“Dhan kalau misalkan gue jadian sama Bila, kata lu cocok gak?”
Dhani terlihat bingung dan kaget dengan pertanyaan gue itu.
“Lo seriusan suka sama Bila?” tanya nya.
“Mungkin iya.” Jawab gue dengan sedikit ragu.
“Kok mungkin iya sih Fi. Jawaban lo Cuma dua, iya atau enggak.” Ucapnya.
“Iya kali.” Balas gue.
“Gak usah lo tanya sama gue cocok atau enggaknya. Sekarang lo pikiran aja dulu tuh perasaan lo ke Bila, lo yakinin dulu kalau lo emang udah beneran suka sama Bila atau lo Cuma sekedar nyaman deket sama dia. Gue tau lo Fi, lo bukan tipe cowok yang gampang lupain perasaan lo ke cewek. Jadi, gue agak gak yakin kalau lo bilang lo udah beneran suka sama Nabila dan udah gak ada perasaan apapun ke Aurel.” Jelas Dhani.
“Nabila itu cewek yang baik Fi, dia bukan kayak cewek cewek yang sering kumpul sama kita kita. Dia bukan cewek yang cocok untuk hanya dijadiin bahan mainan lo kayak cewek cewek sebelumnya. Gue harap kali ini lo beneran serius, karena yang gue liat Nabila itu beneran tulus sama lo. Tapi jangan jadiin perasaan dia itu sebagai alasan lo bisa milikin dia, kalian bersama tapi gue yakin Bila gak akan bahagia kalau dia tau hati lo itu belum buat dia.” Lanjutnya.
Gue terdiam setelah mendengar wejangan dari Dhani itu. Tumben sekali anak ini berpikir dengan benar. Pikir gue.
“Tapi kalau emang lo udah yakin yaudah gue sih dukung aja. Apalagi sama yang model ceweknya kayak Bila, setuju banget gue. Yang tau hati lo itu kan lo sendiri, yang rasain lo sendiri jadi lo sendiri yang bisa mutusin semuanya.” Ujar Dhani lagi.
“Sejak kapan ya gue jadi bego gini masalah cewek?” tanya gue .
“Sejak lo tau kalau ada seseorang yang ternyata bisa suka sama lo secara diam diam. Padahal kan sebelumnya semua cewek yang suka sama lo itu selalu terang terangan nunjukkin rasa suka nya sama lo.” Jawab Dhani.
Dalam hati gue menyetujui apa yang diucapkan oleh Dhani itu. Gue bukan mau sombong, tapi gue akuin kalau banyak banget cewek cewek yang suka sama gue. Bahkan bukan jarang lagi gue ditembak duluan sama cewek. Aneh memang cewek zaman sekarang.
“Diem lagi lo. Ngapain? Mikir? Kayak punya otak aja lo Fi.” Ledek Dhani.
Gue menatap tajam Dhani “Anjing banget emang lo. Ngaca bego, emang situ punya otak?”
Dhani terkekeh “Kalau gue punya otak mah gue gak bakalan mau temenan sama lo Fi.”
“Sialan. Udah yuk cabut bosen gue disini.” Ucap gue lalu nyelonong pergi meninggalkan Dhani.
----
“WOY FI SINI LO DITUNGGUIN DARI TADI BARU DATENG LO.” Teriak salah satu teman gue setelah gue baru saja sampai di tempat biasa gue nongkrong dengan teman teman gue.
Gue memarkirkan motor gue lalu gue langsung menghampiri teman teman gue yang sudah berkumpul di sana.
“Kemana aja lo baru dateng Fi?” tanya teman gue yang bernama Farhan.
“Gak dari mana mana.” Jawab gue.
“Iya gak dari mana mana, tapi nih bocah satu lagi galau hatinya makanya telat datang ke sini.” Sahut Dhani.
Gue menatap nyalang ke arah Dhani
“Gak usah didengerin bocah error emang.” Bela gue agar teman teman gue gak percaya dengan ucapan Dhani itu.Terlihat beberapa teman teman gue tertawa kecil seolah mereka menunjukkan kalau mereka percaya dengan apa yang diucapin sama Dhani.
“Lo bisa galau juga Fi ternyata?”
KAMU SEDANG MEMBACA
HAFI & NABILA [REVISI]
Teen Fiction• Based on true story • Don't copy my story, please be creative. Happy reading. ------ Aku hanya seorang perempuan yang menyayangimu dalam diam,dalam pandangan,dan dalam doa. ---- Dia Hafi, laki-laki yang membuat hati ku jatuh dengan sikapnya yang t...