56. Pergi

579 36 0
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

-----

Hafi menjambak rambutnya dengan frustasi. Sudah satu minggu ini Nabila tiba-tiba menghilang, perempuan itu tidak membalas pesannya, mengangkat teleponnya, bahkan saat Hafi mendatangi rumahnya, tidak ada yang menyambutnya.

Hafi tidak mengerti mengapa Nabila bersikap seperti ini padahal sebelumnya, mereka baik-baik saja, dua minggu mereka habiskan untuk menata kembali hubungan yang kacau itu. Tetapi, tiba-tiba Nabila menghilang begitu saja, awalnya Hafi pikir Nabila sedang sibuk mengurus perpindahannya ke Padang, karena minggu depan adalah jadwal untuk perempuan itu memulai kehidupan barunya di sana.

Tetapi, dua hari, tiga hari, hingga seminggu ini, Nabila masih saja belum mengabari sama sekali. Hafi sudah mencoba bertanya pada Putri dan sahabat Nabila lainnya, namun mereka seperti kompak untuk tidak memberi tau Hafi apa apa. Bahkan Hafi pun mengirim pesan ke Mama Nabila, tetapi hasilnya juga nihil.

Arggghhhhh….

Hafi semakin bingung, ada apa sebenarnya dengan Nabila, kenapa dia menghilang seperti ini? Hafi mengingat-ingat pertemuan terakhir mereka satu minggu lalu.

FLASHBACK ON

“Makasih ya Fi, kamu lagi-lagi traktir aku makan es krim. Jadi enak gini kan hehehe,” ucap Nabila setelah turun dari motor Hafi.

Hafi terkekeh mendengar ucapan Nabila, ia mengangkat tangannya dan mengacak-acak rambut di puncak kepala perempuan itu.

“Ihh Hafi jadi berantakan dodol ihh,” kesal Nabila sambil merapikan kembali rambutnya itu.

“Ya abisnya kamu lucu, saya yang harusnya makasih sama kamu, karena kamu udah mau terima saya lagi kayak gini. Ya, walaupun bukan dengan kata balikan, tapi bisa berteman sama kamu lagi kayak gini aja saya udah seneng. Makasih ya Bil, kamu udah mau kasih saya kesempatan,” ujar panjang Hafi.

Nabila tersenyum “Iya sama-sama, semua orang kan berhak mendapat kesempatan kedua, lagipula kamu juga udah berusaha jadi lebih baik, masa aku nya gak ngehargain.”

“Hmmm tapi Bil, saya boleh tanya sesuatu ke kamu?” tanya Hafi ragu-ragu.

Nabila mengangguk “Tanya apa emangnya?”

Hafi tampak berpikir untuk mengucapkan pertanyaannya, lalu setelah beberapa detik diam, cowok itu mengatakan pertanyaan yang mampu membuat Nabila terkejut mendengarnya. “Selama dua minggu ini saya udah berjuang untuk menjadi teman kamu lagi, dan Alhamdulillah kita bisa berteman lagi. Salah gak Bil, kalau setelah ini saya mau berjuang untuk bisa milikin kamu lagi?”

Nabila diam, tak menjawab, dan tak merespon apapun. Otaknya masih mencerna pertanyaan yang baru saja diutarakan oleh cowok yang sampai sekarang masih sangat ia sayangi itu.

“Hmm maaf kayaknya pertanyaan saya buat kamu gak nyaman ya? Harusnya saya gak secepat ini tanya kayak gitu, maaf Bil, udah kamu gak usah mikirin hal itu,” ucap Hafi ketika melihat raut wajah Nabila seketika berubah.

“Aku belum kepikiran untuk pacaran lagi Fi. Aku masih mau fokus untuk kuliah aku, lagipula kita kan bisa tetap jalan bareng, main bareng, dan lainnya tanpa harus pacaran,” jawab Nabila yang akhirnya mengeluarkan suara.

Kayaknya emang sesulit itu ya Bil, kamu terima saya lagi? Batin Hafi.

Memang hati dan mulut itu kadang susah selaras, walaupun batinnya berkata demikian, Hafi tetap tersenyum kepada Nabila seolah ia pun tak masalah dengan ucapan Nabila tersebut.

“Iya saya ngerti kok. Oh iya kamu gak mau belanja apa gitu, untuk persiapan kamu ke Padang?” Hafi mengalihkan topik pembicaraan mereka.

“Hmmm iya juga ya. Sebenarnya aku tuh kemarin kemarin sering kepikiran barang-barang yang mau aku beli, tapi aku lupa mulu,” jawab Nabila.

“Kamu udah prepare emangnya?” tanya Hafi lagi yang kali ini dijawab gelengan kepala oleh Nabila.

“Kenapa belum, kan kamu bukannya berangkat dua minggu lagi?” Nabila mengangguk “Tapi aku belum sempet banget untuk prepare, kan kamu tau dua minggu ini aku keluar terus, kalau gak sama kamu ya sama sahabat-sahabat aku. Aku mau fokusin buat ngabisin waktu aku dulu sama kalian.”

“Terus kamu mau beli barang-barang keperluannya kapan? Nanti biar saya temenin,” tawar Hafi.

“Aku belum tau Fi, kayaknya aku bakal prepare dulu barang-barang yang ada, nanti kalau ada yang kurang-kurang atau ada yang perlu aku beli, aku baru beli,” jawabnya.

“Ohh gitu, yaudah nanti kamu kabarin aja ya,” balas Hafi.

Nabila tak menjawabnya, tak mengangguk atau menggeleng juga.
Keduanya terdiam dengan posisi Hafi masih duduk di atas motornya dan Nabila sibuk memainkan tali sling bag nya.

”Saya balik deh, kamu masuk sana,” ucap Hafi.

Nabila mengangkat kepalanya menatap cowok di hadapannya itu dan mengangguk pelan.

“Kamu kenapa Bil? Kok kayak jadi lemes gitu?” tanya Hafi yang melihat perubahan pada sikap perempuan itu.

“Gapapa kok, yaudah aku masuk ya, kamu hati-hati di jalan, nanti kalau udah di tempat tongkrongan, kabarin aku,” jawab Nabila yang mencoba terlihat baik baik saja, padahal ada satu hal yang mengganggu pikirannya sekarang.

Hafi mengangguk, mencoba untuk percaya, padahal dalam hatinya ia tau kalau perempuan itu sedang memikirkan sesuatu.

“Kamu masuk duluan sana, nanti kalau udah masuk, baru saya pergi,” ucap cowok itu.

Nabila mengangguk lalu membalikkan badan dan berjalan menuju ke dalam rumahnya. Tanpa mengucapkan apapun pada Hafi, perempuan itu langsung menutup pintu.

Hafi semakin merasa aneh dan bingung, apa yang terjadi dengan Nabila. Apa Hafi mengucapkan sesuatu yang menyakiti hati perempuan itu? Hafi menepis segala pemikiran itu dan mencoba berpikir positif.

Lalu cowok itu menyalakan mesin motornya dan beranjak pergi dari rumah Nabila.

-----

Sesampainya di tempat tongkrongan, Hafi langsung membuka ponselnya untuk mengabari Nabila.

Hafi : Bil saya udah sampe

Hafi : Kamu jangan tidur malem-malem

Hafi : Malam.

Karena tak melihat ada tanda-tanda perempuan itu akan membalas pesannya, Hafi pun menutup aplikasi chat itu dan menaruh kembali ponselnya. Cowok itu bergabung pada teman-temannya.

Satu jam kemudian.

Di rumah, Hafi kembali membuka ponselnya yang tidak ia buka sama sekali saat bermain di tongkrongan tadi. Tetapi cowok itu bingung karena tidak ada satu pun balasan dari Nabila.

Hafi membuka roomchat mereka, dan tertera bahwa pesannya sudah di baca oleh perempua itu tanpa balasan pesan satu pun darinya. Lalu tanda pemberitahuan 'Terakhir Dilihat' dari perempuan itu juga hilang. Tidak biasanya perempuan itu tidak memakai pemberitahuan 'Terakhir Dilihat'.

Tapi Hafi tetap mencoba berpikir positif, mungkin saja Nabila terlalu ngantuk dan ketiduran sehingga tidak sempat membalas pesannya. Untuk pemberitahuan 'Terakhir Dilihat' akan ia tanyakan besok saja.

FLASHBACK OFF.

Dan mulai dari situlah, Nabila tidak lagi membalas pesan-pesan dari Hafi, menjawab teleponnya pun tidak.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang