18. Rasa (Hafi)

790 38 5
                                    

KRINGG!!!

Bel istirahat baru saja berbunyi. Tanpa nunggu lama, gue langsung ngajak teman teman gue buat makan di kantin.

“Ayo gece ke kantin.” Ajak gue.

Tanpa menunggu mereka, gue langsung berjalan terlebih dahulu dan diikuti mereka dibelakangnya. Saat melewati tempat duduk Nabila, gue meliriknya sebentar dan terlihat dia sedang asik mengobrol dengan Putri,teman sebangkunya. Lalu gue melanjutkan keluar kelas dan menuju ke kantin.

“Dilirik doang. Diembat dong!”
Siapa lagi yang berucap tiba tiba seperti itu jika bukan seorang Dhani.

“Bacot lo.” Jawab gue

Saat ini gue dan Dhani jalan berdampingan karena gue gak mau kalau ada teman-teman gue yang lain tau tentang gue dan Bila. Nanti saja kalau sudah resmi. Eh... bercanda kok bercanda.

“Dia tuh udah keliatan banget suka sama lo, emangnya lo gak ada rasa gitu sama dia?” tanya Dhani

Rasa? Batin gue

“Jangan bawel kayak cewek deh lo.” Ucap gue seperti menghiraukan ucapan Dhani padahal sebenarnya gue juga lagi mikir tentang rasa yang dimaksud Dhani itu.

“Yeh dibilangin juga lo. Dasar batu, serah lo aja deh.” Sahut Dhani.

----

“Bu, mie rebus kari ayam nya satu ya.” Ucap gue pada Ibu kantin langganan gue dan teman teman gue.

“Plus telur ya Bu.” Tambah gue

Setelah memesan makanan, gue pun duduk bergabung dengan teman teman gue di sebuah bangku yang terletak di pojok kantin.

“Lo mesen berapa mie jadinya Fi?” tanya teman gue yang namanya Agung

“Satu.” Jawab gue singkat

“Kok satu doangan?”

“Ya kan buat gue doangan.”

“Yeh kampret dasar. Gue kira lo sekalian pesenin buat kita kita juga.” Ujar Agung yang diangguki setuju oleh teman teman gue yang lainnya.

“Males.” Jawab gue acuh.

Lalu setelahnya mereka meninggalkan gue untuk memesan makanan mereka masing masing.

Sambil menunggu teman teman gue, gue mengedarkan pandangan gue ke arah lapangan belakang yang dipenuhi banyak murid murid cowok sedang bermain basket dan ada juga yang bermain bola tendang.

Saat gue ingin mengalihkan pandangan gue, gue malah tertarik dengan pandangan gue kali ini. Dan penyebabnya adalah Bila.

Ya, baru saja gue liat Bila muncul dari arah lorong sebelum kantin dan saat ini dia terlihat sedang berusaha melewati lapangan yang sangat ramai. Ingin sekali gue membantunya tetapi semua pikiran itu gue enyahkan. Lagi lagi gue menentang perasaan ini.

“Diliatin aja terus sampe gelinding tuh bola mata.”

Gue mengalihkan pandangan gue dari Bila yang sedang memesan es teh manis. Dan gue melihat Dhani yang sudah duduk disamping gue sambil menyodorkan semangkuk mie rebus kepada gue.

Tanpa menjawab ucapannya itu, gue langsung mengambil semangkok mie rebus dari tangannya untuk langsung gue santap karena perut gue sudah sangat butuh asupan.

“Eh Putri.”

Gue mendengar salah satu teman gue memanggil Putri seperti ingin menggodanya. Gue akui Putri itu sangat cantik tapi entah kenapa gue gak tertarik sama dia.

“Sendirian aja Put.” Goda teman gue

“Beli apaan Put?” tanya teman gue yang lainnya.

“Gak liat apa kalau gue mau beli mie, gak usah banyak basa basi deh.” Jawab Putri dengan jutek yang menjadi ciri khasnya.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang