19. Surat Dari Nabila (Hafi)

744 43 2
                                    

Sebenarnya gue ini paling benci sama yang namanya penasaran. Gue lebih ke tipe orang yang 'dia mau kasih tau yaudah, tapi kalau dia gak mau kasih tau juga ya bodo amat'.

Tapi untuk kali ini gue gak bisa bersikap sesuai prinsip gue itu. Kenapa? Gue pun juga gak tau alasannya kenapa. Kenapa gue gak bisa bodo amat dan gak penasaran sama isi surat dari Bila.

Ya, dua minggu lalu Bila memberi tau gue kalau dia punya surat untuk gue, dan dari situ pun gue udah penasaran banget sama surat yang ditulis Bila buat gue.

Rasanya begitu aneh,lucu,dan unik untuk ukuran perempuan zaman sekarang jika mau mengungkapkan sebuah perasaan itu melalui sebuah tulisan yang ditulis dalam bentuk surat. Jangan heran kenapa gue tau kalau isi surat dari Bila itu tentang ungkapan perasaannya.

Sekali lagi gue jelasin kalau gue bukan dukun,cenayang, atau sejenisnya. Sebenarnya gue hanya nebak aja tapi entah kenapa gue begitu yakin sama tebakan gue ini.

"Mana suratnya?" tagih gue kepada Bila.

Fyi. Sekarang gue lagi ada di posisi duduk di atas meja nya Bila.

Bila menoleh karena memang dia sedang menghadap belakang untuk mengobrol dengan teman temannya.

Gue liat wajah terkejutnya itu. "Apaan sih Hafi turun ih." Ucapnya.

"Yaudah mana suratnya dulu." Gue kekeh untuk meminta surat itu dari Bila.

"Yaudah nanti jangan disini." Ujarnya dengan nada yang cukup pelan. Ya, sepertinya dia sedang menahan malu karena perbuatan gue ini.

"Ngulur waktu mulu lu mah. Yaudah gue ke kantin dulu." Ucap gue sambil turun dari meja Bila dan melenggang ke kantin bersama dengan dayang dayang gue alias temen temen gue.

---

"Lo minta apaansi Fi dari Bila?" tanya Ivan, teman gue.

"Kepo banget lo kayak bocah." Jawab gue.

"Yeh, gue nanya serius juga."Balasnya.

Gue gak menanggapi balasannya itu dan tetap melanjutkan perjalanan ke kantin. Sesampainya di kantin, gue dan teman teman gue langsung memesan menu andalan kita. Yaitu mie rebus+telur.

"Masih tentang surat?" tanya Dhani yang memang sudah mengambil tempat duduk di sebelah gue.

"Iya." Jawab gue singkat.

"Lo yakin kalau yang dia kasih waktu itu surat palsu?" tanyanya.

"Yakinlah. Lagian si Bila juga udah ngakuin kalau yang waktu itu dia kasih bukan surat asli nya." Jawab gue

"Ohh."

Sekitar seminggu yang lalu Nabila pernah kasih gue surat yang dia bilang kalau surat itu adalah surat yang dia maksud pas pengambilan rapot. Awalnya gue percaya tapi memang agak aneh karena surat yang ditulis itu hanya berisi sedikit tulisan dan itu yang membuat gue gak yakin.

Akhirnya gue memutuskan untuk bertanya kepada Nita dan Mela.

FLASHBACK ON

"Eh Mel tunggu bentar dong." Ucap gue sambil menghadang Mela yang baru saja keluar toilet.

"Yuk Mel ke kel-"ucap Nita yang ternyata sedang bersama Mela.

"Hafi?" tanya Nita dengan wajah bingungnya.

"Ada apa Fi?" tanya Mela.

"Gue mau tanya ke kalian. Emang bener kalau Nabila itu bikin surat buat gue?" tanya gue.

Terlihat mereka langsung bertatap tatapan.

"Lo tau darimana?" tanya Nita

"Dari Bila nya lah. Dia bilang bakal ngasih suratnya ke gue, terus gue tagih tuh, nah dia kasih ini ke gue." Jawab gue sambil memberikan sepucuk kertas yang diberikan Bila dua hari yang lalu.

HAFI & NABILA [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang