45. Olimpiade

437 36 0
                                    

Sebelum membaca, jangan lupa untuk tekan tombol bintang nya dulu.

Jangan lupa follow aku.

Don't be a silent reader.

Selamat Membaca.

-----

Hampir dua tahun sudah berlalu, dan kini masa lalu itu kembali. Masa lalu yang indah namun berujung pada kejadian yang tak diinginkan.

Lalu saat ini, dipaksa ditarik kembali ke masa unforgettable itu. Bagaimana Hafi menyikapinya? Bertemu dengan seseorang yang pernah berbuat kesalahan padanya di masa lalu, namun juga pernah mengisi hati nya dan mewarnai hari-harinya dulu.

“Kok malah bengong Fi, disapa tuh sama Milla.”

Ucapan dari salah seorang teman Hafi, membuat cowok itu kembali tersadar dengan yang ada di hadapannya kali ini.

“Oh, iya Mil, hai juga.” Balas Hafi.

Milla tersenyum manis mendengar balasan sapa dari Hafi itu. “Apa kabar Fi, udah lama gak ketemu.”

“Baik, kamu sendiri gimana?”

“Kamu?”

“Gausah geer, emang gitu kalau ke cewek, sekarang.”

“Oh gitu, gue baik juga.”

Hafi hanya memangut-mangut kan kepala. “Yaudah saya duluan deh.”

Lalu cowok itu berjalan meninggalkan Milla dan teman temannya.

“Kok tuh cewek bisa ada di sini?” Tanya Hafi kepada teman temannya sembari mengambil sepuntung rokok dan menyalakannya dengan percikan api dari sebuah korek.

“Milla?”

Hafi mengangguk.

“Cuma lagi pengen main aja di sini.” Jawab salah satu teman Hafi.

“Ohh gitu.”

Dan pembicaraan tentang Milla pun berhenti sampai di situ. Tak ada lagi yang membahasnya. Sedangkan di ujung sana, terlihat Milla yang sedari tadi tak berhenti menatap sang mantan, siapa lagi kalau bukan Hafi.

Ia jadi teringat kesalahan yang telah dilakukannya, sehingga hubungan di antara mereka akhirnya kandas di tengah jalan.

“Mil, gue liat liat dari tadi, kayaknya lo liatin si Hafi mulu deh. Masih demen?” Tebak salah satu teman Milla.

“Hah? Enggak tau deh, kayak kangen aja gue baru ketemu lagi sama dia soalnya.” Jawab Milla.

Temannya itu hanya ber oh ria. “Tapi si Hafi udah ada pawang nya Mil.”

“Pawang? Udah ada ceweknya?”

“Iya, setau gue sih udah lumayan lama sama cewek yang sekarang.”

“Lo kenal sama ceweknya?”

“Enggak, tapi waktu itu pernah sekali dibawa ke sini sama Hafi, cuma bentar doang tapi.”

“Cantik ceweknya?”

“Ya lumayan lah.”

“Jadi penasaran gue sama ceweknya.”

“Udahlah Mil, ngapain juga ngurusin hidup orang.”

“Tapi kan gak ada yang bisa jamin, gue gak akan balikan sama Hafi.”

“Jadi lo berharap, kalau lo bisa balikan sama Hafi?”

“Enggak tau deh, liat aja nanti.”

Liat aja nanti. Kalimat yang sangat terdengar ambigu, tak tau bagaimana arti dan makna sebenarnya.

Milla. Cewek itu kembali muncul. Muncul dengan segala tanda tanya dengan apa yang akan dia lakukan ke depannya.

-----

“Jadi gimana nih, pada mau gak kita ke puncak, hari Minggu besok?”

Teman-teman Hafi secara mendadak membuat sebuah rencana yaitu jalan-jalan bersama ke Puncak. Mereka berencana untuk pergi hari lusa esok.

“Gue gak bisa ikut kayaknya.” Hafi mengangkat suara.

“Kenapa Fi?” Tanya salah satau teman Hafi.

“Pacar gue lomba, dan gue mau nonton dia besok lusa.” Jawab Hafi.

“Ya emangnya lo harus banget nonton?”

Hafi mengangguk tanpa ragu.

“Kayaknya tanpa lo juga, lombanya bakal tetep jalan deh Fi.”

“Iya, Fi. Ayolah, mumpung lagi rame nih.”

“Pacar lo juga pasti ngerti, Fi.”

Hasutan demi hasutan pun terdengar. Hal itu membuat Hafi menjadi berpikir ulang. Apakah ia harus ikut dengan temannya atau tetap menonton Nabila lomba nanti.

“Pacar lo juga pasti banyak teman-temannya yang dukung, Fi. Gak masalah kali kalau gak ada lo.”

Hafi semakin bingung, hingga ia menjawab “Yaudah, gue ikut kalian.”

Riuh sorakan pun ramai terdengar. Hafi sebenarnya masih ragu untuk mengambil keputusan itu, tetapi ia sebisa mungkin meyakinkan diri.

Gapapa, Nabila juga gak bakalan marah. Batin Hafi.

-----

Hari H.

Jarum jam saat ini telah menunjukkan pukul 05.35 WIB, hari Minggu yang seharusnya menjadi waktu berlibur, tapi tidak untuk Nabila kali ini. Karena hari ini adalah hari yang paling ditunggu yaitu hari dimana ia akan menghadapi olimpiade untuk mewakili sekolahnya.

Nabila sudah rapi dengan penampilannya yaitu dengan mengenakan seragam jurusan akuntansi sekolahnya yang berwarna hitam,merah.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang