan dia berhak menunggu lo kalau emang itu kemauan dia dan keinginannya dia sendiri, lo gak berhak menghalangi semuanya,” timpal Riska.

Huftt. Kalian bener, mungkin emang gue nya yang terlalu gimana-gimana,” ucap Nabila.

“Nah gitu dong Bil, yaudah sekarang lo bales tuh chat nya Hafi. Kasihan njir gak di respon gitu, so hurt Bil,” ucap Salsa dengan gaya sedikit melebih-lebihkan.

“Yeh dasar lebay lu,” balas Nabila sambil menimpuk sahabatnya itu dengan bantal sofa.

Anjir ditimpuk gue. Awas ya lu, Bil,” ucap Salsa dengan kesal.

Nabila hanya tertawa mendengar ucapan kesal Salsa. Cewek itu mengambil ponsel nya dan membuka roomchat nya bersama Hafi.

Hafi : Bil jalan yuk

Hafi : Chat saya masih gak mau di read Bil

Hafi : Bil, baikan yuk

Hafi : Jangan tidur malem malem ya

Hafi : Malam.

Hafi : Kamu hari ini pergi sama teman-teman kamu?

Hafi : Bil hati-hati ya

Hafi : Kamu gak mau saya jemput?

Hafi : Saya kangen sama kamu

Nabila terkekeh melihat pesan demi pesan yang dikirimkan oleh Hafi itu. Dia tak habis pikir dengan cowok itu, kenapa bisa seorang Hafi menjadi sebucin ini? Pikirnya.

Perempuan itu mulai mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan-pesan tersebut.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang