Jangan lupa sebelum membaca, tekan bintang nya dulu.
Jangan lupa follow aku.
Don't be a silent reader.
Selamat Membaca.
-----
Nabila terus saja menghindar dari kejaran Hafi, ia berlari sekuat tenaganya. Padahal ia sudah cukup lemas akibat kabar buruk yang baru saja menimpanya.
“Bil, berhenti dulu, dengerin penjelasan saya dulu.” Hafi berhasil meraih lengan Nabila dan menariknya hingga membuat Nabila berbalik badan menghadap Hafi.
Nabila mencoba melepaskan tangannya itu, tapi tak cukup kuat dibandingkan dengan tenaga Hafi.
“Lepasin aku Fi, aku mau pulang.” Ucap Nabila yang sudah tak seemosi tadi, tetapi air matanya tak bisa berbohong perihal betapa sedih dan kecewanya cewek itu.
“Saya gak akan biarin kamu pulang sendirian dengan keadaan kayak gini Bil. Tolong dengerin dulu penjelasan saya.” Ucap Hafi dengan semakin mengeratkan genggamannya.
“Tapi gak ada yang perlu dijelasin lagi Fi, Nabila mohon lepasin Nabila. Biarin Nabila pergi, dan Hafi bisa bahagia sama Siska.” Ucap Nabila.
“Enggak Bil, saya gak akan lepasin kamu, kamu harus percaya sama saya Bil, itu bukan perbuatan saya.” Ucap Hafi perlahan untuk menjelaskannya kepada Nabila.
Nabila masih terus kekeh untuk lepas dari Hafi “Lepasin Nabila, Fi.”
“Engga Bil.” Balas Hafi.
“Kalau kamu gak mau lepasin aku, aku akan janji sama diri aku sendiri kalau aku akan membenci kamu seumur hidup aku.” Tegas Nabila.
Hafi seketika langsung mengendurkan pegangannya dan itu membuat lengan Nabila terbebas begitu saja.
“Jangan pernah temuin aku lagi, kalau engga, aku akan benar benar membenci kamu selamanya.” Ucap Nabila lalu pergi berlari dari hadapan Hafi.
Hafi tak lagi mengejar perempuan itu, ia sadar jika Nabila saat ini sedang sangat emosi hingga cewek itu tidak dapat berpikir dengan jernih.
Saya sayang kamu Bil, sungguh . Batin Hafi yang masih terus melihat Nabila hingga cewek itu menghilang dari pandangannya.
----
Satu Minggu kemudian.
“Kak, kamu baik baik aja?” Tanya Mama Nabila saat melihat anaknya yang terlihat pucat itu.
“Gapapa kok Ma, Iya baik baik aja.” Bohong Nabila.
Terhitung sudah seminggu ini Nabila menjalani hidupnya tanpa semangat. Beruntung, jika saat ini adalah liburan sekolah, karena jika tidak, mungkin saja sekolah Nabila akan berantakan dengan keadaannya yang seperti ini.
Fisik Nabila mungkin terlihat baik baik saja, tetapi tidak dengan hatinya. Ia masih belum dapat mengobati rasa sakitnya itu, walaupun sudah seminggu berlalu semenjak kejadian menyakitkan itu.Dan sudah seminggu ini juga, ia tidak bertemu dengan Hafi, walaupun cowok itu tak pernah absen mendatangi rumahnya.
Setiap kali Hafi mendatangi rumahnya, ia selalu menghindar dan alhasil seminggu ini Hafi hanya dapat bertemu dengan Mama nya, Mbah nya, ataupun kadang bermain bersama dengan adik adiknya.
Hafi juga sudah menceritakan semuanya kepada Mama dan Mbah nya Nabila. Ia sudah menjelaskan dengan rinci tentang kejadian itu dan hal yang menjadi pokok permasalahannya.Mama dan Mbah nya Nabila percaya dengan Hafi, maka itu mereka selalu berusaha membujuk Nabila agar msu bertemu dan mendengar penjelasannya Hafi, tetapi sampai saat ini semua itu sia sia.
“Kamu mau sampai kapan kayak gini Kak?” Tanya Mama Nabila dengan lembut.
“Tiga hari lagi kamu masuk sekolah, kamu gak mau selesaikan dulu masalah kamu sama Hafi?” tambahnya.
“Mama ngerti kalau kamu sakit hati, tapi Hafi punya alasan untuk itu dan kamu perlu mendengarnya, bukan malah menghindar seperti ini.” Lagi dan lagi Mama Nabila mencoba memberi nasihat kepada putrinya itu.
“Kenapa sih Mama sama Mbah percaya begitu aja sama Hafi?” Tanya Nabila dengan nada jengkel.
“Mama dan Mbah itu udah hidup lama sebelum kamu, dan kita tau mana yang beneran tulus dan yang engga. Kamu gak lihat seminggu ini Hafi terus berusaha agar kamu mau bertemu sama dia? Dia itu sayang banget sama kamu Kak, dia gak mau kamu gegabah kayak gini. Kalau kamu sudah mendengar penjelasan Hafi, kamu akan mengerti kenapa Mama dan Mbah selalu berusaha membuat kalian berbaikan.” Jawab panjang Mama Nabila.
“Tapi Ma, dia jahat sama Iya. Dia udah bohongin Iya, dia udah ngekhianatin Iya.” Ucap Nabila yang perlahan mulai menangis.
“Gini deh Mama tanya sama kamu, kamu sayang kan sama Hafi?” Tanya Mama Nabila yang diangguki oleh putrinya itu.
“Coba tanya sama hati kecil kamu, apa iya kamu beneran percaya kalau Hafi yang melakukan hal itu ? Mama yakin kalau kamu sebenarnya sangat ingin mengetahui kebenarannya Kak karena kamu pun gak yakin sama hal itu, tapi emosi yang menguasai kamu, membuat kamu jadi bersikap gegabah seperti ini.” Ucap Mama Nabila.
“Bukannya Mama tidak ingin menjelaskan hal yang sebenarnya ke kamu, tapi Mama sadar itu bukan hak nya Mama, dan kamu harus mendengar langsung dari mulut Hafi. Kalian itu saling sayang Kak, sayang jika kalian harus berpisah karena hal salah paham seperti ini.”tambahnya.
“Itu semua balik lagi ke kamu, semua menjadi pilihan kamu. Mama cuma ingin yang terbaik untuk anak Mama. Ya sudah Mama tinggal dulu, kamu jangan nangis terus, jangan telat makannya, nih liat muka kamu pucet kayak gini. Mama keluar ya.” Tutup Mama Nabila lalu keluar dari kamar putrinya.
Jujur saja, apa yang dikatakan oleh Mama nya itu benar. Nabila ingin sekali menemui Hafi dan mendengar semua penjelasannya, tetapi emosi yang menguasainya membuat perempuan itu seolah tutup telinga dengan semuanya.
“Akhh..” rintih Nabila sambil memegangi perutnya.
“Akhh sakit ya Allah,” Nabila semakin merintih kesakitan.
“MAMA, MBAH.” Teriak Nabila dengan sekuat tenaga.
Di ruang tamu, Hafi yang memang baru saja datang seperti biasanya itu mendengar teriakan Nabila dari kamarnya. Tanpa aba aba pun Hafi langsung berlari menaiki tangga, disusul oleh Mama, Mbah, dan kedua adiknya Nabila.
Hafi tergesa-gesa masuk ke dalam kamar Nabila dan melihat perempuan itu sudah terduduk di lantai dengan merintih kesakitan sambil memegangi perutnya.
“Bil tahan ya, kita ke rumah sakit sekarang.” Ucap Hafi tanpa lama langsung menggendong Nabila ala bridal style .
“Bawa dia ke Rumah Sakit Mawar, Fi.” Ucap Mama Nabila.
Hafi tak mungkin membawa Nabila dengan motornya, ia pun memutuskan berlari ke depan jalan raya bahkan tanpa alas kaki dan langsung memberhentikan taksi.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...