61. Akhir Cerita Kita (ENDING)

901 57 18
                                    

Jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

------

Satu setengah tahun kemudian.

Waktu semakin cepat berlalu, bumi berputar seolah tak kenal lelah, hingga manusia tak menyadari semesta yang terus berganti hari, minggu, bulan, tahun, hingga berganti musim.

Hari yang ditunggu-tunggu yang sepertinya baru saja kemarin direncanakan, dinanti kehadirannya, dan kini sudah di depan mata.
Hidup dijalani dengan sebuah tujuan, dari awal untuk bertemu akhir. Dan tentu saja, akhir yang bahagia menjadi target dari semuanya.

Walaupun tak ada satu pun yang dapat menjamin, bahwa kita akan mendapat akhir yang bahagi.
Tetapi, apa salahnya jika kita berharap lalu berusaha untuk menggapai akhir yang bahagia itu?

Harapan itu, usaha itu, kedua hal itu lah yang tertanam dalam diri seorang Hafi saat ini. Rencana yang telah ia persiapkan, akhirnya siap untuk ia realisasikan.

Akhir bahagia yang telah ia tanam, kini sudah saatnya ia petik. Doakan saja, semoga saat ia memetik, semuanya berjalan dengan lancar. Semoga semesta mendukung nya untuk berhasil memetik akhir bahagia nya itu.

“Gimana udah siap semuanya?” tanya Hafi layaknya mandor untuk teman-temannya.

Hari ini, tepat di hari kelulusan Nabila yang telah menyelesaikan pendidikan S2 nya. Hafi bersama teman-temannya, yang juga termasuk para sahabat dari Nabila, kini semua bersiap untuk menjalankan rencana Hafi.

Masing-masing telah membawa satu buah properti yang menjadi bagiannya. Alur pun sudah disusun sedemikian rupa, mencegah adanya satu pun kegagalan yang terjadi.
Semua mengangguk pertanda bahwa mereka sudah siap.

“Oke bagus kalau gitu, jadi sekarang kita langsung berangkat ke tempat acaranya. Dan ingat, setelah gue kasih aba-aba kalian langsung bergerak. Gue akan lihat kondisi nya dulu dan di waktu yang tepat, gue akan langsung kasih aba-aba ke kalian, paham?” Hafi menjelaskan awal dari alur yang akan mereka jalankan.

Penjelasan Hafi dijawab anggukan paham dari semuanya.

Lalu semuanya bergegas untuk meninggalkan penginapan mereka, dan menuju ke tempat acara kelulusan Nabila.

Semoga semuanya berjalan lancar. Harap Hafi.

Jika ditanya apa yang sedang cowok itu rasakan, kalian dapat menebaknya sendiri. Bagaimana rasanya kalian akan bertemu dengan seseorang yang spesial setelah hampir lima tahun tidak bertatap wajah sama sekali? Itulah yang Hafi rasakan saat ini.

-----

Di waktu yang sama, riuh suasana menyelimuti acara kelulusan Nabila. Hari ini ia berhasil untuk menyandang gelar Magister Manajemen. Semua para wisudawan berfoto ria di luar gedung kampus, merayakan hari bahagia mereka. Tak terkecuali Nabila.

“Selamat ya Kak, Mama selalu bangga sama kamu,” ujar Mama Nabila sembari memeluk puterinya itu.

Untuk kedua kalinya, pelukan itu terjadi di saat Nabila tengah mengenakan pakaian wisudawan.

“Makasih ya Ma, doain Iya semoga setelah ini bisa terus banggain Mama, dan menjadi orang yang sukses biar bisa bahagiain Mama, Mbah, dan semuanya,” ujar Nabila dalam pelukannya.

Mama Nabila tersenyum dengan penuh rasa haru, “Aamiin, Mama akan terus doain yang terbaik untuk kamu.”

Pelukan di antara keduanya terlepas, bergantian kini Nabila memeluk Mbahnya.

Tidak jauh berbeda dengan Mama nya yang sudah bergelimang air mata, Mbah nya pun tak dapat menahan air mata bahagia nya.

“Mbah gak kebayang kalau kamu bakal sampai di titik ini, tapi kamu membuktikannya, selamat ya Kak, Mbah sangat bangga sama kamu,” ujar Mbah Nabila.

“Makasih Mbah, Iya sayang banget sama Mbah, sama Mama,” ujar Nabila.

“Mbah juga sayang banget sama kamu, semoga kamu bisa menjadi orang sukses ya Kak,” harapan Mbah Nabila.

“Aamiin, doain ya Mbah,”

“Iya pasti Mbah doain,”

Setelah dirasa cukup, keduanya melerai pelukan di antara mereka.

“Mama sama Mbah ke toilet dulu ya Kak, sekalian mau cari cemilan buat kamu,” ucap Mama Nabila.

“Iya Ma, jangan nyasar ya,” ucap Nabila.

“Emang Mama anak kecil apa,” balas Mama Nabila.

Nabila terkekeh mendengarnya, lalu Mama dan Mbah nya pergi meninggalkannya sendirian di tengah-tengah puluhan bahkan ratusan orang di sekelilingnya.

Ramai, tapi terasa sepi. Nabila memperhatikan setiap orang di sekelilingnya. Ada yang berfoto dengan keluarga, para sahabat, dan ya.. mungkin pasangan masing-masing.

Nabila rindu, sangat rindu, dengan sahabat-sahabatnya, dengan adik-adiknya yang tak bisa ikut datang ke acara kelulusannya, dan terakhir ia rindu dengan Hafi. Dirinya bahkan tak sabar untuk kembali ke Jakarta setelah ini.

“Nabila,”

Panggil seseorang, Nabila menoleh dan terlihat sosok cowok dengan pakaian casual nya itu berjalan ke arah nya dengan membawa sebuah bucket bunga berukuran besar. Jika diingat-ingat, ini menjadi bucket yang keempat yang Nabila dapatkan selama hidupnya.

“Angga? Lo datang ke sini?” ucap Nabila.

Angga memang satu angkatan dengannya, namun cowok itu menjalankan pendidikan S2 nya selama dua tahun, jadi masih tersisa waktu setengah tahun lagi untuk nya menyelesaikan pendidikan nya itu.

“Iya, gue datang buat lo. Ini buat lo, selamat ya Ibu Magister Manajemen,” ujar Angga dengan nada jenakanya.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang