Jangan lupa untuk pencet bintang nya dulu ya sebelum membaca.
Dan jangan lupa untuk follow aku.
Selamat membaca.
------
Hari ini tepat sudah satu bulan Hafi kembali ke Jakarta dan sudah sebulan juga hubungannya dengan Nabila bertambah dekat.
“Lo yakin mau nembak Bila?” Tanya Dhani.
Saat ini Hafi sedang bersama Dhani dan teman teman SMP lainnya. Hafi sedang memberi tau tentang rencana yang ingin menembak Nabila hari ini.
“Iya gue yakin, gue udah sadar sama perasaan gue ke Nabila sekarang dan gue gak mau ngulangin kesalahan yang sama kayak dulu. Kali ini gue mau perjuangin dia, gak peduli siapa pun yang gak suka sama hubungan kita.” Jawab Hafi tanpa ragu.
“Baguslah kalau gitu, tapi awas lo sampai nyakitin Nabila, gini gini Nabila itu teman kita semua juga, iya kan?” ujar Dhani.
“Yoaiii.” Sahut teman temannya yang lain mendukung ucapan Dhani.
“Iya iya, siapa juga yang mau nyakitin cewek yang di suka.” Balas Hafi.
“Ciee iye dah yang sedang berbunga bunga hatinya.” ledek salah satu teman Hafi, Farhan.
“PJ nya ya Fi jangan lupa.” Sahut yang lainnya.
“Belom juga diterima udah minta macem macem aja lo pada. Doain aja dulu.” Ucap Hafi.
Teman temannya itu pun lantas tertawa “Pasti diterima udah.” Ujar salah satu mereka.
“Aamiin.”
Lima bulan sepertinya sudah cukup untuk Hafi memantapkan hatinya.Dan kini sudah saatnya dia mengungkapkan isi hatinya kepada Nabila.
-----
Kini Hafi sudah stand by di depan halte sekolah Nabila. Telah menjadi rutinitasnya selama sebulan ini untuk menjemput Nabila.Sudah 10 menit ia menunggu kedatangan Nabila, tetapi belum ada tanda tanda kedatangan cewek itu dari gerbang sekolah.
“Nabila mana ya?” Tanya pelan Hafi seolah sedang bermonolog.
15 menit berlalu dan terlihat perempuan dengan tas cokelat di pundaknya itu sedang berjalan ke arahnya.
“Maaf ya Hafi lama, soalnya tadi Nabila balikin buku ke perpustakaan dulu.” Ucap Nabila setelah berdiri di hadapan Hafi.
“Iya gapapa santai aja. Yuk naik.” Nabila mengangguk dan naik ke atas motor Hafi.
Dan motor itu pun beranjak dari tempat semula untuk membelah jalan menuju ke rumah Nabila.
Tak ada percakapan antara Hafi dan Nabila selama perjalanan, keduanya terdiam dengan pikiran mereka masing masing.Nabila yang masih merasa lelah akibat kegiatannya tadi di sekolah dan Hafi yang tak sepenuhnya fokus terhadap jalanan di hadapannya, melainkan ia memikirkan tentang rencananya menembak Nabila nanti.
“Kamu keliatannya capek banget Bil?” Tanya Hafi yang merasa ganjal karena Nabila tak biasanya diam selama perjalanan.
Nabila merupakan tipe orang yang bawel ketika dia bersama orang orang terdekatnya, termasuk Hafi.
“Iya Fi, kepala Nabila juga agak pusing.” Jawab Nabila dengan lesu.
Hafi yang mendengar hal itu pun lantas cemas dengan keadaan Nabila. Ia memilih untuk memelankan laju motornya.
“Kamu belum makan ya?” tebak Hafi.
“Iya.” Jawab Nabila yang membenarkan tebakan Hafi.
“Tuh kan kamu tuh ya Bil susah deh dibilangin. Yaudah kita mampir makan dulu aja ya?” tawar Hafi sambil sedikit menoleh ke belakang untuk melihat wajah Nabila.
Nabila menggeleng pelan “Makan di rumah aja Fi, Mbah pasti udah masak, gak enak kalau udah kenyang duluan terus nanti di rumah gak makan.”
“Yaudah kalau gitu.” Hafi menarik tangan Nabila yang semula berada di pinggangnya untuk melingkari perutnya.
Sontak hal itu membuat Nabila terkejut dan saat ingin menarik kembali tangannya, Hafi pun menahannya.
“Gini aja, gapapa saya takut kamu jatuh. Kepala kamu juga letakin di pundak saya aja biar gak tambah pusing.” Ujar Hafi.
Nabila tampak ragu untuk melakukan seperti yang diucapkan Hafi, tetapi jujur kepalanya sangat pening saat ini.Dan akhirnya ia pun melakukan hal itu. Meletakkan kepalanya di pundak kanan Hafi. Nyaman sekali rasanya.
25 menit perjalanan berlalu, sebenarnya biasanya Hafi hanya membutuhkan waktu 15-20 menit, tetapi karena dia membawa motornya dengan pelan pelan, akhirnya ia membutuhkan waktu 25 menit untuk sampai ke rumah Nabila.
“Kamu langsung makan dan istirahat ya Bil.” Ucap Hafi sembari mengelus kepala Nabila.
“Iya, Hafi hati hati ya.” Ucap Nabila yang diangguki oleh Hafi.
Sudah mengatakan hal itu tak membuat keduanya beranjak satu sama lain. Keduanya tetap berada pada posisi dimana Hafi masih duduk di atas motornya dengan tangan yang masih mengelus pelan kepala Nabila dan Nabila yang tetap berdiam diri di hadapan Hafi.Mereka berdua seperti tidak rela untuk memutuskan pandangan antara keduanya.
“Kalau saya minta kamu jadi pacar saya gimana Bil?”
Pertanyaan Hafi itu membuat Nabila seketika terkejut dan menatap Hafi dengan bingung.
“Maaf harusnya saya gak nyatain itu di saat kondisi kamu lagi kayak gini. Tapi saya gak mau menunda ini lagi Bil, saya… saya suka sama kamu Bil, saya sayang sama kamu dan saya mau kita gak temenan lagi, melainkan pacaran.” Ujar Hafi.
Setelah mendengar ucapan Hafi itu, Nabila yang semula lesu pun langsung mengabaikan rasa lelahnya yang seketika juga menghilang.
“Kamu serius Fi?” Tanya Nabila.
Hafi mengangguk tanpa ragu “Dua rius kalau bisa.”
“Jadi gimana jawaban kamu? Saya ulang deh.”
“Nabila.. jadi pacar saya, mau?”
Nabila mengerjapkan matanya beberapa kali. Dia benar benar tak menyangka jika Hafi akan menembaknya. Ia menatap serius cowok di hadapannya yang sedang menanti jawabannya itu.
“Hmm kalau Nabila jawabnya nanti gapapa kan?” bukan jawaban yang keluar dari mulut Nabila.
Bahu Hafi seketika melemas “Kamu gak mau ya?”
“Bukan bukan, Nabila bukan gak mau tapi Nabila butuh waktu buat jawab. Gapapa kan?” ucap Nabila.
“Iya gapapa, saya tunggu jawabannya sampai besok ya.” Ucap Hafi.
“Tapi Fi, besok Nabila mau pergi sama teman temannya Nabila. Gimana kalau hari Senin, pas Hafi jemput Nabila gimana?”
Hafi mengangguk dan tersenyum “Iya saya tunggu ya jawaban kamu. Saya balik dulu, salam untuk mama kamu.”
“Iya, sekali lagi maafin Nabila ya Fi.”
“Gapapa, kamu kan gak nolak saya, ini hanya penerimaan yang tertunda. Ya kan?”
Nabila terkekeh kecil “Kepo kamu.”
“Yaudah masuk gih, makan terus istirahat.”
“Iya kamu hati-hati ya.”
Jika Nabila mengikuti hati Nabila, Nabila gak akan ragu untuk menerima Hafi tetapi Nabila gak mau salah ambil keputusan untuk menerima Hafi. Tunggu jawaban Nabila ya, Fi. Nabila sayang Hafi. Batin Nabila.-----
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...